Liputan6.com, Kolaka Utara - Angin puting beliung mengamuk di Desa Lamundre, Kecamatan Watubangga Kabupaten Kolaka, pekan lalu sekira pukul 03.00 Wita. Saat itu, puluhan warga di sekitar lokasi angin berputar itu tengah terlelap tidur.
Tak tahu dari mana, tiba-tiba angin kencang dirasakan mengguncang rumah yang sebagian terbuat dari kayu dan beratap rumbia. Saat itu, di dalam salah satu rumah warga, Iswanto bersama 8 orang keluarganya masih asyik tidur di kamar masing-masing.
"Di antara masih mengantuk dan sedikit sadar, saya buka mata saya karena dengar bunyi angin keras di sekitar rumah," cerita Iswanto.
Advertisement
Baca Juga
Iswanto melanjutkan, saat hendak beranjak dari tempat tidur hendak mengintip keluar rumah, tiba-tiba angin keras menghantam atap rumahnya. Hanya sekejap, atap dari lembaran seng itu langsung terangkat dari paku-paku yang menahannya di kosen dan diempas angin.
"Habis itu, saya tengok ke atas yang saya lihat hanya tinggal langit saja, atap sudah terbang. Saya langsung lari keluar kamar dan berkumpul bersama keluarga yang juga panik," kata Iswanto.
Dia bersama delapan orang anggota keluarganya, langsung lari menyelamatkan diri keluar. Ternyata, diluar rumah sudah ada warga lain yang juga lari.
Iswanto mengaku bingung dengan angin puting beliung di wilayahnya. Sebab, rumahnya yang dirusak angin ternyata juga pernah disapu angin puting beliung pada 2017 lalu.
"Rumah saya ini baru habis dikasih bantuan bedah rumah Rp 12 juta dari Dinas Sosial Kolaka. Baru 2 bulan saya tempati, sekarang dirusak lagi sama angin," keluhnya.
Akibat angin puting beliung, 2 rumah warga di Desa Lamundre rusak parah. Salah satu rumah lainnya, terbuat dari papan kayu beratap rumbia. Beberapa rumah lainnya hanya mengalami kerusakan ringan.
Seorang warga bernama Sabaruddin (25) diketahui mengalami luka-luka, ditimpa kosen rumah yang jatuh. Korban kaget saat angin bertiup kencang, saat sedang melihat atap rumahnya yang nyaris roboh, sebatang kayu cukup besar jatuh dan mengenai hidung korban.
Â
Gempa di Kolut, Calon Pengantin Kabur
Salah seorang calon pengantin di Desa Tolala, Kabupaten Kolaka Utara terpaksa mengungsi bersama keluarganya di Malili, Sulawesi Selatan karena gempa mengguncang Kabupaten Kolaka Utara, Rabu (16/1/2018). Pria tersebut diketahui bernama Israfil, asal Desa Tolala Kecamatan Tolala.
Hari itu, Kolaka Utara diguncang gempa 2 kali. Pertama, gempa berkekuatan magnitudo 3 terjadi pada pukul 6.30 Wita. Sekitar pukul 10.30 Wita, gempa kembali terjadi dengan kekuatan magnitudo 3,5.
"Kejadiannya 2 kali sekitar pukul 6.30 Wita dan 10.30 Wita, saat itu keluarga sedang bersiap-siap membangun tenda," ujar Israfil.
Rencananya, pada Senin (21/1/2019), Israfil akan menikah dengan gadis pujaannya di kampung tetangga. Namun, karena kejadian ini persiapan keluarganya sempat tertunda.
"Kami sekeluarga mengungsi di Malili, Sulawesi Selatan. Kami naik mobil dan motor, karena kabarnya mau tsunami," ujar Israfil.
Kepala BMKG Sulawesi Tenggara, Rosa Amelia mengatakan, sesuai dengan lokasi gempa yang menggoyang Kolaka Utara, wilayah itu berada di sesar Lawanopo. Sesar Lawanopo adalah sesar yang membentang dari Malili Sulawesi Selatan hingga ke Kolaka dan Kolaka Utara.
"Lokasinya berada pada kedalaman 10 kilometer. Tidak berpotensi tsunami," ujar Rosa Amelia.
Tentang Sesar Lawanopo
Sesar Lawanopo, merupakan sesar utama di Sultra. Sesar ini membelah Sultra dari Malili, Kolaka Utara hingga ke Kota Kendari.
Dalam istilah geologi, Sesar Lawanopo merupakan sesar yang membentang dan mendatar ke kiri (sinistral strike-slip) yang berarah barat laut–tenggara dan memanjang sekitar 260 km dari utara Malili sampai Tanjung Toronipa.
Kabarnya, kekuatan gempa yang bisa diciptakan sesar ini mirip daya rusak yang diakibatkan Sesar Palu Koro yang mengguncang Donggala, Sulawesi Tengah (Sulteng) pada 28 September lalu.
Data yang didapatkan peneliti, sesar Lawanopo bergerak dengan kecepatan 23 milimeter per tahun. Kekuatan gempanya bisa mencapai magnitudo 7,4.
Â
Simak video pilihan berikut ini:
Advertisement