Sukses

Ridwan Kamil Ajak Generasi Milenial untuk Beternak

Besarnya potensi kebutuhan protein hewani warga Jawa Barat membuat Gubernur Jawa Barat mengajak generasi muda untuk beternak untuk mengembangkan sektor peternakan lebih optimal.

Liputan6.com, Garut Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengajak masyarakat Garut dan Jawa Barat untuk menggeluti secara serius bisnis di sektor peternakan. Ia manergetkan lima tahun ke depan, Jabar bisa swasembada protein hewani secara mandiri.

“Peluang bisnis peternakan itu luar biasa besar, kita kekurangan daging sapi 370 ribu ton, kekurangan ayam, ikan, dan sebagainya,” ujarnya selepas pemberian Kredit Usaha Rakyat (KUR) peternakan rakyat di kantor BRI, Garut, Sabtu (9/2/2019).

Menurut Emil, panggilan akrab mantan Wali Kota Bandung itu, peluang bisnis sektor peternakan di Jawa Barat cukup potensial. Besarnya permintaan belum sebanding dengan pasokan barang dari dalam atau peternak lokal Jawa Barat.

”Oleh karena itu, kalau mau jadi entrepreneur yang paling gampang dari sisi peluangnya, tidak usah usaha cari-cari, peluangnya adalah peternakan,” kata dia.

Ia mencontohkan, kebutuhan daging sapi masyarakat Jabar tiap tahun sekitar 130 ribu ton. Namun, pasokan dari peternak lokal baru bisa menghasilkan 46 ribu ton. “Ada peluang 80 ribu ton lagi,” ujarnya.

Kemudian kebutuhan telur ayam setiap tahun mencapai 500 ribu ton, tapi pasokan peternak lokal baru sampai 172 ribu ton, sehingga ada peluang besar hingga 320 ribu ton. ”Makanya sebarkan ke anak-anak milenial untuk beternak secara optimal,” kata dia.

Saat ini, jumlah penduduk Jawa Barat nyaris mencapai 50 juta jiwa, atau sekitar 20 persen dari total penduduk nasional, sedangkan sebagian besar kebutuhan protein warga, masih dipenuhi pasokan dari luar daerah termasuk impor. “Saya kira kuncinya semangat,” ujar dia.

Emil tidak kaget terkait tingginya kebutuhan protein hewani warga Jawa Barat. Selain memiliki penduduk cukup besar, warga Sunda gemar mengolah makanan yang memanjakan lidah.

Emil yang pernah tinggal di Amerika, mengaku jika olahan daging sapi di negeri Paman Sam hanya menjadi sosis semata. Namun, di kalangan masyarakat Jawa Barat, hampir seluruh tubuh sapi diolah menjadi makanan enak.

“Kulitnya jadi kurupuk, kakinya jadi sop kaki, kepala jadi sop kepala, buntut jadi sop buntut, abon, rendang, dendeng, gepuk, gule, baso, kere, Itulah hebatnya orang Jawa Barat,” ujar Emil bangga. 

Untuk mendukung rencana warga Jabar agar menyukai bisnis di sektor peternakan, Lembaganya siap menjadi penghubung antara pelaku usaha dengan akses permodalan.

“Saya akan jadi mak comblangnya, kasih tahu peluangnya, nyarikan duitnya, nanti dikasi dalam bentuk KUR dengan bunga 7 persen,” ujar dia.

Bahkan ia menargetkan, modal KUR yang tersalurkan untuk sektor peternakan bisa naik hingga dua kali lipat tahun depan. "Saat ini baru Rp 400-an miliar, targetnya bisa mencapai Rp 800 miliar hingga tahun depan," kata dia.

Terakhir ia kembali mengajak masyarakat Jawa Barat terutama Garut, untuk mengoptimalkan bisnis di sektor peternakan. “Makanya kalau saya ditanya nanti pas pensiun sepertinya profesi yang menjanjikan adalah peternakan,” kata dia sedikit bercanda.

 

2 dari 2 halaman

Solusi Modal Melalui KUR

Asisten Deputi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Joko Waluyo mengatakan, program KUR peternakan terbukti mampu membantu peternak dalam mengakses pembiayaan.

“Tahun lalu secara nasional khusus KUR mencapai Rp 14,4 Triliun dengan jumlah debitur 687 ribu,” ujarnya.

Khusus untuk Jabar KUR umum yang sudah tersalurkan mencapai Rp 42,2 triliun dengan debitur 1.9 juta orang. Sedangkan KUR khusus peternakan mencapai Rp 437 miliar dari jumlah debitur 17.525 orang.

“Potensi peternakan di Jabar itu besar jadi peternak maupun UKM harus bisa lebih mengakses KUR ini,” ujarnya.

Dalam perkembangannya, program KUR telah mengalami beberapa perubahan baik regulasi maupun skema usaha yang ditawarkan, salah satunya penurunan tingkat suku bunga.

Jika awalnya tahun 2015 suku bunga KUR berada di kisaran angka 12 persen, kemudian turun pada 2017 menjadi 9 persen, sedangkan mulai 2018 suku bunga KUR tinggal 7 persen.

“Pemerintah juga menetapkan perubahan skema yang lebih memprioritaskan pada sektor produksi salah satunya peternakan,” ungkapnya.

Saat ini total plafon KUR yang telah tersalurkan kepada masyarakat sejak 2015 hingga 2018 mencapai Rp 333 triliun dengan 13,8 juta debitur perbankan. “Penurunan suku bunga merupakan komitmen pemerintah dalam membayar subsidi bunga,” kata dia menambahkan.

Tercatat dalam waktu tiga tahun terakhir, subsidi bunga yang dibayarkan pemerintah terus meningkat, dimulai tahun 2015 baru Rp 39 miliar, kemudian 2016 sebesar Rp 3,7 triliun dan  2018 telah mencapai Rp 11,6 triliun.