Liputan6.com, Kupang - "Saya ayahnya. Terlalu sakit melihat nasib anak saya. Ia masih terlalu kecil".
Kata-kata itu keluar dari mulut lelaki paruh baya saat menceritakan nasib anaknya. Ukribat Seo, buruh kasar itu sesekali mengangkat baju menyeka air matanya. Ia tertunduk sesaat. Sesekali ia melepas napas panjang. Ceritanya terhenti. Ayah enam anak itu terlalu pilu menceritakan derita yang menimpa anaknya berinisial, DS (14). Siswi kelas 2 di salah satu SMP negeri di Kabupaten Kupang ini terpaksa tak melanjutkan pendidikannya lantaran mengandung usai diperkosa.
Sebagai buruh kasar, pria asli Timor Tengah Selatan (TTS) ini harus bekerja keras menafkahi istri, Marci Sopaba dan enam orang anaknya. Ia tak memiliki lahan, namun karena melihat keuletannya, Ukribat diminta membangun sebuah rumah di atas tanah milik majikan tempat ia bekerja.
Advertisement
Di gubuk reyot persis di RT 028 RW 012, Desa Noelbaki, Kecamatan Kupang Tengah inilah, ia menata rumah tangganya. Sebagai buruh, Ukribat tak memiliki penghasilan tetap. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, sang istri pun terpaksa bekerja sebagai tukang cuci pakaian di rumah-rumah warga.
"Jangankan membeli pakaian baru untuk anak-anak, makan saja susah," ungkap Ukribat kepada Liputan6.com.
Baca Juga
Meski hidup dihimpit kemiskinan, Ukribat meminta anaknya tetap bersekolah. Kini, anak pertamanya sudah mengenyam pendidikan SMA. Sementara yang lainnya masih SMP dan SD.
Penderitaan keluarga itu bertambah ketika sekitar April 2018, anak keduanya yang masih duduk di bangku SMP dinyatakan positif hamil usai diperkosa. Awalnya, Ukribat bersama istrinya mengira anaknya, DS, hanya terkena sakit lambung.
Mereka pun membawa DS ke TTS untuk disembuhkan dengan obat kampung. Namun, keduanya kaget ketika dukun kampung itu mengatakan jika DS sedang hamil.
"Dia memang ada sakit lambung. Sering muntah-muntah dikira magnya kambuh. Apalagi perutnya mulai membesar, kami kira anak kami terkena penyakit berbahaya, ternyata memang benar setelah periksa di Puskesmas, DS positif hamil," ujar Ukribat sambil meneteskan air mata.
Istri Ukribat, Marci Sopaba juga mengaku meski dekat dengan anak perempuannya tetapi tidak mengetahui tanda-tanda jika anaknya itu sedang hamil. Menurut dia, DS adalah anak yang pendiam dan rajin. Bahkan tidak pernah jalan-jalan seperti teman seusia dia.
"Pulang sekolah hanya di rumah. Urus masak dan jaga adik-adiknya. Mereka tahu orangtuanya miskin sehingga mereka tidak seperti anak-anak lain," katanya.
Peristiwa di Bukit Cinta
Hati orangtua siapa yang tak sakit melihat masa depan anaknya dihancurkan lelaki tak bertanggung jawab? Sungguh sakit. Apalagi anak seusia DS yang masih sangat belia. Ia masih memilik masa depan yang panjang. Ia sudah merasakan penderitaan kemiskinan keluarga. Dan kini penderitaan itu seakan bertambah. Diusia yang masih belia, ia harus menanggung derita, diperkosa, hamil, dan melahirkan tanpa ayah.
Kepada Liputan6.com, DS menceritakan detik-detik ia diperkosa lelaki yang selama ini ia anggap kakaknya sendiri. Ia mengaku lelaki itu bernama, Aner Sabu, seorang mahasiswa universitas negeri di Kupang.
Sore itu, usai memasak untuk persiapan makan kedua orangtuanya, ia didatangi Aner di rumah. Aner mengajak DS menemaninya mengambil tugas kuliah di temannya di wilayah Oesapa, Kota Kupang. Ajakan itu ditolak DS dengan alasan kedua orangtuanya belum pulang. Namun, ia tetap dibujuk Aner.
"Saat itu bulan Februari 2018, dia (Aner) ajak ambil tugas dan langsung kembali ke rumah. Akhirnya saya ikuti saja. Saat itu sekitar jam 5 sore," tutur DS.
Rupanya ajakan Aner itu hanya sebagai modus untuk melancarkan aksi bejatnya. Dalam perjalanan, sepeda motor yang dikemudikan Aner membelok ke arah Penfui. Karena sedang hujan, DS tak berbicara apa-apa. Ia baru sadar ketika sepeda motor yang ditumpanginya berhenti di area Bukit Cinta.
Saat hendak bertanya, tiba-tiba tangannya sudah ditarik paksa oleh Aner menuju hutan gamal. DS berusaha teriak minta pertolongan, namun mulutnya langsung dibekap tangan kekar, Aner.
Meski dalam kondisi terancam, DS sempat melakukan perlawanan dengan berusaha melarikan diri. Ia dikejar oleh Aner, namun gadis malang itu terjatuh ketika sebuah kayu panjang mengenai kepalanya. Dia diancam dibunuh jika masih saja melawan. DS semakin ketakutan hingga akhirnya pasrah saat seluruh pakaiannya dibuka paksa.
Kesucian Siswi SMP itu akhirnya direnggut paksa mahasiswa asal TTS itu. Dalam kondisi lemas usai diperkosa, DS masih sempat memohon untuk segera diantar pulang, karena hari sudah malam. Namun, lagi-lagi tubuh kecil itu ditindih. Bejatnya Aner, di tengah hutan gamal itu, ia kembali memperkosa DS hingga tiga kali. Usai melampiaskan napsu bejatnya, Aner kembali mengancam DS agar tidak menceritakan pada orangtuanya.
"Tiga kali dia perkosa saya. Sekitar jam 8 malam dia antar pulang. Dia ajarkan, kalau orangtua tanya, bilang saja ban motornya pecah sehingga kemalaman," katanya.
Waktu terus berjalan, kejadian itu disimpannya dalam hati. DS pun bersekolah seperti biasa. Hingga sekitar April 2018, DS diketahui hamil ketika orangtuanya membawanya ke petugas kesehatan.
Â
Advertisement
Lapor Polisi
Kedua orangtua DS yang hanya berijazah SD pasrah menerima kenyataan. Mau mengadu ke siapa? Sementara perut DS semakin membesar. Kehamilan DS akhirnya diketahui pihak sekolah. Ukribat dan Marci, orangtua DS dipanggil kepala sekolah. Lewat kepala sekolah, DS dan orangtuanya disuruh mengadu ke lembaga Rumah Perempuan Kupang.
Berkat bantuan lembaga ini, DS dibawa ke Polsek Tarus untuk membuat laporan polisi. Polisi pun melakukan penyidikan. Selain mengambil keterangan korban dan orangtuanya, polisi juga sudah mengamankan baju dan pakian dalam korban sebagai barang bukti.
"Saya hanya minta pelakunya dihukum biar bisa sadar," harap Marci, ibunda DS.
Kapolsek Kupang Tengah, AKP Bertha Hangge mengatakan, kasus ini dilaporkan November 2018 lalu dan sudah pada tahap penyelidikan. Namun, pihaknya masih terkendala anggaran uji DNA.
"Korban sudah mengaku, terduga pelaku juga sudah diperiksa, tinggal tunggu hasil tes DNA untuk mengetahui ayah biologis, karena ini bukan lagi kasus pencabulan, karena korban sudah melahirkan, sehingga harus tes DNA untuk memenuhi dua alat bukti," jelas Bertha.
Dia meminta keluarga korban untuk menghormati proses hukum. Karena kasus ini akan terus diproses hingga tuntas.
"Karena tidak ada yang tahu pelaku membawa korban, sehingga harus tes DNA untuk penuhi alat bukti. Sekarang tahun anggaran baru, kita tunggu DIPA untuk dianggarkan dan kita tes DNA di Labfor Polri," kata bertha menambahkan.
Â
Perjuangan Terakhir
30 November 2018, DS harus bertaruh nyawa. Ia berjuang sendiri hingga melahirkan bayi perempuan di RS Leona Kupang. Bayi sehat dengan berat 3 kg itu dilahirkan normal tanpa operasi.
Sungguh luar biasa. Di saat Kota Kupang lagi diramaikan dengan kasus pembunuhan bayi oleh mahasiswa, siswi SMP ini malah memilih mempertahankan bayinya meski tanpa ayah yang bertanggung jawab.
Kini, bayi itu sudah berumur dua bulan. Hidup di gubuk dan makan seadanya, namun gadis kecil itu tetap tegar. Menyusui, merawat bayinya penuh kasih.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini:
Advertisement