Liputan6.com, Jayapura - Mama Mika Rumansara (40 tahun) beruntung lepas dari maut akibat banjir bandang yang menerjang Kota Sentani pada Sabtu, 16 Maret 2019. Berbekal surat-surat berharga yang dimilikinya, termasuk beberapa lembar pakaian yang bisa ia bawa dengan tas, Mama Mika bersama dengan dua orang anaknya keluar dari rumah di daerah Kemiri, Sentani.
"Malam itu, sesaat setelah hujan deras, nenek minta kami menyimpan pakaian dan surat-surat penting untuk dibawa keluar rumah. Nenek bilang, hujan semakin deras, ia cemas bahaya akan datang," kata Mama Mika, mengingat ucapan ibunya yang berumur 70 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Ia dan dua anaknya beserta neneknya lantas meninggalkan rumah yang ditempati dan menuju Kantor Bupati Jayapura. Kantor pemerintahan ini banyak dipilih warga setempat untuk berlindung dari ancaman musibah karena terletak di dataran tinggi dan lokasinya luas.
Benar saja, setibanya di kantor yang biasa disebut Kantor Gunung Merah itu, kabar soal banjir bandang pun tersebar di mana-mana. Mama Mika tak henti-hentinya mengucap syukur atas bimbingan Tuhan yang masih berpihak kepada keluarganya sehingga terlepas dari bencana.
Kini, Mama Mika dan keluarganya masih bertahan di kantor bupati setempat. Rumah yang ditinggalinya sudah rata dengan tanah dan tak ada yang tersisa akibat diterjang banjir bandang. "Suami saya tugas di Mamberamo Tengah. Tapi kami sudah berkabar bahwa semua keluarga dan surat-surat penting terselamatkan," kata Mama Mika yang berharap keadaan di Sentani dapat kembali normal.
Pengungsi Terus Berdatangan
Dua tenda bertuliskan BPBD berdiri kokoh di halaman kantor Bupati Jayapura. Posko terpadu banjir bandang Sentani memang dipusatkan pada kantor pemerintahan itu. Hingga minggu sore kemarin, dua tenda darurat sudah ditempati pengungsi laki-laki dari sejumlah daerah yang terdampak banjir bandang.
Sementara anak-anak dan perempuan, ditempatkan pada satu aula di salah satu sisi gedung pemerintahan itu. Sayangnya, tempat pengungsian untuk anak-anak dan perempuan sangat pengap karena tak ada jendela dan penerangan di dalamnya.
"Kami butuh penerangan dan air bersih. Udara di sini juga sangat minim, anak-anak banyak yang tak nyaman dan menangis terus," kata Diana, ibu muda dengan anaknya yang berumur 1 tahun.
Posko terpadu banjir bandang Sentani mencatat lebih dari 4.000 pengungsi tersebar di sejumlah posko. Kediaman Bupati Jayapura, Mathius Awoitauw pun dijadikan posko pengungsian yang dihuni lebih dari 1.000 orang. Sementara posko lainnya tersebar di sejumlah perumahan warga, di antaranya di Perumahan Bintang Timir, Doyo, Sekolah HIS dan sejumlah rumah ibadah.
"Tiga distrik yang paling parah dilanda banjir adalah Dostrik Sentani Kota, Waibu dan Ditsrik Sentani Barat. Banyak rumah warga hanyut. Data kami ada lebih dari 350 rumah terseret arus banjir hingga rusah parah," kata AKBP Victor Dean Mackbon, Kapolres Jayapura yang juga ditunjuk sebagai ketua tim penanganan terpadu banjir bandang Sentani.
Posko terpadu juga menyebarkan imbauan kepada warga atau instansi lainnya, untuk tidak menyumbangkan mi instan untuk pengungsi di Sentani. "Pakaian layak pakai, pampers atau kebutuhan perempuan lainnya masih diperlukan," kata Victor.
Dapur umum di posko terpadu juga mulai sibuk dengan sejumlah peralatan lengkapnya. "Beras sudah didatangkan dari Bulog. Sepertinya makanan sejauh ini aman," kata Ina, seorang relawan yang membantu di dapur umum itu.
Sejak kemarin, PT Pertamina (Persero) Marketing Operation Region VIII juga telah menyalurkan 500 bantuan pangan siap santap, kompor dan tabung gas, untuk korban terdampak.
Sejumlah bantuan diberikan oleh General Manager Marketing Operation Region VIII, Iin Febrian kepada Wakil Bupati Jayapura, Giri Wijayantoro. Pertamina berharap bantuan yang diberikan tersebut dapat mengurangi beban pengungsi dan korban lainnya yang masih bertahan di tenda darurat.
Untuk tahapan awal, Pertamina menyediakan 10 tabung Bright Gas 5,5 kg, 10 tabung Elpiji 12 kg, 2 tabung Elpiji 50 kg, 5 kompor, 10 karung beras, 30 karton mi instan, 55 rak telur, dan 30 dus air mineral. "Kami juga menyediakan satu mobil ambulans untuk membantu pelayanan kesehatan. Ambulans ditempatkan di posko terpadu," ujar Iin.
Advertisement
Proses Identifikasi
Kesibukan lainnya usai banjir bandang juga terlihat di Puskesmas Sentani Kota. Puskesmas yang terletak dekat Bandara Sentani, menjadi lokasi terdekat untuk evakuasi korban banjir bandang yang masih hidup ataupun yang sudah meninggal.
"Jika korban ditemukan masih hidup akan dibawa ke Puskesmas Sentani, untuk diberikan pertolongan pertama. Ada juga korban yang ditemukan hidup dibawa ke posko kesehatan terpadu. Namun, jika dibutuhkan rujukan, akan dibawa ke RS Bhayangkara, RS Abepura dan RS Dian Harapan di Waena," ujar Victor Dean.
Kemudian, untuk jenazah yang ditemukan, akan dipusatkan penempatannya di RS Bhayangkara, sekaligus dilakukan identifikasi. "Hari ini, RS Bhayangkara mendapatkan tambahan 5 dokter forensik dari Mabes Polri, untuk membantu identifikasi jenazah. Kami berharap dengan penambahan ini, proses identifikasi cepat selesai,” kata Kabid Humas Polda Papua, Kombes Pol AM Kamal, Senin (18/3/2019).
Hingga malam tadi, jumlah korban jiwa yang ditemukan tim evakuasi dan berada di RS Bhayangkara berjumlah 64 orang. Kemudian sebanyak 41 jenazah telah berhasil diidentifikasi dan telah diserahkan kepada keluarga korban.
"Sisanya akan dilakukan identifikasi hari ini dengan bantuan lima dokter forensik dari Mabes Polri. Kemungkinan korban masih bertambah, karena masih banyak warga yang melaporkan kehilangan keluarganya," ujar Kamal.
Simak video pilihan berikut ini: