Sukses

Musim DBD, Penjualan Ikan Cupang di Tasikmalaya Melonjak

Saat marak penyebaran penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD), penjual ikan cupang ketiban rezeki. Omset mereka naik hingga dua kali lipat.

Liputan6.com, Tasikmalaya - Peningkatan penyakit Deman Berdarah Dangue (DBD) di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, menjadi berkah tersendiri bagi penjual ikan cupang. Saat ini omzet mereka naik hingga dua kali lipat dari biasa.

Sejak awal tahun 2019, sebanyak lima orang warga Kota Tasikmalaya, Jawa Barat meninggal dunia, akibat serangan penyakit mematikan yang diakibatkan nyamuk tersebut. Total kasus DBD yang berhasil diungkap mencapai 65 kasus.

Toni, 45, salah satu penjual ikan cupang yang biasa mangkal di kota Tasikmalaya mengatakan, sebagai hewan predator penggunaan ikan cupang, sangat efektif dalam memakan jentik nyamuk Aedes Aegypti. "Rata-rata naiknya (penjualan) hingga 50 persen, " ujar dia, Minggu (10/2/2019).

Jika sebelumnya, ikan kecil tersebut hanya digunakan sebagai hewan hiasan semata, namun kali fungsinya lebih berfaedah dalam menghentikan penyebaran bakal penyakit Demam Berdarah Dangue (DBD) tersebut. "Ada saja masyarakat yang membutuhkan," kata dia.

Toni menyatakan, selama ini penjualan ikan cupang hanya berkisar 30-30 ekor per hari, dengan keuntungan Rp 2.000 - 5.000 prr ekor. Namun kali ini omset penjualan mencapai 100 ekor per hari. "Biasanya disimpan di bak mandi untuk memakan jentik nyamuk," kata dia.

Kepala Bidang Perikanan Kota Tasikmalaya, Hendra Budiman mengatakan, untuk menanggulangi peredaran jentik nyamuk Aedes Aegypti, lembaganya telah mendapatkan bantuan hingga 1.200 ekor ikan cupang secara gratis.

Pemanfaatan ikan predator itu ujar dia, sangat efektif untuk memakan jentik nyamuk, sehingga penyebaran penyakit bisa dihentikan sejak dini. "Satu ekor bisa memakan 80 jentik dalam satu kali makan," kata dia.

Â