Sukses

Lautan Sampah di Anak Sungai Musi, Wako Palembang: Bukan Sampah Warga Kami

Wako Palembang menyangkal jika lautan sampah di beberapa anak Sungai Musi Palembang adalah ulah warganya.

Liputan6.com, Palembang - Lautan sampah menjadi pemandangan biasa di Sungai Tawar, di Jalan Sungai Tawar 1 RT 11 Kelurahan 29 Ilir Palembang Sumatera Selatan (Sumsel). Aroma menyengat pun menjadi teman hari-hari warga sekitar.

Sampah yang menggenang dan menutupi aliran anak Sungai Musi ini terbawa dari aliran sungai yang bermuara ke Sungai Tawar. Ada juga warga sekitar yang sengaja membuang sampah ke anak Sungai Musi ini.

Wali Kota (Wako) Palembang Harnojoyo membantah jika lautan sampah tersebut berasal dari kebiasaan warga Palembang membuang sampah sembarangan.

Menurut orang nomor satu di Palembang ini, bentangan Sungai Musi bisa sepanjang 750 kilometer. Di Palembang, anak Sungai Musi hanya sepersekiannya dari luasan Sungai Musi tersebut.

"Itu bukan warga kami, bukan sampah masyarakat Palembang, karena kawasan Sungai Musi di Palembang hanya sepanjang sekitar 20 kilometer. Sampah itu terbawa dari arus kawasan lain dan masuk ke Palembang," ujarnya kepada Liputan6.com, usai meresmikan Millenial Road Safety Festival, di Kambang Iwak Palembang, Minggu (24/2/2019).

Namun untuk terus mengantisipasi tumpukan sampah, terutama di aliran Sungai Musi, Wako Palembang terus menggalakkan program gotong royong rutin setiap hari Minggu.

Kota Palembang menjadi satu dari 11 kota dan 1 Provinsi di Indonesia yang masuk dalam program Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 35 Tahun 2018, daerah yang terpilih akan dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa). Perpres ini ditandatangani Presiden Joko Widodo pada tanggal 12 April 2018.

Salah satu alat yang akan menyukseskan program ini adalah insenarator, teknologi pembakaran sampah yang menggunakan pembakaran bahan organik.

"Palembang sudah ditetapkan sebagai salah satu kota di Perpres terkait penanganan sampah. Kita sedang tender pembangunan insinarator, tinggal ada beberapa administasi yang harus diselesaikan," katanya.

 

2 dari 3 halaman

Air Sungai Menghitam

Beberapa waktu lalu, Wako Palembang mengikuti pertemuan tentang rencana kerjasama Indonesia – Jepang dalam pembangunan fasilitas sampah menjadi energi di Jakarta. Serta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Indonesia Bersih bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya di Jakarta.

"Intinya kebersihan bagi Kota Palembang tidak hanya jadi tugas pemerintah saja, tapi tanggung jawab dan kesadaran masyarakat yang perlu, itu solusinya," ujarnya.

Kondisi anak Sungai Musi yang dipenuhi sampah juga terjadi di Sungai Rengas, Sungai Tali Gawe dan Kampung Lorong Batu Ampar di Kelurahan 1 Ilir, Kecamatan Ilir Timur (IT) II Palembang, Sumsel.

Saat aksi gotong royong pembersihan sungai, banyak sampah yang mengendap di dasar sungai, mulai dari sampah rumah tangga, plastik, kain dan selimut, botol kaca dan lainnya.

Aroma sungai yang tercemar itu juga juga berbau tidak sedap. Padahal anak Sungai Musi tersebut hanya sedalam 50 sentimeter dengan panjang 250 meter.

Upik (40), warga Jalan Sultan Agung RT 3, Kelurahan 1 Ilir Palembang mengatakan, kondisi anak Sungai Musi di kawasannya memang sudah lama menjadi tempat pembuangan sampah warga.

 

3 dari 3 halaman

Mobil Sampah Terbatas

"Kita sudah sering mengingatkan agar tidak buang di sungai ini, tapi masih saja dilakukan. Jika ada gotong royong seperti ini, baru bisa bersih. Kalau tidak, baunya menyengat terlebih saat surut," ungkapnya.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Palembang, Faizal AR, pengangkutan sampah ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) masih terkendala kendaraan operasional.

Saat ini Pemkot Palembang hanya mempunyai 107 unit mobil sampah, namun yang bisa dioperasikan sekitar 70 unit.

"Idealnya kita butuh 300 unit mobil sampah, tapi yang ada dulu kita maksimalkan," katanya.

Minimnya kendaraan operasional membuat tampungan TPA Karya Jaya Palembang belum dapat digunakan secara maksimal. Luasan lahan TPA Karya Jaya Palembang bisa mencapai 40 Hektar, sedangkan saat ini baru terpakai 10 Hektar.

 

Simak juga video pilihan berikut ini: