Liputan6.com, Banjarnegara - Curah hujan yang tinggi akhir-akhir ini menyebabkan gerakan tanah atau longsor di Grumbul Kalientok, Desa Kebutuhjurang, Pagedongan, Banjarnegara, semakin masif. Meski bersifat rayapan, daya rusaknya luar biasa.
Tembok warga retak-retak. Lantai dan pondasi terangkat sehingga rumah nyaris roboh.
Tak ada pilihan lain, warga terpaksa membongkar rumah demi menyelamatkan material yang mungkin, kelak, di kemudian hari, bisa dimanfaatkan untuk membangun rumah di lokasi baru.
Advertisement
Badan Geologi memang telah merekomendasikan agar rumah terdampak longsor dikosongkan. Tercatat, ada 15 rumah yang terdampak langsung.
Baca Juga
Kepala Pelaksana Harian (Lakhar) BPBD Banjarnegara, Arif Rachman mengatakan pembongkaran 15 rumah itu dilakukan agar jika kembali terjadi gerakan tanah, maka bangunan tak membahayakan lingkungan sekitarnya.
Tujuan lainnya, yakni untuk memastikan agar pemilik rumah yang kini mengungsi ke rumah saudara atau tetangga tak kembali ke rumah yang terdampak longsor ini. Pertimbangan ini masuk akal.
Sebab siapa pun, selama rumah masih berdiri, secara naluriah pasti ingin kembali ke rumahnya. Pasalnya, dari 15 rumah tersebut, secara penampakan memang ada beberapa rumah yang seolah layak dihuni.
Sebaliknya, ditilik dari kajian geologi maupun hasil observasi petugas BPBD, rumah-rumah itu tak lagi layak huni. Dikhawatirkan, rumah yang berada di zona merah longsor itu justru membahayakan penghuni rumah yang nekat kembali.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Target Pembangunan Huntara
“Di lain sisi kecenderungannya, ‘lah ingin pulang’. Nah kita ingin mengantisipasi hal yang tak diinginkan,” ucap Arif.
Arif menjelaskan, sesuai dengan rekomendasi badan geologi, sebanyak 15 rumah dinyatakan berada di zona paling rawan. Untuk itu, secara bertahap, rumah-rumah ini dibongkar.
“Kita targetnya memang membongkar 15 rumah yang kondisinya memang (rusak) dan berada di zona merah longsor yang tidak aman,” dia mengungkapkan.
Pembongkaran rumah itu juga telah melalui persetujuan tiap pemilik rumah. Masing-masing menandatangani pernyataan untuk bersedia direlokasi.
“Kita sepakat, karena dari kajian ini (harus direlokasi). Kita coba sosialisasikan ke pemilik rumah,” dia menegaskan.
Rencananya, setelah pembongkaran usai, BPBD akan melaporkan perkembangan ini kepada Bupati Banjarnegara untuk menuju tahapan selanjutnya, yakni pembangunan hunian sementara atau huntara.
Pemerintah Desa Kebutuhjurang menyiapkan dua alternatif lokasi untuk huntara, yakni di tanah lapangan milik desa dan dusun. Namun, BPBD tak gegabah untuk langsung menempatkan huntara di lokasi tersebut.
BPBD masih berkoordinasi dengan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) untuk mengkaji lokasi yang paling aman. Pembongkaran rumah ditargetkan selesai pada awal Maret 2019/
“Rumah relokasi itu kan butuh waktu. Jadi yang paling cepat huntara. April kita targetkan bisa ditempati,” dia menambahkan.
Advertisement