Liputan6.com, Garut Bagi orang Garut, Jawa Barat atau manapun yang doyan makan buah durian, tidak perlu jauh-jauh mencari buah wangi, manis dan legit yang satu ini. Kampung durian di Kampung Kuyambut, Desa Tanjung Kemuning, Kecamatan Tarogong Kaler, Garut, Jawa Barat, siap memanjakan lidah anda sepuasanya.
Berada di hamparan kebun seluas hampir 20 hektar, puluhan ribu pohon durian tertanam di sana. Harum semerbak langsung menusuk hidung penegunjung, saat pertama kali memasuki area kampung durian itu. Bahkan rumah pemilik kebun yang tak jauh dari area kebun, disulap menjadi etalase durian, untuk memudahkan pesta duren bagi pengunjung.
Demikian gambaran singkat destinasi baru wisata alam terbuka kampung durian Kuyambut, yang pamornya tengah naik daun saat ini. Memang tidak berlebih, masyarakat luas lebih senang menyebutnya sebagai kampung durian, daripada hanya sebatas kebun durian semata.
Advertisement
“Ini silahkan mencoba durian lokalnya,” ujar Irvan, salah satu pegawai di Kampung Durian, Garut menyorongkan sebiji durian siap santap, hasil buminya yang baru ia petik kepada Liputan6.com, di sela-sela melayani pengunjung yang tengah menikmati wisata durian, Selasa (12/2/2019).
Baca Juga
Situasi yang panas di kebun seakan langsung reda, saat pertama kali mencicipi salah satu durian lokal Garut itu. Daging buahnya yang cukup tebal namun berbiji kecil, dengan rasa cukup manis dan warna kuning mengkilap, seakan menutup dahaga siang itu.
“Hmmm…maknyus, kondisi terik panas matahari terbayar lunas dengan hidangan belah duren yang berada di depanku, rezeki nomplok,” demikian gumam dalam dadaku, saat menikmati hidangan itu.
Menurut Irvan, durian, duren atau istilahnya ‘kadu’ biasa orang Garut menyebut terhadap buah manis nan legit yang satu ini, memang seakan berjodoh dan menyatu dengan tekstur tanah di kampung Kuyambut. “Kalau durian lokalnya sudah lama tumbuh di sini, namun yang unggulan baru tumbuh lima tahun terakhir,” kata dia.
Sebut saja jenis durian Montong, Musangking, Bawor, Bangkok Matahari, Kane, saat ini tengah mulai menjadi andalan baru di kampung durian, sejak pertama kali ditanam lima tahun lalu. “Awalnya yang menjadi unggulan montong, tapi sekarang orang banyak mencari musangking,” ujar dia.
Sedangkan nama buah durian lokal yang sejak lama menjadi pengisi etalase kampung durian Kuyambut antara lain si receh, si gawir, alam ahoy, arnacim, ardaleh. “Tahun lalu yang menjadi primadona alam ahoy, katanya rasanya manis, daging tebal dan buahnya banyak, padahal buah lokal,” ujar Silfia Nurmayasari, salah satu pengelola kampung duren Kuyambut menambahkan.
Silfia menyatakan, tingginya animo masyarakat untuk mengunjungi kampung durian, memang tidak berlebih. Selain harga yang cukup terjangkau isi kantong, juga rasa durian yang boleh diadu dengan produk luar.
Bahkan untuk menghilangkan penat, pengunjung dapat langsung berkeliling kebun, agar bisa memetik sendiri buah durian langsung dari pohonnya. “Tapi tentu yang telah matang, sebab jika belum matang kan kasian juga pengunjung,” ujar dia sambil tersenyum.
Sedangkan soal harga yang ditawarkan, pengelola menawarkan dua harga, yakni melalui berat timbang di tempat, serta harga per biji durian. Untuk durian lokal harga per kilo dipatok Rp 50 ribu, sedangkan durian unggulan harga yang ditawarkan mulai Rp 60 - 80 ribu. “Sedangkan kalau perbiji baik lokal atau unggulan kami jual mulai harga Rp 40 – 100 ribu rupiah,” papar dia.
Rencana Pengembangan ke Depan
Yayat, (46) pemilik sekaligus pengelola kampung durian Kuyambut mengatakan, di tengah meningkatnya minat kunjungan, ia terus menambah jumlah pohon durian siap panen, sehingga mampu menjawab kebutuhan mereka. “Harga pohon durian kan cukup mahal, makanya kami akan terus melakukan penanaman di area yang masih kosong,” kata dia.
Selain itu, pengelola berencana membuat bale-bale yang bisa digunakan sebagai lesehan, untuk menikmati hidangan durian siap saji. “Tidak menutup kemungkinan kami sekaligus membuat area wisata dan lokasi rumah makan yang berada di kampung durian,” kata dia
Yayat mengaku, peningkatan pengunjung belum sepenuhnya terpenuhi. Tak jarang mereka hanya membeli durian, namun lebih memilih menyantapnya di tempat lain, sedangkan bagi mereka yang sengaja berkeliling kebun, tak jarang yang langsung menikmatinya di lokasi. “Kadang ada juga yang dimakan di halaman rumah, belum kami tata sepenuhnya,” ujarnya.
Bahkan di tengah area seluas 20 hektar tersebut, Yayat berencana membuat kawasan agro wisata, yang mampu menawarkan banyak pilihan pohon berbuah selain durian, yang siap dipanen pengunjung.
“Tetapi tentu akan kami tata dulu, di mana area parkirnya, lokasi wisatanya dan sebagainya,” ujar dia sambil menunjukan lokasi kampung durian yang berada di samping rumahnya itu.
Yayat menyatakan selama ini informasi kampung durian hanya berasal dari mulut ke mulut, sedangkan mengenai publikasi pemerintah, belum sepenuhnya tersebar. “Banyak dari luar negeri pun, tahunya dari mulut ke mulut, mereka dibawa koleganya dan responnya amazing baik,” kata dia.
Selfi, sang buah hati menambahkan, salah satu keunggulan kampung durian yang selalu menjadi primadona pengunjung, yakni akses selfi sesuka hati, mereka bisa mengabadikan momen tengah berada di kampung durian yang berbuah lebat. “Kebanyakan kan pohon durian di sini pohonya pendek-pendeknya, namun buahnya banyak,” kata dia.
Tak mengherankan, rata-rata per hari sedikitnya 500 biji durian berhasil dijual, sedangkan saat musim panen tiba, ribuan biji durian dengan berbagai ukuran, siap membanjiri kampung durian, untuk memanjakan pengunjung. “Ada satu pelanggan kami yang hampir tiap hari sarapanya durian dari sini,” ujar dia bangga.
Namun meskipun demikian, ia mengamini penyataan sang ayah jika keberadaan kampung durian belum sepenuhnya dikelola dengan baik menggunakan konsep wisata agro. “Sedang kami siapkan semuanya doakan saja,” ujar dia.
Advertisement
Destinasi Wisata Baru
Bunyamin, (48) salah satu pengunjung lokal mengaku bangga, jika akhirnya Garut memiliki kampung durian. Menurutnya, buah maknyus yang sejak lama kerap dinikmati kalangan menak itu, memiliki pangsa pasar luas yang dinikmati banyak masyarakat. “Yang jelas akan dicari dan menjadi buruan warga, lihat saja nanti,” ujar dia sesumbar bertaruh sambil bercanda.
Untuk itu, ia berharap pihak pengelola merespon keinginan pengunjung dengan menghadirkan fasilitas yang cukup mendukung. “Ya minimal ada tempat lesehan khusus, atau apa lah nanti penataannya, agar mereka senang saat menikmati durian,” pinta dia.
Hal yang sama disampaikan Yayat, pengunjung lainnya. Menurutnya, keberadaan kampung durian yang mulai dikenal warga Garut, bisa memberikan banyak alternatif wisata masyarakat. “Harganya jelas lebih murah jika dibanding dengan yang berada di pasaran,” kata dia.
Tidak hanya itu, kemampuan pengelola kampung durian dengan membuat sendiri pola bibit tanam yang digunakan, bisa menjadi pusat pendidikan untuk budidaya pohon durian. “Kan banyak tuh masyarakat yang tertarik menanam, bisa mempelajari di sini sambil menikmati durian secara langsung,” kata dia.
Yayat, pihak pengelola kampung durian Kuyambut mengamini itu. Bahkan ia secara langsung berharap agar pemerintah menggalakan penanaman pohon durian di lahan warga yang masih kosong. “Selain enak, juga harganya cukup baik,” kata dia.
Selain itu, untuk memberikan kemudahan bagi pengunjung, Ia berharap agar pemerintah memperhatikan perbaikan akses jalan menuju ke kampung durian. Selama ini akses jalan yang bisa digunakan menuju lokasi ada dua yakni.
Pertama melalui perumahan Puti Dinar Lestari. Kedua, via jalan baru KH Anwar Musaddad atau jalan Sigobing biasa masyarakat sekitar menyebutnya. “Itu mungkin keluhan yang selalu terlontar dari masyarakat, jalannya kecil,” kata dia.
Dengan akses itu, Yayat berharap agar kampung durian yang tengah dikelola saat ini, menjadi destinasi wisata baru di kabupaten Garut. Sehingga mampu memberikan banyak alternatif hiburan dan wisata bagi warga. “Doakan saja, satu-satu lah sedang kami persiapkan agar memberikan kenyamanan bagi pengunjung,” pinta dia sambil tersenyum ramah.