Liputan6.com, Banjarnegara - Selasa petang, 25 Desember 2018, untuk kesekian kalinya, sesar lokal yang belum teridentifikasi kembali memicu gempa di Wonosobo dan Banjarnegara, Jawa Tengah, tepatnya di Dataran Tinggi Dieng.
Gempa tak besar dan tidak menyebabkan dampak signifikan memang. Gempa ini hanya berkekuatan Magnitudo 2,6 dengan koordinat episenter 7.35 LS dan 109.92 BT, tepatnya berlokasi di darat pada jarak 2,5 km arah Timur Laut Kabupaten Wonosobo.
Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempabumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal yang belum terindentifikasi (blind fault).
Advertisement
Baca Juga
Karenanya, meski kecil, guncangan gempa ini dirasakan oleh sebagian warga di Dieng dan Batur, Banjarnegara, dengan tingkat goncangan antara I – II MMI.
“Lokasi gempa ini berdekatan dengan event gempa yg terjadi pada tanggal 10 Desember 2018 yang berada pada jarak tujuh kilometer barat daya Kabupaten Wonosobo,” ucap Setyoajie Prayoedhie, Kepala Stasiun Geofisika Banjarnegara.
Sebelumnya, sesar lokal nan misterius ini memang beberapa kali mengguncang kawasan ini, dengan kekuatan berbeda. Senin malam, 10 Desember 2018 sekitar pukul 20.05 WIB, Wonosobo dan sebagian Banjarnegara kembali digoncang gempa.
Pemicunya sama, yakni sesar lokal yang juga tak dikenal alias belum teridentifikasi. Kekuatan gempa ini hanya Magnitudo 2,7. Meski dilaporkan tak menimbulkan kerusakan, yang perlu dicermati adalah bahwa gempa ini dipicu sesar lokal yang dangkal.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Gempa-gempa Dangkal di Wonosobo dan Banjarnegara
Hasil analisis Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa episenter atau pusat gempa berada di 7.42 Lintas Selatan (LS) dan 109.87 Bujur Timur (BT), tepatnya berlokasi di darat pada jarak tujuh kilometer arah barat daya Kabupaten Wonosobo.
Dua bulan sebelumnya, gempa dipicu sesar yang belum teridentifikasi juga mengguncang, Sabtu, 23 Oktober 2018. Gempa ini dirasakan oleh sebagian masyarakat Dieng sekitar pukul 06.23 WIB
Gempa berkekuatan 2,4 Skala Ritcher dan episenter di koordinat 7,35 Lintang Selatan dan 109,92 Bujur Timur 14 kilometer tenggara Dieng dengan kedalaman 9 kilometer.
Setyo Ajie Prayoedhie mengatakan, memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempabumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal.
Menurut dia, sesar ini belum teridentifikasi dalam peta sesar di Pulau Jawa. Kemungkinan besar sesar ini belum terpetakan, sebagaimana sesar Baribis-Kendheng atau Pati.
“Kalau sesar Baribis-Kendheng lebih ke utara. Sepertinya bukan itu,” katanya, Sabtu sore, 13 Oktober 2018.
Meski begitu, dilihat dari letaknya yang berdekatan dengan kawasan Kalibening, ia menduga sesar ini merupakan percabangan atau bagian dari sesar yang sempat menyebabkan bencana gempa bumi di kawasan Cekungan Kalibening, Banjarnegara, April 2018 lalu.
Advertisement
Gempa Kalibening, Magnitudo Kecil Berdampak Besar
Dalam tragedi ini, ratusan rumah di Kalibening, Banjarnegara rata dengan tanah meski gempa hanya berkekuatan 4,4 Skala Ritcher. Cekungan Kalibening membuat goncangan gempa teramplifikasi sehingga dampaknya besar.
“Sama, yang Kalibening juga sesar yang baru teridentifikasi. Jadi belum ada namanya,” ucapnya.
Diketahui, lima desa terdampak parah gempa Banjarnegara April lalu. Lima desa meliputi Kertosari, Kasinoman, Sidakangen, Plorengan dan Kalibening. Dalam peristiwa itu, dua orang meninggal dunia.
Tanpa disadari, Kalibening juga berada di atas patahan atau sesar lokal Kalibening-Wanayasa yang kerap bertumbuk dan menyebabkan gempa. Oleh sebab itu, kekuatan gempa kecil pun memicu goncangan yang hebat di atasnya.
Belakangan, untuk memudahkan identifikasi, sesar misterius itu disebut dengan Sesar Kalibening-Wanayasa, merujuk perkiraan wilayah sesar.
Hasil verifikasi akhir, sebanyak 238 rumah roboh atau rusak berat, 168 rumah rusak sedang dan 361 rumah rusak ringan akibat goncangan gempa Banjarnegara. Saat ini, Kementerian PUPR dan BNPB tengah mengebut pembanguan rumah untuk korban gempa.
Setyoajie menegaskan, tak semua dampak gempa bisa diukur dari kekuatan gempanya. Peristiwa gempa Kalibening adalah peringatan agar masyarakat selalu waspada.