Liputan6.com, Banyumas - Siapa tak mengenal buah durian. Aromanya yang khas dan rasanya yang begitu lezat selalu menjadi buruan.
Julukannya cukup agitatif sekaligus promotif, rajanya buah alias king of fruits. Sepertinya tak berlebihan durian ditasbih dengan julukan itu. Durian memang layak menjadi klangenan.
Bagi maniak durian, harga tak jadi soal asal penasaran terbayar. Beragam durian diburu untuk mencicip rasa-rasa baru. Mulai dari durian lokal nusantara hingga asal mancanegara.
Advertisement
Bertambahnya penggemar durian berkorelasi positif dengan meningkatnya jumlah petani durian. Harga durian yang menggiurkan membuat banyak petani membudidayakan durian di kebunnya, mengganti komoditas lain.
Baca Juga
Salah satunya di Kecamatan Pengadegan, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Di kecamatan ini, kebun durian semakin luas. Empat desa sentra durian meliputi Desa Tetel, Tegalpingen, Pengadegan dan Pengadegan.
Di desa-desa ini, mulanya, durian hanya ditanam sebagaimana buah lainnya, hanya bersifat selingan. Akan tetapi, durian yang naik daun membuat petani semakin memperluas skala penanamannya.
"Pengadegan sekarang minat petani untuk menanam durian meningkat, karena panen durian di Pengadegan cukup berhasil," kata Sri Haryanti, BPP Kecamatan Pengadegan, beberapa waktu lalu.
Dari tahun ke tahun, populasi tanaman durian semakin meningkat. Kini jumlah pohon durian mencapai 7.165 pohon.
Berbagai varietas durian ditanam di kecamatan ini, mulai dari lokal hingga hibrida. Ada Montong Oranye, Duri Hitam, Musangking, Miming, Kamun dan durian Matahari.
"Memang untuk durian Montong oranye ini paling banyak dikembangkan oleh para petani, karena rasanya yang enak, aromanya kuat dan juga daging buahnya yang tebal," ucapnya.
Â
Â
Si Legit yang Jadi Primadona
Montong oranye pun termasuk varietas genjah atau tanaman yang cepat berbuah. Tanaman ini bisa berbuah mulai umur 5 tahun. Sementara, petani biasa membeli bibit yang berukuran lebih dari satu meter atau berusia lebih dari setahun.
Pada tahun ketiga setelah tanam, biasanya durian montong oranye sudah mulai berbunga. Namun, kerap kali tak sampai menjadi buah, meski ada satu dua pohon yang bisa menghasilkan satu dua buah.
Biasanya pada umur empat tahun Montong oranye bisa berbuah dan mencapai usia stabil pada umur tujuh tahunan. Sejak usia tujuh tahun itu, Montong oranye bisa berbuah hingga puluhan tahun.
Harga durian montong di Pangadegan pun relatif murah. Durian tua mentah dihargai Rp25 ribu sampai Rp30 ribu per kilogram. Sedangkan yang sudah matang dari petani dihargai Rp40 ribu per kilogram.
"Kalau sudah sampai di bakul eceran harganya juga beda lagi Rp50 ribu per kilogram sampai 60 ribu per kilogram," imbuh Sri Haryanti.
Ada alasan lain kenapa warga Purbalingga menjadikan montong oranye sebagai primadona. Ternyata, asal bibit tak jauh-jauh, hanya bergeser sedikit ke wilayah perbatasan, tepatnya Desa Alas Malang Kecamatan Kemranjen, Banyumas.
Â
Advertisement
Sebaran Bibit
Ternyata di tempat asalnya, Montong Oranye hanya sebutan julukan. Aslinya adalah durian Kromo, yang memang produk asli petani durian Alasmalang.
Ada pula salah kaprah yang menyebutnya sebagai durian Bawor. "Padahal bawor itu adalah karena kakinya ada dua atau lebih. Makanya makannya rakus dan cepat besar sehingga cepat berbuah," ucap Hazik, seorang petani durian Alasmalang, dalam kesempatan terpisah.
Hazik mengatakan, nama Bawor merujuk pada metode tambahan kaki durian. Bisa dua, tiga, atau banyak lagi. Tetapi, paling populer adalah dua kaki.
Adapun Montong Oranye alias Kromo adalah varietas baru yang sangat mirip Montong, namun dengan warna yang lebih kuat, kuning cenderung oranye. Rasanya pun lebih legit lantaran ada pahit yang menyisip di lidah.
Ini berbeda dengan Montong murni Thailand yang warnanya kuning pucat dengan rasa manis yang cenderung datar.
Rasa yang khas, daging tebal dan teksturnya yang lembut membuatnya cepat menjadi primadona. Harga buahnya pun melonjak naik.
Bahkan, di tempat asalnya, durian Kromo alias Montong Oranye dihargai Rp 75 ribu per kilogram di tingkat petani dan Rp 85 ribu di penjaja buah pinggir jalan.
Harga yang tinggi itu membuat banyak petani kepincut. Harga bibit berukuran 30 sentimeter mencapai Rp 50 ribu. Kemudian, yang lebih besar, antara 50-75 sentimeter sudah mencapai Rp 100 ribu.
"Yang semeteran lebih harganya Rp 200 ribu," ucap dia.
Harga hibit mahal tak membuat petani durian keder. Durian Montong Oranye kini sudah tersebar nyaris ke seluruh Indonesia dan bahkan sudah dibiakkan di mancanegara.
Â
Simak juga video pilihan berikut ini: