Sukses

Cara Kiai Kampung di Garut Hasilkan Dai Penyejuk Umat dan Moderat

Sudah saatnya muslim tanah air memiliki sikap terpuji untuk memahami keberagamanan masyarakat, sehingga dibutuhkan terobosan dalam berdakwah yang menyejukan umat.

Liputan6.com, Garut - Ratusan santri dari 42 kecamatan di kabupaten Garut, Jawa Barat, nampak lihai mengolah fikir dan lisan, dalam lomba dai muda nusantara yang digelar Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) hari ini.

Perlombaan yang diikuti seluruh ormas keagamaan ini, diharapkan mampu menghasilkan calon pendakwah unggul di masyarakat, sehingga mampu menyejukan umat. 

"Orang islam di Amerika makan pakai sendok baca bismillah, orang Cina makan pakai sumpit baca bismillah, orang Indonesia makan pakai tangan juga bismillah, itulah islam nusantara, walaupun ragamnya beda tapi maknanya sama sesuai dengan kebudayaan lokal masyarakat," ujar Shifa, peserta lomba dai muda di Garut, Minggu (27/1/2019).

Menurutnya, sudah saatnya muslim tanah air memiliki sikap terpuji untuk memahami keberagamanan masyarakat, sehingga dibutuhkan terobosan dalam berdakwah yang menyejukan umat.

"Itulah Islam nusantara memiliki ciri utama moderat, rohmat, anti radikalisme, inklusif dalam hubungannya dengan budaya, pendekatan merangkul dengan melestarikan budaya setempat," papar dia menambahkan.

Peserta dai muda lainnya, M Imam Nahrowi, masyarakat Indonesia yang memiliki 17 ribu pulau lebih, 700 suku bangsa dari sabang sampai merauke, harus siap dihadapkan pada keberagaman dan perbedaan masyarakat.

"Makanya kita sebagai bangsa besar harus saling menghormati," kata dia.

KH Lukmanul Hakim, Ketua LDNU sekaligus pengarah lomba mengatakan, tema utama lomba dai muda nusantara kali ini adalah soal kebangsaan dan keberagaman. "Intinya kita jaga betul kedaulatan NKRI," ujarnya.

Menurut Lukman, kehadiran pendakwah yang akan menyampaikan kalam Ilahi, harus mampu memberi pemahanan agama yang mencerahkan. "Jangan hanya sensasi ingin terkenal, namun pesan disampaikan harus menyejukan," ujar dia.

Kini banyak dai yang hanya mencari sensasi semata, sehingga banyak materi yang disampaikan, justru mengarah kepada perpecahan di masyarakat. "Seperti ajakan jihad, khilafah, itu jelas sangat membingungkan," paparnya.

Selain tema kebangsaan, dalam upaya memberikan pemahaman yang menyejukan, panitia sengaja memilih tema seputar keberagaman, tasamuh atau toleransi dan saling menghargai sesama anak bangsa. 

"Kami selalu mengingatkan peserta dakwah agar jangan menyinggung soal perbedaan pendapat, yang bisa menyebabkan disintegrasi bangsa," pinta dia.

2 dari 2 halaman

Solusi Jangka Panjang Umat

Sementara itu, Kapolres Garut AKBP Budi Satria Wiguna dalam sambutannya menambahkan, kegiatan lomba dakwah bagi generasi muda sangat penting, sebagai upaya regenerasi calon tokoh agama di masyarakat. "Banyak nilai positifnya yang bisa diambil dari kegiatan ini," ujarnya.

Menurutnya, masyarakat Garut yang majemuk, membutuhkan siraman rohani yang menyejukan, sehingga dapat terhindar dari perbedaan pendapat yang sangat merugikan. "Jauhi sikap intoleransi dan mohon dijaga kebhinekaan bangsa," pinta Budi.

Budi mengingatkan, di tengah proses tahun politik yang tengah berlangsung saat ini, para kiai, ajengan, ustad dan pemimpin agama di wilayahnyan masing-masing, diharapkan mampu mengajak jemaahnya untuk menghindari berita hoaks alias bohong.

Selain itu, masyarakat tidak mudah terprovokasi berita yang belum jelas kebenarannya. "Lakukan upaya tabayun (konfirmasi) agar masyarakat tetap tenang, dan lakukan pembinaan mental dan moral masyarakat," pinta Budi.

Dalam kesempatan itu, tak lupa Budi menyampaikan sosialisasi sekaligus kampanye keselamatan berlalu lintas dengan kalangan santri dan pesantren se-Kabupaten Garut. Menurutnya, sudah saatnya kedisiplinan berlalu lintas ditaati bersama, sehingga memunculkan keamanan bersama.

"Kalangan pesantren ini banyak sekali, makanya kita rangkul agar melaksanakan tertib lalu lintas," kata dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: