Sukses

Kembalinya Naskah Kuno Masa Sultan HB I Setelah Hilang Ratusan Tahun

Naskah-naskah kuno yang berlandaskan kearifan lokal Yogyakarta sudah kembali ke empunya. Ini kisahnya.

Liputan6.com, Yogyakarta - Merayakan 30 tahun bertahtanya Sultan Hamengku Buwono X, masyarakat Yogyakarta harus berbangga hati. Manuskrip atau naskah kuno karya tradisi penyeratan di era Sultan HB I (1755-1792) dan masa pertama Sultan HB II (1792-1810) akhirnya kembali ke pangkuan Keraton Yogyakarta.

Kepergian manuskrip itu tidak bisa dilepaskan dari peristiwa Geger Sepehi pada 1812. Pasukan Inggris menyerbu dan masuk ke keraton Yogyakarta dan juga membawa 300 judul manuskrip yang berada di kerajaan itu.

"Hanya tiga serat yang tersisa ketika itu, salah satunya Arjuna Wiwaha," ujar GKR Hayu, penghageng Tepas Tandayekti Keraton Yogyakarta, dalam pembukaan simposium internasional bertajuk Budaya Jawa dan Naskah Keraton Yogyakarta di Kasultanan Ballroom Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Selasa, 5 Maret 2019.

Kini, sebagian naskah kuno yang sudah 207 tahun berada di Inggris diserahkan kepada Keraton Yogyakarta dalam bentuk digital. Ada 75 naskah digital yang sudah kembali ke Keraton Yogyakarta. Naskah-naskah yang diperoleh dari British Library itu, antara lain, Babad Ngayogyakarta, Naskah Primbon Palintangan, Palindon, dan Pakedutan, dan Serat Jayalengkara.

Sebenarnya, naskah atau manuskrip Keraton Yogyakarta tidak semuanya berada di British Library. Naskah-naskah yang diambil itu tersebar pula di Raffles Foundation dan individu-individu yang sulit dilacak keberadaannya.

"Sewaktu naskah diangkut menggunakan kapal, ternyata ada satu kapal yang tenggelam, secara otomatis naskah hilang dan tidak mungkin diperbaiki," tutur Hayu.

Menurut Hayu, momentum ini penting untuk diperingati dengan kegiatan akademik agar pengetahuan Jawa yang telah lama hilang bangkit kembali. Ia berharap kearifan lokal Yogyakarta bisa kembali diimplementasikan seiring dengan kembalinya naskah-naskah kuno Keraton Yogyakarta.

Hayu mencontohkan selama ini Yogyakarta kehilangan sumber tata ruang dalam ilmu arsitektur dan tidak punya catatan mitigasi bencana dalam kearifan lokal.

 

2 dari 3 halaman

Proses Lima Tahun

Kembalinya naskah-naskah kuno Keraton Yogyakarta ini tidak datang begitu saja. Butuh lima tahun untuk memproses kepulangan 75 naskah kuno dalam bentuk digital dari British Library.

Sultan HB X bercerita kepulangan naskah itu tidak bisa dilepaskan dari masa pemerintahan presiden Megawati. Ketika itu, Megawati mengadakan kerja sama di bidang kebudayaan dengan Inggris.

Momentum itu dimanfaatkan Sultan HB X untuk mengajukan permohonan pengembalian naskah-naskah yang hilang karena peristiwa Geger Sepehi. Pengembalian dalam bentuk duplikat naskah pun tidak masalah baginya.

"Akhirnya saya punya alasan mengirimkan surat ke British Library menindaklanjuti kerja sama waktu itu," ucap Sultan HB X.

Sultan menuturkan proses pengembalian tidak mudah. Naskah yang akan diserahkan pada 7 Maret 2019 itu memakan waktu lima tahun untuk bisa kembali ke Yogyakarta.

Menurut Sultan, Inggris belum mau menandatangani secara resmi kepulangan naskah-naskah itu. Ia berencana untuk menulis ulang naskah-naskah itu jika dirasa terlalu lama menunggu kedatangan naskah asli kembali.

"Bagi saya ini tahap awal yang baik, perjanjian pemerintah Indonesia dengan mana pun yang berbau kebudayaan bisa juga diisi dan ditindaklanjuti oleh daerah-daerah lain," kata Sultan.

 

3 dari 3 halaman

Pameran Naskah Jadi Puncak Acara

Pameran Naskah Keraton Yogyakarta menjadi puncak kegiatan peringatan 30 Tahun Masehi Sultan HB X bertahta. Pameran yang digelar pada 7 Maret 2017 di Kagungan Dalem Bangsal Pagelaran ini akan memamerkan naskah-naskah fisik koleksi keraton warisan Sultan HB V.

Naskah yang dipamerkan antara lain babad, serat, dan cathetan warni-warni dari perpustakaan keraton, dan KHP Widyabudaya. Ada pula teks-teks bedhaya, srimpi, dan pethilan beksan, serta cathetan gendhing yang berasal dari koleksi KHP Kridhamardawa.

Berbagai koleksi dari Bebadan Museum Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat juga turut dipamerkan untuk mendukung visualisasi naskah. Selain pameran naskah dalam bentuk fisik, beberapa naskah yang diserahkan British Library akan ditampilkan dalam bentuk digital.

Pameran ini terbuka untuk umum mulai pukul 09.00 WIB. Pengunjung hanya perlu membayar biaya administrasi masuk ke Bangsal Pagelaran.

Selain pameran, juga dibuka kelas kuratorial dan tur ruang pamer yang akan dipandu oleh akademisi dan komunitas. Kegiatan tersebut dilakukan setiap akhir pekan dengan tujuan menyuburkan atmosfer akademis di Yogyakarta.Â