Sukses

Perjalanan Bersinarnya Kecap Cap Matahari Khas Cirebon

Sekarang sudah generasi kedua dan masih beroperasi.

Liputan6.com, Cirebon - Wangi olahan kedelai hitam semerbak saat melihat aktivitas Pabrik Kecap Cap Matahari di Jalan Pagongan Gang Kebon Blimbing Kelurahan Pekalangan, Kota Cirebon.

Kecap Cap Matahari merupakan salah satu warisan kuliner Nusantara dari Pantura Cirebon. Berdiri sejak 1965, pembuatan kecap cap Matahari tersebut masih tradisional.

"Sekarang sudah generasi kedua dan alhamdulillah masih beroperasi," kata keluarga penerus usaha Kecap Matahari, Otong, Kamis (28/3/2019).

Dia menyebutkan, Kecap Cap Matahari dirintis pertama kali oleh Dipa Cahya. Sang perintis menjual menggunakan gerobak berkeliling dari rumah, pasar, hingga pedagang kuliner khas Cirebon.

Otong mengatakan, hingga saat ini proses pembuatan kecap masih tradisional. Tumpukan kayu bakar dan beberapa bak berukuran besar menjadi saksi perjalanan penjualan kecap khas Cirebon itu.

"Semua diolah manual mulai dari mengolah kedelai hitam, pengecapan dan pengeleman logo hingga proses memasukkan cairan kecap ke dalam botol. Bahkan, pengemasan botol kecap ke peti saja masih pakai peti kayu," kata dia.

Dia mengaku, tidak ada yang tahu pasti alasan pemberian nama Kecap Cap Matahari itu. Keluarga hanya mengetahui suka duka penjualan kecap dan cara pembuatan.

Kendati demikian, kecap tersebut masih bertahan dan memiliki banyak konsumen. Bahkan, sebagian besar penjual Nasi Lengko Khas Cirebon tidak pernah absen menggunakan Kecap Cap Matahari.

"Iya orang bilangnya begitu, terutama pedagang nasi lengko. Katanya berpengaruh dengan rasa nasi lengkonya," ujar dia.

2 dari 3 halaman

Ciri Khas

Berbeda dengan kecap lain yang sudah beredar, kecap ini tidak menggunakan bahan pengawet. Namun, daya tahan Kecap Cap Matahari sampai satu tahun.

Rasa dari kecap cap matahari berbeda dengan kecap lain yang ada di pasaran. Manis dan asin dalam kecap seakan menyatu dan sangat terasa di lidah.

"Harga kecap kami itu per botol Rp 17 ribu kalau tukar botol atau isi ulang Rp 15.500 per botol," sebut dia.

Dia menjelaskan, proses pembuatan kecap dilakukan secara tradisional untuk menjaga mutu dan cita rasa yang khas. Oleh karena itu, dia mengaku tak khawatir dengan maraknya produk kecap lain yang sudah menggunakan alat modern.

Dia menyebutkan, dalam sehari Otong bersama karyawannya mampu memproduksi 1000 botol kecap. Namun, pasar pembuatan kecap hanya di kawasan Cirebon saja.

"Ada Kuningan, Majalengka, Indramayu, tapi memang tidak sebanyak di Cirebon. Setahu saya di daerah tersebut juga punya kecap sendiri," ujar Otong.

Sementara bahan olahan kecap didapat dari pedagang yang ada di wilayah Pantura Cirebon. Otong mengaku sudah memiliki pelanggan tetap untuk menyuplai bahan baku kedelai hitam hingga kayu bakar.

"Butuh 70 kg kedelai kemudian 11 bal gula merah dan garam secukupnya setelah itu diolah buka dari jam 08.00 Wib pagi sampai 15.00 kalau hujan paling molor satu jam karena kondisi kayu bakar biasanya tidak kering sekali," kata dia.

3 dari 3 halaman

Proses Pembuatan

Otong menyebutkan, proses pembuatan kecap yang tradisional membutuhkan waktu yang cukup lama. Dia menyebutkan, sebelum jadi kecap, kedelai hitam direndam selama satu minggu.

Kedelai hasil fermentasi diangkat dan disaring untuk dipisahkan air dengan kacangnya. Dia mengatakan, air dari kedelai hitam dicampur dengan air gula merah dan air bersih.

"Diaduk sampai gula mencair selama 3 jam. Kedelai hitam hasil fermentasi nya bisa dijual lagi untuk olahan makanan namanya Tauco," sebut Otong.

Campuran air kedelai hitam, gula merah dan air bersih tersebut kemudian diberi bumbu, garam untuk diolah kedua kalinya. Olahan terakhir tersebut dilakukan selama tiga jam hingga mengental menjadi kecap.

Setelah mengental, kecap tersebut kemudian dimasukkan ke dalam botol menggunakan gayung dan corong sebagai penghantar cairan kecapnya.

"Pernah kami layani pembeli untuk dibawa ke Kalimantan. Kebetulan orang Cirebon dinas di Kalimantan belanja kecap di sini banyak," ujar dia.

Saksikan video pilihan berikut ini: