Liputan6.com, Kupang- Kendati tak lagi bisa melihat, Hermanus Goa (79), seorang kakek di kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak menyerah dengan apa yang dialaminya. Dia tetap melanjutkan hidup bersama istrinya dengan mengais rejeki di Pasar Danga, Kabupaten Nagekeo.
Demi memenuhi kebutuhan hidup, setiap hari kakek Hermanus dan istrinya menghabiskan waktu untuk berjualan sembako seadanya di pasar. Tak mudah bagi Hermanus untuk menjalani hari-harinya. Betapa tidak, pria yang akrab disapa Opa Hermanus itu awalnya normal. Namun, karena keterbatasan biaya, sehingga tak mampu mengobati sakit yang dideritanya, ia mengalami kebutaan.
"Sejak tahun 2013 saya sudah mulai sakit-sakit, dan terakhir mata saya tidak bisa melihat, saya tidak tahu apa penyebabnya", kenang Hermanus, saat menceritakan kisah hidupnya, kepada Liputan6.com, Senin (27/1/2019).
Advertisement
Baca Juga
Sebelumnya, Opa Hermanus dan istrinya berdagang di Pasar Bajawa, Kabupaten Ngada. Setelah Kabupaten Ngada dimekarkan, ia memutuskan untuk pindah ke Nagekeo dan berjualan di Pasar Danga.
Semenjak pindah ke Pasar Danga, pasangan suami istri (pasutri) lanjut usia (lansia) ini tinggal di sebuah kios sederhana di lokasi pasar. Namun ketika pasar itu direlokasi, kios mereka ikut tergusur. Keduanya memilih tinggal di emperan sebuah ruko.
Seiring berjalannya waktu, derita Opa Hermanus makin bertambah. Bukan hanya matanya saja yang tidak melihat, telinganya pun tak bisa mendengar.
Di usia senja, kakek Hermanus dan istrinya seharusnya menghabiskan waktu di rumah, bercengkerama dengan anak cucu sepanjang hari. Namun, hal tersebut tidak dialami pasutri ini. Di tengah penderitaan suami, isterinya, Hermina Lado (78) tak patah semangat.
Dengan uang seadanya ia membeli sembako dan dijualnya di depan emperan gubuk mereka. Hasil jualan itu disisihkannya untuk membawa suaminya ke rumah sakit. Namun, uang simpanan lansia itu tak cukup membiayai pengobatan mata sang suami.
Momen Mengharukan
Di tengah keterpurukannya, lelaki uzur itu tak sengaja dipertemukan dengan Bupati Nagekeo, Yohanes don Bosco Do,
Siang itu, Pasar Danga Nampak sepi. Ada seorang pria paruh baya dengan setelan baju kaos hitam dan celana pendek hijau tua, menggunakan sendal biru, berkeliling di pasar itu. Tak pelak, tatapan pria itu menepi pada sang kakek. Ia mendekatinya dan mengajak berbicara.
Sang kakek menjawab seadanya, bahkan kadang tidak begitu nyambung karena selain tak bisa melihat, pendengarannya pun terganggu.
Mendengar keluhan sang Kakek terkait masalah kesehatannya, ia langsung memboyong kakek Hermanus menuju Puskesmas Danga. Pria tua itu ditempatkan di ruang VIP dengan fasilitas kesehatan layaknya seorang pejabat daerah.
"Saya diantar dengan mobil ke sini dan tidur di sini. Saya tidak tahu tempat apa ini, tetapi di sini saya rasa nyaman dan tidur di kasur", ungkap Hermanus.
Paramedis memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal kepada Opa Hermanus.
"Setiap hari kami cek kesehatanya, selain itu kebersihan Opa tetap kami perhatikan betul", ungkap salah satu staf puskesmas.
Sementara, Bupati Nagekeo, Yohanes don Bosco Do, saban hari memantau kesehatan Opa Hermanus. Kendati demikian, hingga saat ini kakek renta ini belum tahu jika orang yang menolongnya adalah orang nomor satu di wilayah itu.
Sang kakek berharap bisa segera sembuh dari sakitnya untuk kembali berjualan di Pasar Danga bersama istrinya.
Sementara Bupati Nagekeo, Yohanes don Bosco Do, telah memerintahkan pihak Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Kabupaten Nagekeo untuk segera mengurus Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan surat-surat lainnya.
Rencananya, setelah selesai mengurus administrasi dan KTP, Hermanus Goa akan diantar ke Kabupaten Ende untuk dilakukan sejumlah perawatan mata dan kesehatan lainnya di klinik milik Bupati Yohanes Don Bosco Do.
Advertisement