Sukses

Maut di Tanjakan Sikelir Banjarnegara

Puluhan warga dan relawan pun tunggang-langgang menghindari luncuran tonggak bambu.

Liputan6.com, Banjarnegara - Hujan lebat memicu tebing setinggi 30 meter di jalan provinsi ruas Dukuh Clibikan, Desa Wanayasa, Banjarnegara longsor pada awal dasarian kedua Februari 2019 lalu. Jalur ini pun putus total.

Material longsoran menggunung menutup jalan. Jalur strategis antara kecamatan dan kabupaten ini pun putus total. Jalan ini adalah penghubung kecamatan Wanayasa menuju Karangkobar, sekaligus menjadi penghubung Kabupaten Banjarnegara ke kabupaten tetangga, Pekalongan dan Wonosobo.

Menimbang betapa strategisnya jalur ini, petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara, relawan dan warga setempat secepatnya bekerja bakti menyingkirkan material longsor.

Semula, kerja bakti massal itu berjalan aman. Namun, kemudian timbul masalah ketika sisa material longsor masih teronggok di jalan berkontur miring ini. Salah satunya, tonggak besar bambu.

Bukan hal mudah untuk menyingkirkan tunggal berukuran besar ini. Setelah berdiskusi cukup lama, relawan memutuskan untuk menarik bonggol akar bambu itu dengan tali.

Semula, tunggak berukuran nyaris sebesar truk itu hendak disingkirkan ke tanah lapang. Ternyata, ini lah awal nestapa bagi warga Wanayasa. Tunggak yang ditarik itu hanya berputar layaknya gansing dan justru meluncur liar ke jalan yang menurun.

Puluhan warga dan relawan pun tunggang-langgang menghindari luncuran tonggak bambu. Nahas, empat warga jadi korban. Mereka tak bisa menghindari tonggak yang meluncur cepat.

Salah satunya Hamdan, warga Dusun Clibikan RT 3/6 Desa Wanayasa. Ia bersama Lutfi, Nur Hayan, dan Kaswan sempat tersambar tonggak bambu itu. Mereka mesti dilarikan ke Puskesmas lantaran insiden longsor ini.

Saksikan video pilihan berikut ini:

2 dari 2 halaman

Retakan Baru Muncul di Ruas yang Sama

Empat warga itu akhirnya harus dilarikan ke Puskesmas karena terluka akibat insiden tersebut. Sayangnya, Hamdan tak bisa diselamatkan. Ia mengembuskan napas terakhir hari itu, Kamis, 22 Februari 2019.

"Semuanya menghindar. Saya lari sampai jatuh ke selokan," ucap Junto, warga Wanayasa.

Junto beruntung bisa menghindar dari amukan tunggak bambu yang meluncur tak terkendali. Namun, tetap saja, sepeda motornya menjadi korban. Secara total, ada tujuh sepeda motor yang rusak dalam peristiwa ini.

Jalur penting ini akhirnya kembali bisa diakses masyarakat. Pengorbanan Hamdan bakal dikenang dan menjadi pengalaman penting bagi relawan kebencanaan.

Usai peristiwa ini, lalu lintas kembali normal. Namun, dua minggu berselang, gerakan tanah kembali terjadi di ruas yang sama, Dusun Clibikan.

Di tebing atas jalan raya yang menghubungkan Kecamatan Wanayasa dengan Batur atau Dieng itu, warga menemukan retakan di lahan garapan. Retakan itu memanjang kurang lebih 25 meter dengan lebar antara 80 sentimeter hingga satu meter.

"Perkiraannya sudah terjadi beberapa hari, tapi baru diketahui Senin atau Selasa lalu," kata Kepala pelaksana harian BPBD Banjarnegara, Arif Rachman, Kamis, 14 Maret 2019.

Dia menduga gerakan tanah itu kembali terjadi usai dipicu hujan dengan intensitas tinggi akhir-akhir ini. Gerakan tanah juga dipicu minimnya saluran air atau drainase yang berfungsi mengalirkan air hujan.

Lokasi tebing memang cukup jauh dari permukiman. Namun, risiko bencana justru mengancam keselamatan para pengguna jalan yang berlalu lalang di bawahnya. Tebing itu berada persis di sisi jalan yang cukup padat kendaraan.

Karenanya, petugas BPBD berupaya semampunya agar retakan tak berlanjut longsor, antara lain menutup retakan dengan tanah.

"Kami sudah berkoordinasi dengan Bina Marga untuk segera melakukan penanganan," ucap Arif.