Liputan6.com, Purbalingga - Meski bukan yang tertinggi di Jawa, Gunung Slamet adalah yang terbesar. Kakinya yang berada di lima kabupaten wilayah Jawa Tengah,
Tabiatnya yang kalem, sesuai namanya, Slamet, membuat pendakian Gunung Slamet sangat populer. Tiap tahun, puluhan ribu orang mendaki gunung setinggi 3.428 dpl ini.
Salah satu basecamp atau pos pendakian populer adalah Pos Bambangan, Kutabawa Kabupaten Purbalingga. Dari ruas jalur ini, pendakian serasa lebih dekat, lantaran akses kendaraannya bisa mencapai pos pemberangkatan.
Advertisement
Baca Juga
Di satu sisi, ini adalah berkah bagi masyarakat. Ramai pendakian, berbanding lurus dengan pendapatan penjual aneka jajanan hingga kopi.
Tapi, di sisi lainnya, lantaran tak pernah jeda, jalur ini pun rusak parah. Pengelola Pos Bambangan, Slamet Ardiansyah mengatakan, jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan kini sudah menyulitkan dan berbahaya untuk pendaki.
Bahkan, jalur yang rusak parah ini pun menyulitkan tim SAR, yang diketahui adalah pendaki-pendaki berpengalaman. Mereka kesulitan ketika mengevakuasi survivor atau pendaki yang hilang, luka, atau tersesat.
Berbeda dari gunung-gunung lainnya yang hampir tiap tahun selalu ada masa penutupan jalur, Gunung Slamet tak pernah ditutup. Akibatnya bisa ditebak, jalur makin parah, lantaran aktivitas pendakian berlebih.
"Kalau di gunung-gunung lain tiap tahun selalu ada penutupan, setidaknya selama dua bulan. Gunung Slamet terakhir ditutup itu tahun 2015, itu saja karena erupsi gunung," ucapnya, Jumat 4 Januari 2019.
Celakanya, kerusakan di jalur utama pendakian Gunung Slamet ternyata berimbas pada rusaknya ekosistem sekitar jalur. Lantaran jalur sulit dilewati, pendaki kerap menerabas atau membuat jalur baru sehingga ekosistem yang sudah terbentuk rusak.
Pos Bambangan Ditutup, Bagaimana Pos Lain?
Karenanya, jalur pendakian Gunung Slamet via Bambangan dan Gunung Malang bakal ditutup total mulai 10 Januari 2019 hingga waktu yang belum ditentukan.
Slamet yang juga Koordinator SAR Pos Bambangan menerangkan, penutupan ini dilakukan untuk merevitalisasi ekosistem yang rusak lantaran aktivitas pendakian.
"Kita untuk penutupan ini kan yang jelas bukan karena cuaca. Ini yang jelas jalur sudah sangat rusak. Kita ingin ada pemulihan ekosistem," dia menerangkan.
Rencananya, selain memperbaiki jalur, relawan juga menanam pohon yang bibitnya berasal dari Perhutani. Hanya saja, soal waktu dan jumlahnya, belum ditentukan.
"Tiap tahun ada penananaman pohon. Rencananya tahun ini akan ditanam di sekitar jalur," ujarnya.
Slamet pun belum mengetahui secara pasti kapan jalur ini akan kembali dibuka. Pasalnya, untuk memperbaiki jalur ini butuh waktu yang panjang.
Selain itu, untuk merevitalisasi ekosistem, alam perlu dibiarkan tanpa campur tanga manusia. Di berharap, penutupan akan membuat jalur cia Bambangan dan Gunung Malang bakal kembali asri.
Meski hanya jalur Bambangan dan Gunung Malang yang ditutup total, akan tetapi Slamet mengaku telah berkoordinasi dengan pengelola pos pendakian Gunung Slamet luar kabupaten.
Ia meminta agar pengelola basecamp lainnya untuk menginformasikan agar para pendaki tidak turun lewat jalur pendakian Bambangan dan Gunung Malang yang ditutup total.
Beberapa jalur lain yang tetap dibuka itu antara lain, Jalur Baturraden (Banyumas), Jalur Pulosari (Pemalang), Jalur Guci (Tegal), Jalur Bumiayu (Brebes). Akan tetapi, kata Slamet, pemulihan ekosistem di jalur-jalur tersebut juga dilakukan dalam waktu bersamaan.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement