Liputan6.com, Cilacap - Matahari sudah jauh menggelincir ke barat ketika Faiz dan sejumlah santri di Pondok Pesantren Rubat Mbalong, Tambaksari, Cilacap, Jawa Tengah memulai aktifitasnya seusai istirahat siang. Segera saja, ia masuk ke kandang maggot BSF yang tertutup jaring hijau.
Sepintas lalu, hewan ini mirip dengan belatung dan sedikit menjijikkan. Hanya saja berbeda dari belatung yang selalu meruapkan bau busuk, dalam budidaya Maggot, bau busuk itu nyaris tak terasa, meski tetap saja ada bebauan tak sedap.
Sama seperti rutinitas yang dilakukan Faiz di hari-hari sebelumnya, sore ini Faiz memanen maggot yang merupakan larva Black Soldier Fly atau BSF. Sejenis lalat, dengan ukuran yang lebih panjang dan besar.
Advertisement
Baca Juga
Sepanjang hidupnya, BSF tak pernah makan. Makanya, ia bukan lah hama. Larva-larva yang menetas dari ratusan ribu telur itu pun punya ragam manfaat.
“Makannya sampah. Jadi kalau ada sampah sayuran atau buah dikasih makan ke maggot,” ucapnya, beberapa waktu lalu.
Maggot itu lantas dimasukkan ke ember. Jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan pakan ikan dan ternak.
Budidaya maggot menjadi rantai penting lantaran hewan-hewan kecil ini lah yang menjadi pakan utama dalam budidaya perikanan dan peternakan secara organik yang tengah dimkembangkan pesantren. Tanpa maggot, biaya pakan melonjak berlipat-lipat.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Pemanfaatan Maggot Mampu Tekan Biaya Pakan
Sebelumnya, di tempat yang sama, santri juga telah memelihara cacing yang juga dimanfaatkan sebagai pakan ikan dan ternak. Tetapi, maggot dianggap lebih efektif karena lebih cepat berkembangbiak dan cepat bisa dimanfaatkan.
“Dari menetas sampai bisa untuk makan ternak hanya sekitar 17 hari,” kata Faiz, beberapa waktu lalu.
Kini, tiap hari Faiz memanen sekitar 15 kilogram maggot. 15 kilogram itu bisa mencukupi kebutuhan pakan di tiga kolam lele bioflok dan ratusan ternak lainnya. Tentu, pakan ikan itu tak melulu maggot. Tetap masih diperlukan pakan buatan pabrik untuk menyeragamkan bobot ternak.
Maggot juga sangat efektif menekan biaya pakan. Komponen biaya dalam pemeliharaan ikan dan ternak terbesar adalah pakan.
Dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam satu kali pemeliharaan ikan atau ternak hingga panen, pakan menyedot biaya hingga 70 persen. Sebab itu, peternak kerap rugi jika seluruh kebutuhan pakan dicukupi dengan pakan buatan pabrik.
Maggot adalah alternatif menciptakan pakan murah di tengah harga pakan pabrikan yang semakin tak terjangkau peternak. Kandungan protein dan mineral yang tinggi juga menjadi jaminan ternak cepat besar dan bisa memangkas waktu panen.
“Bisa menghemat biaya pakan sampai 60 persen,” ucap Syamsul Wibowo, Humas Ponpes Rubat Mbalong.
Advertisement
Pemanfaatan Sisa Makanan Maggot untuk Pertanian Organik
Satu kolam bioflok per hari membutuhkan sekitar empat kilogram pakan. Sebagian besar dicukupo dengan maggot. Sedangkan untuk menghasilkan maggot empat atau lima kilogram, hanya dibutuhakns ekitar satu gram telur BSF.
Selain dimanfaatkan sebagai pakan ternak, bekas pakan maggot yang terdiri dari serasah padi, buah-buahan atau sayur busuk bisa dimanfaatkan sebagai sumber kompos atau pupuk organik di lahan pertanian pesantren.
Di kebun, santri menanam kangkung, kacang panjang, cabai, timun hingga bayam. Sebagian besar hasil panen dimasak sendiri oleh santri. Sisanya, dijual dan digunakan untuk siklus penanaman berikutnya.
Syamsul pun mengklaim, ikan, ayam pedaging hingga sayur yang dihasilkan itu lebih sehat dibanding komoditas yang sama di pasaran. Sebab, seluruhnya dikelola dengan cara organik.
“Memang belum organik 100 persen karena masih ada pakan buatan pabrik. Tapi kita mengarah ke sana,” dia menerangkan.
Maggot juga bermanfaat agar sampah organik yang dihasilkan santri bisa berdaya guna. Seluruh sisa pakan, atau sayur dan buah-buahan sisa dipakai untuk memberi makan maggot. Pendek kata, dengan budidaya maggot, tak ada makanan maupun sisa bahan organik yang tersisa.
Dari bahan yang semula tak bernilai ini dihasilkan ratusan ribu maggot yang siap digunakan sebagai pakan ternak. Sebagian lainnya dimanfaatkan sebagai indukan BSF untuk periode pemeliharaan berikutnya.