Liputan6.com, Purwokerto - Seorang kawan mengarahkan saya untuk membelokkan kendaraan ke sebuah sudut di Kota Purwokerto. Dia bilang, di toko obat tradisional itu, mungkin masih ada tangkur buaya, kelamin buaya jantan yang konon berkhasiat meningkatkan vitalitas pria.
Sedikit malu-malu, kami pun bertanya apakah ada stok tangkur buaya di toko itu. Si pelayan toko, yang kebetulan perempuan, tersenyum. Tapi lantas menggeleng.
“Tidak ada. Kalau dulu ada,” ucap dia.
Advertisement
Pencarian tangkur buaya kemudian berlanjut di internet. Inilah jalan pintas yang kebanyakan digunakan saat dunia nyata buntu. Maka terpampanglah berderet-deret iklan obat kuat lelaki, obat oles untuk kejantanan pria dan lain sebagainya.
Ada satu nomor telepon yang tersanding. Maka, saya pun menghubunginya.
Baca Juga
Tetapi, kembali saya dibuat kecewa. Responnya pun berbelit-belit. Di seberang sana, orang yang mengiklankan tangkur buaya dengan harga Rp200 ribu itu mengaku tangkur buaya itu bukan miliknya, melainkan temannya.
Dan si teman, sudah lama tak berhubungan. Kembali buntu.
Saya lantas teringat dengan seorang kawan, pemilik penangkaran buaya berizin satu-satunya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Namanya, Fatah Arif Suyanto. Saya memanggilnya Mas Yanto, terkadang Mas Fatah.
“Saya percaya kalau sebagian besar orang (yang belum pernah mencobanya) rata-rata percaya hal tersebut. Sebab di semua artikel media bacaan hanya ada keterangan membenarkan hak tersebut,” ucap Yanto, saat ditanya apakah ia percaya khasiat tangkur buaya untuk meningkatkan vitalitas pria.
Tetapi, sebagaimana misteriusnya fosil hidup zaman Dinosaurus ini, Yanto pun meyakini ada sisi-sisi tubuh buaya yang bermanfaat bagi manusia. Sebabnya, bangsa buaya mampu bertahan hidup berjuta-juta tahun. Ini tentu berbeda saudara tuanya, spesies lain sezaman yang akhirnya punah.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pawang Buaya: Antara Mitos dan Fakta Khasiat Tangkur Buaya
Namun, ia sendiri mengaku belum pernah mencoba. Karenanya, ia tak bisa memastikan apakah tangkur buaya memang benar berkhasiat atau tidak.
Yanto, yang juga pawang buaya berlisensi ini mengakui, di komunitasnya pernah ada perbincangan soal tangkur buaya jantan. Namun, informasinya yang berkhasiat adalah kelamin buaya jantang yang mati karena usia.
Artinya, tangkur buaya yang didapat dari peternakan atau tangkapan alam yang buaya dibunuh, tak berkhasiat apa pun. Hanya saja, secara ilmiah, itu pun tak pernah dibuktikan.
Sedangkan di Indonesia, buaya tua yang mati secara alamiah mesti dilaporkan. Seluruh bagian tubuhnya diperiksa sehingga tak memungkinkan untuk mengambil bagian tubuh yang terkecil sekalipun, apalagi kelaminnya.
“Biasanya ada proses verbal hukum. Tidak ada yang sempat mengambil tangkur, kalaupun diambil mngkin tidakk bisa tahu persis cara pneggunaannya,” kata Yanto lagi.
Ia menganggap fenomena tangkur buaya yang dipercaya meningkatkan vitalitas pria telah bercampur antara fakta dengan mitos. Sebab, rata-rata pembelinya adalah orang yang belum pernah mencoba.
Celakanya, terkadang, ada obat-obatan tradisional atau jamu tertentu yang memasang foto tangkur buaya yang disebut sebagai salah satu bahannya. Padahal, belum tentu juga di dalam obat itu terkandung zat yang berasal dari kelamin buaya jantan.
“Obat-obatan vitalitas biasanya dijual kepada konsumen yang punya khayalan seksual berlebihan. Hanya menguntungkan si penjual,” Yanto menarik kesimpulan.
Advertisement
Salah Kaprah Penyebutan Tangkur Buaya Versi Pengobatan Tradisional
Penjelasan lebih gamblang soal tangkur buaya dikemukakan oleh Kepala Laboratorium Biologi Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Dr Diniatik. Ternyata, ada perbedaan tangkur buaya versi pengobatan tradisional dengan tangkur buaya versi awam.
Dalam versi pengobatan tradisional, tangkur buaya yang dimaksud adalah hewan sejenis ikan laut dari keluarga Syngnathoides ordo Solonichtyes, dengan nama latin Syngnathoides biaculoatus. Sepintas lalu penampakannya mirip dengan kuda laut.
Hewan ini lah yang masuk dalam daftar bahan obat tradisional Tiongkok dan banyak diteliti secara ilmiah. Dari berbagai literatur, tangkur buaya atau Syngnathoides biaculoatus itu mengandung banyak asam amino.
Tentu saja, asam amino bermanfaat untuk kesehatan, Akan tetapi, dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan itu tak ada satu pun yang mengarah secara spesifik ke kemampuan seksual.
“Misalnya steroid, alkaloid atau afrodisiak. Itu belum ada,” ucap Diniatik.
Kandungan hewan laut yang disebut itu hanya bersifat tonikum, atau penambah stamina. Bisa dikonsumsi segar, berbentuk olahan, atau dibuat tablet dan kapsul.
Berbeda dengan tangkur buaya yang hewan laut yang banyak dipublikasikan secara ilmiah, tangkur buaya kelamin buaya jantan sulit ditemukan. Yang ada, adalah publikasi penelitian pengobatan dengan memanfaatkan sampel organ dalam buaya.
“Ini penelitian yang saya dapat tentang aktivitas antiamuba dan antitumor dari lisat organ jantung dan organ kandung empedu dari buaya crocoadylus palustris,” dia menerangkan.
Dan ampel yang diambil pun bukan lah testis buaya, melainkan darah buaya. Dan itu diperkuat banyak artikel penelitian tentang antikanker dari Crocodylus siamensis.
Soal pemanfaatan tangkur buaya sebagai penambah vitalitas, Dini justru memperingatkan kemungkinan munculnya toksin atau racun. Pasalnya, bahan tersebut berasal dari benda hidup yang telah mati.
Kalau pun ada zat yang efektif untuk meningkatkan stamina atau vitalitas, ia tak yakin metode yang digunakan, seperti merendam tangkur buaya dalam air dan minyak, mampu mengikat senyawa yang diperlukan.
“Menurut saya masih perlu penelitian lagi,” dia menambahkan.