Sukses

Belasan Siswa Tersesat Ditemukan Melalui Kamera Pengintai Harimau

Sebanyak 12 siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Pekanbaru yang tersesat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) akhirnya ditemukan.

Liputan6.com, Pekanbaru - Sebanyak 12 siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kehutanan Pekanbaru yang tersesat di Taman Nasional Bukit Tiga Puluh (TNBT) akhirnya ditemukan. Evakuasi berlangsung beberapa jam karena sejumlah siswa pingsan akibat dehidrasi dan tak makan.

Penemuan belasan siswa tersesat dan satu personel polisi hutan ini berjarak sekitar 10 kilometer dari basecamp Granit TNBT, tempat mereka menginap. Mereka ditemukan di dekat kamera pengintai di kawasan yang masuk Kabupaten Indragiri Hulu, Riau.

"Kamera yang biasanya digunakan untuk memantau satwa liar," jelas Kepala Badan Search and Rescue Nasional (Basarnas) Pekanbaru, Gede Darmada, Rabu petang (3/4/2019).

Sebagai informasi, kamera ini biasanya digunakan untuk memantau harimau sumatera, gajah ataupun tapir. Pemasangan dilakukan karena TNBT termasuk habitat satwa tersebut.

Gede menjelaskan, belasan siswa ini pertama kali ditemukan Tim Ranger TNBT yang menyisir lokasi sejak Selasa siang, 2 April 2019. Pencarian kemudian dilanjutkan pada malam hari tapi tak membuahkan hasil.

"Akhirnya Basarnas dihubungi dan sampai di sana Rabu siang. Setelah ditemukan tak bisa langsung dievakuasi karena dilakukan pemulihan dulu," kata Gede.

Sewaktu ditemukan, kondisi beberapa siswa agak lemah karena kehabisan suplai makanan dan kehabisan air minum. "Ada juga siswa yang luka ringan sehingga perlu penanganan medis," ucap Gede.

2 dari 2 halaman

Penyebab Tersesat

Evakuasi juga dibantu personel Polres Indragiri Hulu, badan penanggulangan bencana setempat, Basarnas Provinsi Jambi. Selanjutnya, siswa diserahkan kepada guru pembimbing begitu tiba di Basecamp Granit TNBT.

Gede menerangkan, kejadian bermula ketika 20 siswa termasuk Polhut masuk ke TNBT untuk praktik pengamanan serta perlindungan hutan. Ada beberapa simulasi dilakukan sejak Selasa pagi.

Seusai jadwal, para siswa ini sudah harus kembali Selasa siang. Hanya saja yang sampai ke basecamp tersebut hanya delapan siswa sementara sisanya tak kunjung datang hingga petang menjelang.

"Akhirnya dilakukan pencarian, malamnya juga tapi tak ditemukan jejaknya karena diduga keluar dari jalur yang sudah dibuat," sebut Gede.

Menurut Gede, tersesat di hutan merupakan peristiwa biasa apalagi bagi pemula. Diduga, para siswa ini kehilangan arah mata angin dalam perjalanan pulang sehingga keluar dari jalur.

"Bagaimana pastinya mereka tersesat nanti diminta keterangan, saat ini pemulihan dulu dan evakuasi," Gede menegaskan.