Liputan6.com, Aceh - Masih tergambar jelas dalam ingatan Bukhari (57), saat putrinya, Rina Muharami terbujur kaku di atas ranjang ruang intensive care unit (ICU) RSUD Meuraxa, Banda Aceh. Rina saat itu sedang dalam masa opname.
Tubuhnya tampak ringkih berbalut infus. Anak pertama pasangan Bukhari-Nur Bayani itu mulai dirawat di rumah sakit sejak Kamis, 24 Januari 2019, hari dimana mahasiswi Prodi Kimia, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry itu menyelesaikan sidang skripsi.
Advertisement
Baca Juga
Menurut Bukhari, putrinya mulai sakit-sakitan 15 hari sebelum menjalani sidang skripsi. Awalnya, keluarga mengira Rina mengidap demam biasa, namun setelah dirawat, dokter memvonis Rina menderita tifus stadium akhir.
Rina mulai tak sadarkan diri atau koma sejak 3 Februari. Dua hari kemudian, tepatnya tanggal 5 Februari, Rina menghembuskan nafas terakhir, meninggalkan keluarga, serta mimpi-mimpinya mengenakan baju toga dan topi wisuda.
Belakangan, Bukhari mewakili wisuda putrinya dalam acara wisuda UIN Ar-Raniry, Rabu, 27 Februari lalu.
Pria kelahiran 31 Desember 1961 itu tampak gagah mengenakan kemeja abu-abu berhias peci hitam saat menaiki panggung setelah nama anaknya dipanggil dari pengeras suara.
Bukhari menggantikan putrinya menerima ijazah sebagai tanda kelulusan dari Rektor UIN Ar-Raniry, Prof Warul Walidin. Rasa bangga memang ada, namun itu tidak dapat menambal lubang di hati ayah beranak empat itu. Terlebih saat mengingat perjuangan putrinya menyelesikan kuliahnya.
Hari itu harusnya menjadi hari yang membahagiakan bagi Bukhari dan keluarga. Namun, wisuda putrinya tak diwarnai peluk haru atau sujud simpuh serta foto keluarga berlatar papan bunga bertulis 'Selamat Atas Wisuda Rina Muharami'.
Sosok Rina di mata Sang Ayah
Di mata Bukhari, Rina adalah sosok yang tabah dan penyabar. Selain rajin beribadah, gadis kelahiran 16 Mei 1996 ini sering mengisi waktu luang dengan mengajar mengaji anak-anak di sekitar rumahnya di Desa Cot Rumpun, Kecamatan Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar.Â
"Paling sayang sama anak kecil. Siang kuliah, malam mengajar mengaji di balai. Ada juga yang khusus minta diajarin ke rumah," ungkap Bukhari kepada Liputan6.com, Kamis malam (28/2/2019).
Di hari-hari terakhir sebelum masa opname, gadis kelulusan SMAN 2 Unggul Ali Hasjmy itu sudah tidak mampu lagi beribadah. Dia juga tidak lagi berpuasa, seperti yang sering dilakukannya.
"Nanti, saya juga mau tanya ke tengku bagaimana baiknya, atau apa kita bayar fidiahnya, mungkin. Karena, puasa juga dia ada tinggal, nanti saya mau tanya ke tengku," kata Bukhari.
Tak Ada Tanda-Tanda
Saat terbaring sakit, Rina masih sempat bercengkerama dengan keluarga. Rina sama sekali tidak memberi tanda-tanda atau pun berucap pesan sebelum berpulang ke haribaan Sang Pencipta.
"Tidak ada keluhan. Masih sempat ngomong dengan saya. Tidak ada tanda-tanda apa-apa. Tidak membebani orang tua dan orang lain. Mungkin dia sudah ada tanda-tanda, tapi tidak mau diungkapkan ke orang lain," ucap Bukhari, dengan nada masygul.
Begitulah, Rina pergi dengan meninggalkan sebongkah kenangan, dan sebuah map berisi surat tanda kelulusan (SKL) yang saat ini disimpan oleh kedua orang tuanya. Ijazah itu menjadi bukti, anak mereka telah menjadi seorang sarjana, seperti harapan mereka empat tahun yang lalu, ketika Rina pertama kali menginjakkan kaki di kampus.
Â
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement