Sukses

Diluncurkan 2015, Apa Kabar Alquran Terjemahan Bahasa Ngapak?

Penerjemahan Alquran ke dalam bahasa Banyumas diharapkan mendekatkan Alquran ke kelompok-kelompok pinggiran atau marginal.

Liputan6.com, Banyumas - Siapa tak kenal Ahmad Tohari, budayawan cum sastrawan yang kondang di delapan penjuru angin. Penulis trilogi Ronggeng Dukuh Paruk ini adalah pendiri Majalah Ancas, majalah yang terbit dengan bahasa Banyumas alias panginyongan, atau ada pula yang menyebutnya bahasa ngapak.

Tak usah bertanya pengetahuannya soal bahasa ibu. Lahir dan tumbuh di lingkungan Banyumas tempo dulu membuatnya menguasai kekayaan kosakata orisinal Banyumas yang kini jarang digunakan oleh anak muda, meski di tempat asalnya.

Namun, kali ini pria asal Tinggarjaya, Kecamatan Jatilawang, ini dibuat pusing tujuh keliling. Ia didapuk menjadi penanggung jawab bahasa dalam tim penerjemah Alquran ke bahasa Banyumasan.

Penyusunan terjemahan Alquran terjemahan Ngapak ini tak selalu berjalan mulus. Padahal, tim penerjemah terdiri dari 11 orang yang secara keilmuan mumpuni, terdiri dari kalangan perguruan tinggi, pondok pesantren, dan tokoh budaya.

Seandainya 11 orang itu adalah pemain sepak bola, maka bolehlah dibilang, 11 orang itu adalah tim impian atau the dream team. Mereka, menguasai beragam disiplin keilmuan, mulai ahli tafsir, ahli bahasa Arab, antropolog, dan ahli bahasa Banyumas.

Untuk menyelesaikan tahap alih bahasa ini, tim penerjemah membuat tim kecil yang terdiri dari ahli bahasa Banyumas, antropolog, dan budayawan lokal. Dalam tim ini, Tohari mengaku hanya sebagai editor bahasa Banyumas.

Dia pun mengakui, alih bahasa dari bahasa Arab ke bahasa Banyumas sangat sulit. Musababnya, konteks budaya Arab dengan Banyumas sangat berbeda. Tim penerjemah kerap berhadapan dengan kosakata yang dalam bahasa Banyumas tidak ada padanan katanya.

Salah satu kosakata sulit yang dicari padanannya ialah ketika menerjemahkan teks Quran yang menceritakan tentang umat Nabi Luth. Bahasa ngapak tak menemukan padanan kata untuk sebutan homo dan lesbian. Setelah ditelusuri, ia memadankan kata njambu untuk homo dan gerus lumpang untuk lesbian.

 

2 dari 3 halaman

Alquran Terjemahan Basa Banyumas untuk Kaum Pinggiran

“Padahal mereka itu sudah saya kasih kamus (bahasa Banyumas) para penerjemah itu. Saya utak-atik kemampuan bahasa Arabnya. Saya gugat betul makanya mereka bingung itu,” ucapnya, Mei 2015.

Jibaku tim penerjemah bukan tanpa alasan. Alquran terjemahan basa Ngapak itu memang diproyeksikan bukan hanya untuk pajangan semata.

Penerjemahan ke dalam bahasa Banyumas akan mendekatkan Alquran ke kelompok-kelompok pinggiran. Kuli bangunan, petani miskin, orang pedesaan, komunitas abangan hingga pekerja seks komersial (PSK), menurut Tohari, adalah kaum yang mesti dikenalkan dengan bahasa yang lebih dekat.

Maklum, sebagian dari mereka berpendidikan rendah dan tak cukup cakap mengerti bahasa Indonesia. Bahasa ibu, akan mendekatkan Alquran ke relung-relung yang paling dalam sekali pun.

“Penerjemahan yang kayak gini ini bukan untuk NU bukan Muhammadiyah, ini untuk petani, ini untuk kuli, ini untuk pelacur, begitu lho. Terjemahan ini sangat populer dan merakyat. Muhammadiyah dan NU itu sudah tidak butuh yang kaya gini. Yang sugih (kaya) juga sudah jamak. Ini menyangkut bahasa dan pengertiannya juga sederhana,” dia menegaskan, saat itu.

Akhirnya, usai proses kurang lebih dua tahun, Alquran terjemahan basa panginyongan ini resmi diliuncurkan oleh Menteri Agama, di Jakarta, Desember 2015. Alquran terjemahan Banyumas dicetak dengan jumlah terbatas. Alquran dibagikan ke perguruan tinggi, beberapa sekolah, pondok pesantren dan sejumlah ormas.

Lantas, bagaiman dengan rencana mendekatkan Alquran terjemahan bahasa Banyumasan ke tukang becak, masjid di pedesaan, hingga PSK?

 

3 dari 3 halaman

Kapan Quran Terjemahan Bahasa Banyumasan Dicetak Massal?

Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, DR Luthfi Hamidi mengatakan hingga saat ini Alquran terjemahan Banyumasan beum dicetak secara massal. Sejak diluncurkan tiga tahun lalu, cetakan hanya berjumlah 1.000 eksemplar.

Menurut dia, hal ini sebenarnya sudah dibicarakan dengan Kementerian Agama. Namun, hingga saat ini anggaran cetak belum turun.

Padahal, respons terhadap Quran terjemahan basa Pangiyongan ini sangat bagus. Beragam kalangan mengapresiasi karya Quran terjemahan bahasa lokal sebagai kekayaan daerah.

“Belum tersedia dana untuk mencetak secara massal,” ucap Luthfi, Kamis malam, 21 Februari 2019.

Karena itu, sementara ini, Quran terjemahan bahasa Banyumasan ini hanya didistribusikan secara terbatas. Salah satunya di IAIN Purwokerto.

“Kadang kita berikan sebagai cenderamata untuk tamu tokoh,” dia mengungkapkan.

Meski begitu, komunikasi dengan Kemenag terus dilakukan. Pasalnya, pemakai bahasa Banyumasan, pangiyongan, atau ada pula yang menyebutnya Ngapak, berjumlah belasan juta orang.

Mereka tersebar di eks-karesidenan Banyumas, Kebumen, Wonosobo, hingga Pantura. Ada pula masyarakat Banyumas yang tengah merantau hingga menjadi pekerja migran.

Sebab itu, ia mulai membuka kemungkinan agar ada pihak ketiga yang mendanai pencetakan Alquran basa Ngapak ini. Tujuannya jelas, supaya Quran tak hanya menjadi pajangan, tetapi agar lebih bermanfaat secara luas.

“Dicetak komersial bisa, dalam arti dicetak dengan jumlah banyak dan agar lebih bermanfaat,” dia menambahkan.

Saksikan video pilihan berikut ini: