Liputan6.com, Surabaya - Belum juga usai kehebohan isu kiamat yang terjadi di Ponorogo, kini giliran warga Jember, Jawa Timur yang termakan isu serupa. Sedikitnya 28 warga dari Desa Umbulsari dan warga dari Desa Gunungsari, Kecamatan Umbulsari, Kabupaten Jember, memeilih meninggalkan rumahnya karena percaya akan terjadi kiamat.
28 warga itu tergabung dalam jamaah Thoriqoh Salawat Musa AS. Untuk menyelamatkan diri dari kiamat, mereka berniat pindah ke Pondok Pesantren Miftahul Falahil Muftadiin yang berada di Desa Sukosari, Kecamatan Kesambon, Kabupaten Malang, Jawa Timur.Â
Berdasarkan informasi yang diterima Liputan6.com, para jamaah itu percaya bahwa kiamat akan terjadi bersamaan dengan malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan mendatang atau sekitar 2 bulan lagi. Alhasil warga didua desa itu resah.
Advertisement
Baca Juga
Kepala Desa Umbulsari, Fauzi membenarkan ihwal kejadian ini. Dia mengakui bahwa beberapa warganya telah berangkat ke Kabupaten Malang utuk menyelamatkan diri dari kiamat sebagaimana isu yang berkembang di masyarakat.
"Benar warga kami ada 8 Kepala Keluarga (KK), perkiraan sebanyak 25 orang dan ada juga yang berasal dari desa lainnya, Desa Gunung Sari, namun tidak semuanya ikut ke Malang," kata Fauzi, Jumat, 15 Maret 2019.
Fauzi menjelaskan bahwa warganya yang menjadi pengikut jamaah Thoriqoh tersebut, berangkat ke Malang setelah diajak oleh Ahmad Mudasir. Ahmad Mudasir merupakan tokoh masyarakat setempat yang selama dua thaun belakangan ini menjadi ustad bagi pengikut jamaah Thoriqoh di Desa Umbulsari.
Seiring berjalannya waktu, ajaran yang disampaikan Ahmad Mudasir dinilai semakin tidak masuk akal, hingga menimbulkan keresahan. Apalagi setelah Ahmad Mudasir menyampaikan tentang isu kiamat yang dipercaya begitu saja oleh seluruh jamaahya itu.
"Saya tahu informasi ini, karena salah seorang saudaranya ikut aliran tersebut, mau menjual tanahnya. Pemahaman mereka harta sudah tidak ada gunanya, karena kiamat segera datang," jelas Fauzi.
Saksikan video pilihan menarik berikut:Â
Keganjilan
Fauzi merasa ada yang ganjil karena warga yang menjual tanah miliknya itu kemudian membeli mobil. Bahkan mereka sudah berpamitan ke sanak saudaranya untuk pergi ke Malang demi menyelamatkan diri dari kiamat yang akan terjadi berdasarkan isu tersebut.
"Merkea tentu saja dilarang . Namun setelah tiga hari berlalu, mereka pergi tanpa kabar dan pesan," ucap Fauzi.
Fauzi pun berusaha mencari tahu apa yang diajarkan oleh Ahmad Mudasir kepada saudaranya yang menjadi pengikut jamaah Thoriqoh. Nmaun saudaranya itu justru berusaha menutup-nutupi apa yang disampaikan Ahmad Mudasir kepada mereka.
"Saat saya tanya ke saudara yang hendak menjual tanahnya, saudara saya kalau mengaku tidak memiliki gairah kerja, karena alasan mau kiamat," jelas Fauz.
Fauzi akhrinya berusaha memberitahukan kepada warganya bahwa apa yang mereka percayai itu tidak benar. Tapi malah Fauzi yang dibantah oleh warganya sendiri dan menilai Fauzi yang salah.
"Tidak begitu, tu salah tafsir," ujar Fauzi menirukan bantahan saudaranya.
Saudara Fauzi itu pun akhirnya benar-benar berangkat ke Malang, ia juga memaksa istrinya untuk ikut. Ia berangkat setelah menjual tanah miliknya dengan harga Rp. 80 juta, uang tersebut rencananya menjadi bekal menunggu selama tiga bulan di Malang.
Advertisement
Polisi Turun Tangan
Setelah mendapat informasi tentang adanya warga yang berangkat ke Malang karena isu kiamat, Polsek Umbulsari langsung melakukan penyelidikan. Polisi juga mendata warga yang pergi ke Malang, terkait isu kiamat telah dekat.
Dari pengumpulan data, sedikitnya sebanyak 28 warga dari Dusun Sumberejo Desa Kecamatan Umbulsari dan Desa Gunungsari Kecamatan Umbulsari ke Kesambon Kabupaten Malang.
"Mereka pengikut jamaah salawat Musa, mulai meresahkan warga sekitar, karena kegiatan itu tertutup. Selain itu menjual aset-asetnya, karena akan terjadi kiamat," kata Kapolsek Umbulsari, AKP Sunarto saat dikonfirmasi terpisah.
Namun ini masih baru keterangan sepihak dari warga yang resah. Sebab, polisi masih belum meminta keterangan dari pengikut dan Ahmad Mudasir, karena masih mondok suluk di Malang.
Sunarto menghimbau masyarakat yang merasa dirugikan dengan kegiatan itu supaya lapor ke polisi. Dia meminta masyarakat tidak main hakim sendiri, apalagi hingga terjadi tindakan anarkis.
"Jika terjadi hal seperti itu, maka akan berhadapan dengan hukum. Warga boleh menyampaikan aspirasinya, karena dilindungi undang-undang. Yang dilarang adalah berbuat anarkis," ujarnya.