Sukses

16 Desa Endemik DBD, Banyumas Waspada Wabah Musim Penghujan

Usai penyelidikan epidemologi (PE), Dinas Kesehatan memutuskan untuk menggelar foging atau pengasapan. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak pun dilakukan sebagai langkah preventif penularan dan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).

Liputan6.com, Banyumas - Awal Januari ini, Banyumas dikejutkan oleh demam massal yang terjadi di Desa Pandak Kecamatan Baturraden. Sebanyak 27 orang yang berada di satu rukun warga (RW) menderita demam hanya dalam jangka sepekan.

Usai penyelidikan epidemologi (PE), Dinas Kesehatan memutuskan untuk menggelar foging atau pengasapan. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) secara serentak pun dilakukan sebagai langkah preventif penularan dan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD).

Belakangan diketahui, dari 27 warga yang sakit demam, hanya empat orang yang positif DBD. Lainnya, demam biasa atau demam dengue.

"Mungkin ada yang sudah tertular, tapi karena kondisi daya tahan tubuhnya bagus, tidak sampai DBD," kata Kepala Dinas Kesehatan Banyumas, Sadiyanto, Minggu, 8 Januari 2019.

Rupanya, wabah Demam Berdarah Dengue tak hanya terjadi di Desa Pandak. Tiga wilayah lain, yakni Berkoh Kecamatan Purwokerto Selatan, Kedungbanteng, dan wilayah Cilongok 2 juga mengalami hal yang sama.

Berdasarkan PE yang dilakukan oleh petugas, ada indikasi penularan DBD di tiga wilayah ini. Karena itu, Dinas Kesehatan memutuskan untuk melakukan foging.

PSN serentak pun langsung dilakukan di tiga wilayah ini. Sebab, foging hanya untuk membunuh nyamuk dewasa.

Adapun jentik nyamuk Aedes Aegypti yang sudah membawa virus DBD, tetap hidup lantaran berada di air.

Kepala Seksi Pencegahan Penyakit Menular Dinas Kesehatan Banyumas, Arif Sugiono, mengatakan secara berurutan, sejak Minggu, empat desa yang terindikasi ada penularan Demam Berdarah Dengue telah difoging.

"Ini mencegah penyebaran, jadi kalau sudah terjadi. Bukannya kita menunggu kasus, tetapi aturan dari Kemenkes aturannya memang seperti itu. Jadi, kalau sudah ada kasus demam berdarah, ada indikasi penularan, baru kita foging," ucap Arif.

2 dari 2 halaman

Daftar 16 Desa Endemik DB Banyumas

Meski begitu, dia mengungkapkan, foging bukan lah cara memutus mata rantai perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Langkah preventif paling efektif adalah dengan PSN rutin.

Secara berkala, masyarakat mesti membersihkan rumah, pekarangan dan lingkungan di sekitarnya. Tak boleh ada genangan air yang tak terkontrol. Apalagi, jika genangan itu berada di wadah tersembunyi.

"Yang perlu kami tekankan adalah bahwa PSN secara tuntas dan rutin, mandiri, adalah cara paling efektif mencegah penularan DB," Arif mengungkapkan.

Pada 2019 ini, Banyumas menetapkan 16 desa atau kelurahan di 10 kecamatan merupakan daerah endemis DB atau DBD. Akan tetapi, kasus DBD yang terjadi pada awal 2019 ini justru tak terjadi di wilayah endemik.

Hal itu, kata Arif, menunjukkan bahwa penularan atau persebaran DBD bisa terjadi di mana saja. Pada musim pancaroba, risiko penularan DBD meningkat.

Daerahnya pun bisa berubah sesuai dengan kondisi lapangan. Adapun kasus DB sementara ini ada sembilan kasus. Akan tetapi, kemungkinan ada data yang belum masuk, sehingga kasusnya belum dilaporkan.

"Jumlah kasusnya kemungkinan ada yang belum dilaporkan. Karena sistem perlaporan di rumah sakit berbeda-beda," ujarnya.

Sebanyak 16 desa atau kelurahan dilaporkan endemik DBD, yakni Desa Karangdadap dan Desa Pajerukan Kecamatan Kalibagor, Desa Kedungwringin Kecamatan Patikraja, Desa Ajibarang Kulon dan Darmakradenan Kecamatan Ajibarang, serta Kelurahan Rejasari dan Kedungwuluh Kecamatan Purwokerto Barat.

Kemudian, Kelurahan Mersi, Sokanegara dan Kranji Kecamatan Purwokerto Timur, Karangklesem dan Berkoh Kecamatan Purwokerto utara, Desa Karangduren Kecamatan Sokaraja dan Desa Ledug Kecamatan Kembaran.

Saksikan video pilihan berikut ini: