Liputan6.com, Kebumen - Keganasan ombak laut kidul Kebumen sudah melegenda. Maklum, pantai selatan Jawa ini adalah tepian Samudra Hindia yang dikenal dengan gelombangnya yang berbahaya.
Tiupan angin kencang dan arusnya yang misterius membuat kecelakaan air kerap terjadi. Pusaran di palung-palung bibir pantai menyedot dan melenyapkan kedigdayaan perenang andal sekali pun.
Tak kenal waktu, korban banyak berjatuhan. Pada tahun 2018 misalnya, sebanyak 22 korban tenggelam di pantai selatan Kebumen.
Advertisement
Dari jumlah tersebut, 20 ditemukan dalam kondisi tak bernyawa. Dua lainnya benar-benar raib hingga awal 2019 ini.
Insiden tenggelam laut selatan paling menyita perhatian adalah ketika empat remaja masjid hilang tenggelam di Pantai Pandan Kuning, Petanahan, Kebumen. Beberapa hari kemudian, mereka ditemukan tak bernyawa, antara sehari hingga nyaris sepekan setelah kejadian.
Baca Juga
Namun, kecelakaan air itu rupanya tak membuat jera pengunjung atau wisatawan pantai. Mereka tetap berenang dan bermain di tepian pantai, meski sudah ada papan peringatan dengan huruf-huruf besar, "Dilarang Mandi di Pantai".
Karenanya, Kepolisian Resor Kebumen, Jawa Tengah, menginisiasi pembentukan tim gabungan patroli terpadu siaga gelombang tinggi. Dalam tim terpadu itu, tergabung sejumlah unsur pemerintahan, mulai BPBD, TNI, hingga Linmas dan potensi SAR lainnya.
Secara teknis, tim ini akan rutin berpatroli di pantai-pantai wisata Kebumen. Utamanya, pada hari libur, saat kunjungan wisatawan meningkat.
Mereka akan berkeliling langsung untuk menghalau atau mencegah wisatawan berenang saat gelombang laut selatan mengganas. Tim ini juga terhubung dengan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang setiap saat mengabarkan kondisi perairan dan cuaca.
Minggu, 6 Januari 2019, uji coba tim gabungan dilakukan. Mereka menyasar Pantai Petanahan, di mana empat remaja masjid tenggelam dan tewas.
Â
Tim Gabungan Siaga Gelombang Laut Selatan
Benar saja, saat tim berpatroli, di kejauhan ada seorang pria berperawakan kecil, berambut gondrong tengah nekat berenang di pantai. Sementara, BMKG telah memperingatkan potensi gelombang tinggi.
Dengan sigap, personel Sat Polairud Brigadir Wahyono langsung menghampiri pria itu. Ia setengah berlari, demi mempercepat langkah supaya si pria nekat cepat mentas dari air.
Lucunya, si pria mengelak bahwa ia telah berenang di pantai. Padahal, sekujur tubuh hingga rambut basah kuyup.
"Saya enggak mandi, Pak. Cuma mencari yutuk (undur-undur laut)," ucap pria yang belakangan diketahui bernama Deni, warga sekitar pantai.
Wahyono pun mengalah. Ia tak berkukuh menuduh Deni berenang. Hanya saja, ia meminta Deni agar menjauhi pantai lantaran ombak sedang mengganas. BMKG memperkirakan, ombak setinggi 2,5-4 meter berpotensi terjadi, baik di perairan pantai maupun samudera lepas.
"Kami minta untuk tidak terlalu dekat dengan air. Saat ini sangat berbahaya," ucap Wahyono.
Kapolres Kebumen, AKBP Robertho Pardede mengemukakan, tim terpadu siaga gelombang tinggi dibentuk untuk menekan seminimal mungkin korban tenggelam pantai selatan Kebumen. Papan peringatan dianggap tak terlampau efektif.
Tim terpadu siaga gelombang laut selatan terdiri dari kepolisian, BPBD, SAR, Tagana, PMI, Linmas, Kodim 0709, Linmas, sebagai antisipasi gelombang tinggi laut selatan sesuai peringatan BMKG.
Eko mengemukakan, sebagian besar kecelakaan air di pantai selatan terjadi ketika pengunjung pantai berenang atau bermain terlalu dekat dengan bibir pantai. Sebagian besar korban tak paham dengan karakteristik pantai selatan.
Mereka tak sadar, ombak besar sewaktu-waktu bisa terjadi meski sebelumnya terlihat tenang. Sebab itu, mereka tak bisa menyelamatkan diri dari sergapan ombak.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement