Liputan6.com, Indramayu - Isak tangis menyelimuti kesedihan keluarga tiga pendaki asal Indramayu yang meninggal saat mendaki Gunung Tampomas Kabupaten Sumedang, pada Minggu, 3 Maret 2019 lalu.
Seperti di rumah Luky Parikesit (13), seorang pendaki yang meninggal akibat hipotermia di Gunung Tampomas. Luky meninggal bersama kedua sahabatnya, Ferdy Firmansyah (13) dan Agif Trisakti (14).
Advertisement
Baca Juga
Keluarga tak hentinya menangis saat melihat jenazah Luky dimakamkan di Pemakaman Umum Desa Tugu Kidul, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu.
"Tiga anak ini selalu main bareng dan mereka sudah sahabatan sebenarnya," kata Darlim, ayah Luky Parikesit, Senin (4/3/2019).
Darlim menyebutkan, rumah Ferdy hanya berjarak 50 meter dari rumah Luky. Sementara Agif tinggal di Desa Tugu, Kecamatan Sliyeg, Kabupaten Indramayu.
Darlim mengaku, ketiga remaja tersebut merupakan sahabat karib. Mereka satu sekolah di SMPN 1 Sliyeg, kelas VII.
"Mereka teman seperjuangan, sahabat sehidup semati," tutur Darlim, di rumah duka.
Jenazah ketiga pendaki tersebut tiba di rumah duka pada Senin, 4 Maret 2019, pukul 02.00 WIB. Ketiga jenazah diantar menggunakan mobil ambulans milik RSUD Kabupaten Sumedang, kemudian dimakamkan oleh keluarga masing-masing.
Darlim mengaku sempat melarang Luky untuk pergi bersama kedua sahabatnya mendaki Gunung Tampomas. Larangan tersebut karena sang ayah merasa khawatir melihat cuaca yang terus-menerus hujan.
"Waktu itu bilangnya mau touring dengan teman-temannya, tidak bilang touring-nya ke mana, tapi saya larang," kata Darlim.
Pengalaman Pertama
Namun, Luky nekat berangkat secara diam-diam tanpa sepengetahuan dan izin kedua orangtuanya pada Sabtu, 2 Maret 2019, Subuh. Luky bahkan membawa sepeda motor milik ayahnya untuk membonceng kedua temannya menuju Gunung Tampomas.
Pendakian tersebut merupakan pengalaman pertama bagi Luky dan Ferdy. Sedangkan, Agif sebelumnya sudah memiliki pengalaman mendaki gunung.
Darlim mengaku mendapat firasat buruk sehari sebelum kepergian Luky ke Gunung Tampomas. Darlim yang saat itu tertidur mendadak bangun karena mimpi buruk.
"Dalam kondisi antara tertidur dan terbangun, saya seperti melihat ada jenazah yang dikirim ke rumah. Ternyata, firasat itu benar," ungkap Darlim.
Larangan mendaki juga dilakukan Castuni, ibu kandung Ferdy yang rumahnya tidak jauh dengan Luky. Namun, sang ibu tidak memiliki firasat buruk terhadap sang anak.
Castuni mengaku khawatir karena Ferdy belum pernah mendaki gunung. Apalagi, pendakian dilakukan bersama teman sebayanya, bukan merupakan kegiatan resmi sekolah.
"Kalau saja itu kegiatan sekolah, saya pasti izinkan karena ada pengawasan dari guru. Tapi ini perginya hanya dengan temannya, jadi tidak saya izinkan," tutur Castuni, yang tak henti meneteskan air mata.
Kepergian Ferdy telah meninggalkan duka mendalam pada keluarga dan teman-temannya.
Dihubungi terpisah, Kepala bagian Hubungan Masyarakat dan Protokol Basarnas Jawa Barat, Joshua Banjarnahor, menjelaskan ketiga remaja itu tewas diduga akibat mengalami hipotermia.
"APD (alat pelindung diri) yang mereka gunakan tidak standar. Mereka juga mendaftar ke pos lewat Luky," ungkap Joshua.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement