Sukses

Keceriaan Murid SD di Rupat Usai Kabut Asap Hilang Sementara

Beberapa hari lalu, hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang menyelimuti sekolah itu memang tergolong parah.

Liputan6.com, Rupat - Jerebu, begitulah bocah-bocah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 29 Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis, menyebut kabut asap pekat. Pulau yang lebih dekat ke Kota Dumai ini memang mayoritas penduduknya berbahasa Melayu.

Beberapa hari lalu, hasil kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang menyelimuti sekolah itu memang tergolong parah. Terutama pada 25 Februari 2019, di mana murid-murid dipulangkan lebih awal karena kabut menyesakkan dada.

Kini, kabut asap memang sudah menipis dan mulai menghilang, tapi murid-murid tetap dianjurkan memakai masker karena sejumlah titik api masih terpantau. Asap dikhawatirkan muncul lagi tanpa diketahui kapan waktunya.

"Tidak suka kebakaran, karena ada jerebu," teriak beberapa murid kelas II kompak ditanyakan pendapatnya terkait kabut asap.

Tak lama kemudian, beberapa di antaranya mengatakan suka jerebu karena tak perlu belajar lama. Mereka menyebut dapat bermain di rumah masing-masing tanpa melihat buku pelajaran.

"Nanti kalau main tetap pakai masker supaya tak sakit," kata seorang murid usai menerima pembagian penutup hidung dan mulut itu dari Tim Fire Fighter PT Sumatera Riang Lestari, Rabu 27 Februari 2019.

Menurut Syaqila, wali murid kelas II, sekolah di Jalan Kampung Baru, Kelurahan Terkul ini, sangat dekat dengan lokasi kebakaran lahan. Tak ayal, bau ranting, kayu hingga semak terbakar menyengat hidung.

"Di belakang sana lokasinya, sekarang memang tidak ada lagi kabut asap tapi kebakaran masih ada. Baunya menyengat ketika pagi dan sore," sebut Syaqila.

Kebakaran lahan di Terkul sudah terjadi sejak akhir Januari 2019. Asapnya pekat sempat membuat aktivitas di sekolah, seperti olahraga, ditiadakan supaya murid tak keluar dari ruang belajar.

"Upacara juga ditiadakan, apalagi Senin kemarin, parah asapnya sehingga pulang lebih cepat. Jarak pandangnya hanya sampai di situ," ucap Syakila menunjuk tiang bendera yang berjarak beberapa meter saja dari ruang belajar.

2 dari 3 halaman

Berharap Asap Hilang Selamanya

Selain menggunakan masker ketika belajar, murid dianjurkan lebih banyak meminum air. Ketika berada di rumah masing-masing, murid diperingatkan guru supaya tak banyak main di luar rumah.

"Semoga kebakaran lahan bisa teratasi cepat supaya murid bisa belajar tanpa kabut asap," harap Syaqila yang menyebut ada 80 murid di sekolah itu.

Terpisah, Komandan Regu Pengendalian Karhutla PT SRL, Winarno, menyebut ada 500 masker dibagikan di SDN 29. Selanjutnya, juga dilakukan di sekolah lain agar peserta didik tidak terpapar kabut asap.

"Memang sekarang sudah cerah, tapi yang namanya kebakaran tidak bisa ditebak. Bisa saja ada kabut asap lagi karena masih ada titik api, jadi ini sebagai antisipasi agar anak-anak terjaga," sebut Winarno.

Dengan masker ini, Winarno berharap murid-murid terbantu belajar jika sewaktu-waktu kabut asap datang. Murid juga diminta memakai masker ketika pulang ke rumah karena jalan yang dilintasi ada beberapa titik api.

"Harapannya tidak ada lagi kabut asap parah seperti beberapa hari lalu," ucap Winarno.

3 dari 3 halaman

1000 Hektar Terbakar

Di Rupat sendiri kini ada 100 prajurit Kostrad didatangkan dari Jakarta memadamkan api. Ditambah lagi ratusan personel gabungan TNI, Polri, Manggala Agni, dan masyarakat.

"Perusahaan juga menuturkan 180 petugas pemadam kebakaran inti, termasuk cadangan semuanya 200 lebih," sebut Winarno.

Hasil perhitungan sementara, sudah ada 1000 hektare lahan terbakar di Pulau Rupat. Sebagian besar berstruktur gambut dengan kedalaman hingga empat meter. Pemadaman sulit dilakukan karena gambut sudah kering akibat kemarau.

"Sudah tiga pekan tidak turun hujan, gerimis ada semalam tapi cuman sebentar," sebut Winarno.

Kebakaran lahan di Rupat sudah terjadi sejak 28 Januari. Ada beberapa lokasi terbakar parah yang melumat kebun sawit, karet, hutan produksi, dan lahan kosong. Kebakaran juga hampir mendekati konsesi PT SRL tapi api berhasil dilokalisir pemadam.

"Ada 14 diterjunkan ke hutan produksi dan lahan masyarakat, sekarang memang terlihat padam tapi ada asapnya. Sewaktu-waktu bisa menyala lagi kalau diembus angin kencang," terang Winarno.

 

Simak video pilihan berikut ini: