Sukses

Pengakuan Korban Penganiayaan Mahasiswa Senior Sendratasik UNG

NB menceritakan malam itu, 26 Maret 2018, mereka dikumpulkan oleh ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sendratasik UNG di laboratorium teater.

Liputan6.com, Gorontalo - "Rahang saya sekarang tidak bisa dibuka terlalu kuat, sakit," kata NB (21), saat ditanya kondisinya. NB (21) merupakan salah seorang mahasiswa yang juga korban dugaan kekerasan fisik dari sejumlah seniornya di jurusan Seni Drama Tari dan Musik (Sendratasik) Universitas Negeri Gorontalo.

Bersama sejumlah rekannya dari angkatan 2016 dan 2017, NB menceritakan malam itu, 26 Maret 2018, mereka dikumpulkan oleh ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sendratasik UNG di laboratorium teater.

"Katanya mau pembentukan panitia hari tari," kata NB mengingat kembali malam kejadian.

Ia menuturkan usai rapat mereka dilarang untuk membubarkan diri oleh ketua HMJ. Sejumlah senior yang diperkiran berjumlah 20 orang dari angkatan 2015 dan 2014 kemudian masuk menemui dan memarahi mereka. Seingatnya, ada tiga senior berbeda yang menampar dan dua lain menendang kakinya.

"Oleh senior, kami diminta pasang kuda-kuda dan menunduk, tidak boleh lihat wajah senior, kemudian dipukul," ungkap NB.

Ia yang sudah kesakitan sempat meminta agar para kakak angkatannya menghentikan aksi kekerasan, tetapi perkataannya tidak dipedulikan.

"Saya minta ampun ke senior karena sudah merasakan sakit. Tapi senior bilang itu cuma akting saja," imbuhnya.

NB hanya mengingat ada 13 rekan sesama angkatan yang menjadi korban kekerasan malam itu, sedangkan untuk angkatan 2017, ia mengaku tidak mengetahui jumlahnya. Rahang pipi NB diketahui mengalami cedera akibat tamparan yang diterima.

"Ada satu rekan saya, pendengarannya terganggu 3 hari. Terus ada teman yang sempat pingsan," ungkap NB.

Menurutnya, tidak ada masalah individu antara ia dan para seniornya. Dari perkataan seniornya saat malam kejadian, pemicu terjadinya kekerasan disebabkan anggapan bahwa mereka sebagai junior di jurusan Sendratasik tidak hormat kepada para seniornya.

"Kalau menurut mereka, kami tidak menegur mereka jika di kampus, pandang enteng, tidak hormat dan karena kami terlalu dekat dengan dosen dan kajur (ketua jurusan)," dia mengungkapkan.

Usai kejadian, ia mengaku memilih diam dan tidak melaporkan kejadian tersebut ke pihak jurusan dan fakultas UNG. Hal itu disebabkan ancaman yang dilontarkan oleh para pelaku jika para juniornya itu mengungkap kasus kekerasan yang terjadi.

"Katanya kalau berani ada yang melapor akan dicari," dia memungkasi.

Wakil Dekan Kemahasiswaan Fakultas Sastra dan Budaya UNG, Muslimin membenarkan kejadian kekerasan yang dialami sejumlah mahasiswa Sendratasik.

"Ada sekitar dua puluh mahasiswa senior yang melakukan aksi kekerasan itu. Korban juga sekitar dua puluhan," kata Muslimin.

 

Saksikan video pilihan berikut ini: