Liputan6.com, Klaten - Jejak bangunan candi berukuran besar ditemukan di wilayah Kabupaten Klaten. Situs itu ditemukan di Dusun Krapyak, Desa Dompyongan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. .
Adalah Setyo Purwanto (45), warga Dusun Krapyak yang menemukan jejak candi itu bersama beberapa pemuda di kampungnya sekitar tahun 2000 atau hampir 20 tahun lalu.
"Awalnya saya dan beberapa teman pemuda iseng-iseng menggali tanah. Tiba-tiba ada batu yang rapi. Tak sengaja kami menemukan batu candi itu," katanya.
Advertisement
Baca Juga
Saat awal ditemukan hanya batu relief dan potongan bagian candi. Namun seiring waktu berjalan, temuan semakin banyak. Temuan batu candi itu tersebar di pekarangannya maupun pekarangan lain milik tetangga. Bahkan, di makam dan dekat masjid ditemukan dor pel pintu candi berukuran sekitar 118 sentimeter x 60 senti meter dan batu bertakik.
Selain batu candi, ada dua arca yang berbentuk patung Dewa Wisnu dalam posisi duduk menyusul ditemukan di selatan makam. Satu ukuran besar utuh setinggi satu meter dan satu hanya tinggal setengah ukuran kecil. Di pekarangan warga ke timur 400 meter dari rumahnya pernah ditemukan arca Ganesha, tetapi dikubur lagi. Atas temuan itu, warga langsung melapor ke Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPBC) Jawa Tengah.
Simak video pilihan berikut:
Â
Â
Rangkaian Peradaban Kuno Gunung Merapi?
Laporan sudah dua kali, tetapi hanya dicek dan belum ada tindak lanjut. Akhir-akhir ini temuan semakin banyak. Setelah dicermati, pagar pekarangan warga yang panjangnya puluhan meter itu, ternyata dibangun dari batu bekas candi. Ada kemuncak, relief, maupun batu pagar candi. Reliefnya masih bisa dilihat, asal lumut yang menempel dibersihkan.
Tahun 2019, warga juga menemukan perhiasan berupa cincin, kalung, dan mirip lampu di tepi Sungai Woro atau sisi barat desa. Karena ketidaktahuan warga, benda-benda itu ada yang dijual ke tukang rosok atau peminat. Jejak candi lainnya ada di pekarangan Sadiman, di selatan makam. Ditemukan dua makara candi, tetapi bukan relief binatang. Ukuran makara, penghiasan pintu masuk candi cukup besar dan masih utuh.
"Karena saya peduli, beberapa saya kumpulkan," kata Setyo Purwanto, tokoh pemuda Dusun Krapyak itu.
Warga berharap pemerintah segera turun tangan agar jejak sejarah itu tidak hilang. Sebelumnya ditemukan dua titik jejak candi Desa Candirejo, Kecamatan Ngawen dan Desa Ngrundul, Kecamatan Kebonarum. Bahkan di Desa Ngrundul ditemukan prasasti Mataram Kuno.
Menurut Kepala Desa Dompyongan, Kecamatan Jogonalan, Sarono, selain banyak temuan artefak dan arca, di dekatnya ada sungai. Sungai itu bukan untuk pengairan, tetapi diduga bekas taman atau pemandian. Benda-benda tersebut ditemukan satu setengah meter di kedalaman tanah. Melihat struktur tanah berupa pasir halus, kemungkinan karena tertimbun letusan Gunung Merapi. Sebab, alur Sungai Woro di barat desa yang ditemukan bendabenda itu berhulu ke Gunung Merapi.
Kepala Unit Candi Sewu, Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng, Deny Wahju Hidajat mengaku sudah mendapatkan laporan temuan itu. BPCB akan segera mengirim tim untuk menindaklanjuti hal itu.Â
Advertisement