Liputan6.com, Kupang- Sosok Erwin Yuan makin dikenal di kalangan pecinta mode khususnya tenun ikat NTT. Rancangan terakhirnya yang saat ini diminati kalangan atas adalah jaket bomber dan kimono cardigan dengan modifikasi padu padan denim, lurik yang dipadu dengan tenun ikat NTT.
Sosok sederhana perancang busana berbahan tenun Ikat NTT itu kini makin cemerlang dalam jejak karir rancangannya. Selain sebagai model, pengasuh Komunitas Model Kota Kupang, TCP (Timor Creatif People) berusia 30 tahun ini juga makin memantapkan langkahnya di jalur rancangan busana khusus berbahan padu padan tenun ikat NTT.
Kecintaan terhadap tenun ikat memang begitu kental dalam diri "Ka Erwin" sapaan akrabnya. Puluhan rancangannya baik kameja, jas, jaket bomber, dan kimono cardigan sudah dipakai beberapa kalangan atas baik di NTT maupun luar NTT.
Advertisement
Bahkan, beberapa pengusaha dari luar NTT setia memesan rancangannya begitu diunggah di IG dan laman akun Facebooknya. Dengan branded "Padu Padan Tenun Ikat by Erwin Yuan".
Baca Juga
Penyuka gado-gado ini bertekad terus melaju dalam karya-karyanya mengangkat tenun ikat NTT menjadi komoditas andalan NTT hingga mendunia. Hal inilah yang membuatnya selalu berburu tenun ikat NTT sampai ke daerah-daerah pelosok NTT.
Dalam bincang-bincang bersama Liputan6.com, Sabtu, 2 Februari 2019, Erwin menceritakan awal ia merancang jaket bomber dan cardigan berbahan padu padan tenun ikat NTT, denim dan bahan luri.
Awal ketertarikan dirinya memadu padan bahan tenun ikat NTT dengan bahan denim dan lurik terinspirasi dari jaket bomber yang dikenakan Presiden Joko Widodo yang dirancang desainer dari Jakarta. Di situ ia melihat bahwa bahan tenun ikat NTT sangat kaya dan akan makin bernilai jika dipadu padan dengan bahan lain.
"Saya mencoba merancang jaket bomber dengan padu padankan bahan denim dan tenun ikat pertama kalinya pada September 2018 dan di-launching pada September–November 2018," ujar Erwin.
Saat itu, jelas Erwin, tiga rancangan jaket bomber yang awalnya dipakai dirinya sendiri itu diluncurkan dengan memakai Model TCP. Ketika hasil rancangannya itu dipajang di akun FB dan IG, karyanya itu langsung dibeli oleh pecinta mode.
"Padahal tujuan hunting foto hanya bagian dari training bagi model-model TCP. Tetapi usai di-launching langsung dipesan. Inilah yang buat saya semangat untuk rancang lagi," dia menandaskan.
Harga Terjangkau
Selain jaket bomber, Erwin mengaku terinspiransi bentuk kimono dan gaya berpakaian artis-artis Korea. Inspirasi itu membuat dirinya berhasil merancang kimono cardigan dari perca tenun ikat hasil rancangan pakaian lain dengan dipadu bahan lurik.
"Awalnya iseng aja sih. Melihat banyaknya perca tenun ikat, aku mikir nih keren juga kalau dipadu padan sama bahan lain. Pas selesai dan dipakai model TCP dan di-post di IG banyak yang langsung nanya-nanya harga bahkan memesan," katanya.
"Jujur, enggak sombong y, setiap hasil rancanganku itu semuanya limited edition. Beda semua. Bagaimana enggak beda, habis dijahit dipajang langsung dipesan. Enggak sempat nginep lama. Nanti aku bikin lagi dengan desain beda," tambah Erwin.
Erwin sangat gembira dengan minat dan antusias masyarakat yang sangat mengapresiasi busana rancangannya. Sampai saat ini, sekitar 20 jaket dan kimono cardigan yang sudah dihasilkannya.
"Sampai baju yang saya bikin untuk pribadi saja kadang saya dirayu sama pelanggan untuk dibeli. Dan dengan berat hati saya kasih. Yang penting mereka senang dan aku ikutan senang. Saya pecinta fashion senang sama karya saya. Mereka pendukung saya. Terima kasih untuk mereka," Erwin mengatakan.
Hasil rancangan Erwin terbilang mudah terjangkau walau tidak murahan. Satu buah busana rancangannya, dibanderol Rp500–600 ribu.
"Model jaket bomber dan kimono cargidan saya unisex dan all size sehingga laris. Saya bersyukur bahwa rancangan saya ketika di pakai sama model TCP langsung laku. Saya tidak simpan hasil rancangan saya. Udah banyak sih sekitar 20 stel selain kameja sama jas yang saya modifikasi," jelas Erwin.
Ia juga bermimpi akan menggelar show hasil rancangannya yang sudah diberi brand padu padan tenun dengan modifikasi antara bahan tenun dan lurik.
Advertisement
Daftar Hak Cipta
Saat ini, rancangan Erwin sudah didaftarkan ke Kemenhunkam untuk mendapatkan hak cipta dan akan diluncurkan dalam sebuah fashion show busana padu padan tenun ikat NTT.
Dengan konsep fashionable, Erwin bertekad menjadikan rancangan busana tenun ikat bisa jadi busana sehari-hari dalam setiap kesempatan. Karena kesan selama ini tenun ikat adalah busana yang berat dan hanya dipakai untuk acara resmi atau seremonial adat saja. "Saya ingin singkirkan itu lewat rancangan saya. Dan sudah terbukti," katanya.
Erwin berencana menggelar acara fashion untuk lebih memperkenalkan diri ke publik tentang trademark dan brand rancangan padu padan tenun ikatnya.
Ia juga sarankan kepada pelaku tenun ikat NTT agar bisa membuat perbedaan antara ketebalan benang untuk tenun ikat acara seremonial adat dengan tenun untuk busana sehari-hari.
"Biar saat proses jahitnya lebih gampang. Kalau terlalu tebal sulit jahitnya. Jarum selalu patah dan terlalu berat juga saat dipakai. Dan saat padu padan sama bahan lain akan tidak begitu matching. Sering benang tenunnya melar atau jadi jarang," dia menyarankan.
Berkat karyanya, Sabtu, 2 Februari 2019, ia diundang oleh Kasat Lantas Polres Kupang Kota untuk peragaan busana openview di arena Car Free Day pada acara Millenial Road Safety Festival. Bersama model NTT, Erwin memamerkan 12 rancangannya yang berbahan padu padan tenun ikat NTT.
Simak video pilihan berikut ini: