Sukses

Danau Maninjau, Kisah Kekuatan Cinta

Selain memiliki panorama yang indah, hasil danau yang unik, dijadikan ladang penghasilan bagi penduduk setempat.

Liputan6.com, Jakarta - Danau Maninjau merupakan danau vulkanik berketinggian 461,50 meter di atas permukaan laut. Terletak di Kecamatan Tanjung Rayu, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar). 140 kilometer (km) dari sebelah utara Kota Padang, 36 km dari Bukittinggi, dan 27 km dari arah Lubuk Basung.

Selain memiliki panorama yang indah,daerah sekitar danau jadi ladang penghasilan bagi penduduk setempat. Penduduk memanfaatkan pinggir danau menjadi lokasi ternak ikan, yang dikenal dengan keramba.

Konon asal usul Danau Maninjau ini berkaitan dengan legenda “Bujang Sembilan” berikut kisahnya.

Pada masa itu, Sumatera Barat memilki gunung yang sangat tinggi. Di kaki gunung itu tedapat sebuah perkampungan dengan tanah yang subur, mayoritas penduduk bertani. Di kampung inilah 10 bersaudara menetap, sembilan orang laki-laki dan satu perempuan.

Mereka adalah Kukuban, Kudun Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, Kaciak dan yang bungsu bernama Siti Rasani. Sejak orang tua mereka meninggal, Kukuban mengambil peran sebagai kepala rumah tangga.

Rumah mereka bersebelah dengan rumah Datuk Limbatang, Datuk Limbatang memilki seorang anak laki-laki bernama Giran. Dua tetangga ini kerab mengunjungi satu sama lain. Hingga suatu hari, Datuk Limbatang mengajak Giran berkunjung ke rumah keluarga Kukuban.

Setibanya di sana Giran bertemu dengan Siti Rasani, sejak pertemuan itu dua sejoli tersebut saling jatuh cinta. Hingga pada suatu hari, Giran mengungkapkan isi hatinya pada Rasani, karena memiliki rasa yang sama, adik bungsu Kukuban ini menerima ajakan Giran untuk menjalin kasih.

Takut mendatangkan fitnah Giran dan Rasani sepakat untuk berterus terang tentang hubungan mereka kepada keluarga. Alangkah senangnya Giran dan Rasani saat keluarga mereka memberi restu kepada hubungan mereka.

2 dari 5 halaman

Pesta Rakyat Adu Ketangkasan

Tidak lama setelah perkenalan Giran dan Rasani, penduduk desa mengadakan pesta rakyat sebagai bentuk syukur atas panen mereka yang melimpah. Pesta rakyat diisi dengan adu ketangksan, Kukuban menunjukkan kehebatannya dengan berhasil mengalahkan semua lawan.

Hingga akhirnya Kukuban berhadapan dengan Giran, di awal pertandingan sangat sengit, mereka memiliki kekuatan yang sama. Beberapa waktu kemudian Giran terlihat lelah menerima serangan dari Kukuban. Hingga pada akhirnya saat Kukuban akan melayangkan hantamannya kepada Giran, Girang menangkis dengan tangannya.

Karena tangkisan itu Kukuban terjatuh dan merasakan sakit yang saat dan tidak mampu untuk bangkit lagi. Adu ketangkasan kali ini dijuari oleh Giran, namun Kukuban tidak senang dan menolak kemenangan Giran.

 

3 dari 5 halaman

Giran Melamar Siti Rasani

Setelah pesta rakyat usai, keluarga Datuk Limbatang berkunjung ke rumah keluarga Kukuban, dengan tujuan untuk melamar Siti Rasani untuk anaknya Giran. Kakak beradik itu menerima kedatangan keluarga Datuk Limbatang dengan senang hati.

Kecuali Kukuban, ia hanya berdiam diri di kamar dan tidak menyetujui adik bungsunya menikah dengan Giran. Karena menurut Kukuban Giran telah mempermalukannya saat adu ketangkasan itu, Kukuban juga mengatakan bahwa Giran adalah pemuda yang sombong.

Dengan rasa kecewa keluarga Datuk Limbatang kembali ke rumah mereka. Dengan peristiwa ini Siti Rasani dan Giran merasa sangat sedih.

4 dari 5 halaman

Petaka Karena Duri

Karena bingung dengan situasi yang tengah mereka hadapi,  Giran dan Rasani bertemu diam-diam untuk mencari solusi. Ketika mereka asyik berbincang Rasani berdiri dari tempat duduknya, namun kain sarung yang ia kenakan tersangkut duri dan melukai paha Rasani.

Melihat gadis yang ia cintai terluka, Giran berusaha mengobatinya. Giran mengusapkan obat ke paha Rasani yang terluka. Sementara itu sembilan saudara Rasani yang lain sibuk mencari adik bungsu mereka, yang telah lama tidak ada di rumah.

Ketika sibuk mencari, sembilan saudara melihat Giran sedang mengusap paha Rasani. Mereka lantas marah, tanpa menerima penjelasan dari Rasani ataupun Giran. Mereka menyeret adiknya dan Giran untuk dihukum secara adat.

5 dari 5 halaman

Dari Gunung Tinjau Menjadi Danau Maninjau

Dibantu Datuk Limbatang Giran dan Rasani menjelaskan bahwa yang terjadi, tidak seperti yang disaksikan oleh sembilan saudara. Namun persidangan tetap memutuskan bahwa keduanya telah melanggar adat.

Giran dan Rasani di bawa ke puncak gunung Tinjau, dengan mata tertutup kain hitam. Mereka dihukum dengan dimasukkan ke dalam kawah gunung tinjau. Tidak mampu lagi melawan, sebelum melompat ke kawah gunung Giran berdoa.

“Ya Tuhan, jika kami bersalah maka hancurkanlah tubuh kami di dalam panasnya kawah panas. Namun jika kami tidak bersalah, letuskanlah gunung tinjau dan kutuk sembilan saudara menjadi ikan,”kemudian Giran dan Rasani menerjunkan diri ke dalam kawah gunung tinjau.

Tak lama kemudian, gunung bergemuruh lalu meletus dengan suara yang sangat dahsyat. Sisa dari letusan itu terdapat cekuangan yang lama kelamaan dipenuhi air dan menjadi danau. Sembilan saudara menjadi ikan di danau itu dan nama-nama mereka diabad menjadi  nama-nama daerah sekitar Danau Maninjau.

Saksikan video menarik berikut ini: