Sukses

Kala Menpora Imam Kena Tipu Gocekan Bola di Tasikmalaya

Lapangan sepakbola Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat menggunakan rumput standar internasional.

Liputan6.com, Tasikmalaya - Ada pemandangan menarik saat kunjungan Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrowi, ke Lapangan Sepakbola Lodaya Sakti yang berlisensi FIFA, di Desa Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.

Dipandu dua mantan pemain nasional Atep Rizal dan Tantan yang tengah memberikan coaching clinic, puluhan anak-anak pelajar sekaligus peserta sekolah sepakbola (SSB) terlihat  menikmati  teknik passing, shooting dan kontrol bola yang diberikan dua pemain Persib tersebut.

Di tengah keseriusan itu, Menteri Imam sepertinya terpanggil untuk gabung ikut dalam salah satu game, ia kemudian mengajak Atep bagaimana menunjukkan operan yang baik, sekaligus cara menendang yang benar di antara peserta didik.

“Horeee...,” teriakan salah satu peserta pelatihan meneriaki Menteri Imam, setelah berhasil melintasi kedua kakinya, sekaligus mengelabui sang Menteri dengan riang. “Kamu memang bagus,” ujar Imam, sambil memeluk salah satu anak yang telah berhasil mengelabuinya itu.

Menurut Imam, perbaikan sejumlah fasilitas lapangan sepakbola di tiap desa sangat dinantikan masyarakat. Untuk mendukung itu, bahkan pemerintah tidak ragu menggelontorkan dana desa yang cukup besar, agar kehadiran infrastruktur yang memadai benar-benar dinikmati seluruh masyarakat.

“Silahkan para Kepala Desa mencontoh desa Cisayong,” kata dia.

Lapangan Bola Lodaya Sakti desa Cisayong ini memang tengah menjadi buah bibir saat ini, menggunakan jenis rumput lapangan Zoysia Matrella dari Eropa, yang biasa digunakan stadion di benua biru, Lapangan bola Cisayong memang pengecualian dibanding seluruh lapangan bola milik desa di Indonesia.

Dengan jenis rumput itu, lapangan sepakbola lebih optimal digunakan seluruh pemain. Selain empuk, karena memiliki ketebalan dan kerapatan rumput yang seimbang, juga memiliki elastisitas dalam menahan beban.

Kemudian rumput itu memiliki pemulihan diri lebih cepat dalam pertumbuhan sehingga ketebalan tetap terjaga, yang memungkinkan terjadinya resiko cedera pemain bisa dihindari sejak dini.

"Ini bukan standar Tasik lagi tetapi standar internasional,” ujar dia yang disambut gelak tawa dan tepuk tangan penonton yang hadir.

 

 

2 dari 2 halaman

Berharap Penambahan Fasilitas Lapangan

Sejak pertama kali dibuka tahun lalu, animo masyarakat untuk menggunakan lapangan sepakbola berstandar FIFA itu memang tidak terelakan lagi, meskipun tribun penonton belum terbangun akibat minimnya anggaran. Namun keinginan mereka menikmati main sepakbola di lapangan tersebut tinggi.

Untuk itu, Kepala Desa Cisayong, Yudi Cahyudin selaku penggagas dan pengelola lapangan baru tersebut, meminta adanya tambahan bantuan anggaran untuk mempercantik kondisi Lapangan Cisayong.  “Sekarang ada space lima meter di sebelah utara dan selatan lapangan, nanti bisa dibangun tribun untuk kapasitas 1000 orang lah,” ujarnya.

Imam yang sejak awal memasuki lapangan, langsung menjajal kualitas rumput. Di sela-sela itu, Ia pun memberikan isyarat adanya bantuan untuk memenuhi permintaan Yudi, meskipun tidak seluruhnya.

"Kita lihat dulu yang lima meter itu seperti apa, tetapi yang paling mungkin, apa dulu yg perlu kita bantu lebih awal, kamar ganti, tribun, atau apa," papar dia.

Dengan semakin baiknya fasilitas lapangan, Imam berharap dalam waktu dekat Lapangan Cisayong bisa menjadi salah satu alternatif kejuaraan nasional dan internasional.

"Dengan saya hadir, nambah semangat saya untuk terus bantu masyarakat di sini," ungkap dia bangga.

Coaching Clinic  Pemain Persib

Selain didatangi Menpora Imam Nahrowi, keceriaan lain yang dirasakan ratusan anak –anak yang hadir di tengah lapangan Cisayong, adalah transfer ilmu yang diberikan dua pemain Persib Bandung Atep Rizal dan Tantan.

Bahkan untuk menguji kemampuan dua mantan pemain timnas itu, panitia penyambutan kunjungan Menpora sengaja membuat laga antara Menteri Iman yang dibantu Atep, Tantan dan satu pemain timnas U15 asal Ciamis, melawan tiga tim SSB sekaligus dibawah usia 10 tahun.

Menurut Atep, latihan teknik permainan sepakbola mesti dilakukan dengan penuh suka cita tanpa tekanan siapapun. Ia mencontohkan Leonel Messi, Cristiano Ronaldo, dua masetro pesepakbola terbaik dunia saat ini, nampak menikmati seluruh pertandingan yang mereka jalani. “Tetapi tetap saja dari semua itu, anak-anak harus bekerja keras agar bisa meraih mimpi,” ujar dia.

Ia pun tak pelit berbagi ilmu, beberapa teknik dasar bermain sepakbola mulai shooting, operan pendek hingga game kecil, ia perlihatkan di depan puluhan siswa didik. “Latihan itu jangan terbebani, ketika teman-teman punya mimpi besar tapi tidak bekerja keras, maka akan sulit meraihnya,” papar dia.

Dengan pola latihan penuh kerja keras, serta memahami dan menguasai teknik permainan sepakbola yang benar, Atep berharap suatu saat ini, dari desa Cisayong akan lahir pemain sepakbola dunia.

“Saya doakan satu di antara peserta yang banyak ini nanti akan menjadi pemain nasional,” ujar dia yang diamini seluruh peserta siswa SSB yang hadir.