Sukses

Berkah Kolam Keramat Peninggalan Dato Tiro

Kolam Hila-Hila yang berada di Kabupaten Bulukumba, Sulsel tak hanya digemari masyarakat biasa. Para caleg pun turut mengejar karamah kolam yang berasal dari goresan tongkat sakti penyiar agama Islam itu.

Liputan6.com, Bulukumba Dato Tiro yang bernama asli Al Maulana Khatib Bungsu merupakan salah satu penyiar agama Islam terpandang di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Tak hanya menyebarkan ajaran-ajaran kebaikan, Dato Tiro juga meninggalkan sejumlah keunikan yang hingga saat ini terus terjaga. Bahkan, dari keunikan yang ditinggalkannya itu diyakini masyarakat dapat membawa sebuah keberkahan. Salah satunya keberadaan sumur panjang yang dikenal oleh masyarakat Kabupaten Bulukumba dengan nama Permandian Hila-Hila.

Permandian Hila-Hila yang berlokasi di Kecamatan Bonto Tiro atau tepatnya mengelilingi masjid kuno peninggalan Dato Tiro itu, hingga saat ini menjadi salah satu destinasi wisata religius. Tak hanya dikunjungi masyarakat di musim liburan, tapi juga para calon legislatif (caleg) ketika musim pemilihan legislatif (pileg) untuk mencari berkah.

Andi Rahmat, warga setempat menjelaskan bahwa dari cerita yang ada, dahulunya Dato Tiro hanya membuat garis panjang yang berkelok-kelok dari tongkatnya dan kemudian bekas garisan tersebut mengeluarkan air yang banyak dan akhirnya tertampung menjadi sebuah sumur atau kolam.

"Konon ceritanya demikian. Coba saja lihat kolam tersebut, bentuknya panjang tapi berkelok-kelok seperti bentuk ular," terang Rahmat, Kamis, 4 April 2019.

Sumur atau kolam itu dahulunya, kata Rahmat, dijadikan sebagai tempat berwudu oleh masyarakat setempat. Namun seiring waktu berjalan, saat ini masjid kuno peninggalan Dato Tiro yang bernama Masjid Nurul Hilal Dato Tiro sudah memiliki keran air yang tetap sumber airnya berasal dari sumur tersebut.

"Pengunjung sangat ramai ke Kolam Hila-Hila Kabupaten Bulukumba ini. Ada yang sekadar berliburan dan mengambil airnya sebagai obat penyembuh dari penyakit serta ada juga para caleg yang datang mandi untuk mencari keberkahan," jelas Rahmat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

 

2 dari 2 halaman

Makam Dato Tiro Tak Kalah Ramai

Selain keberadaan sumur atau kolam panjang yang dikenal dengan sebutan Kolam Hila-Hila tersebut, tak jauh dari situ atau sekitar 100 meter dari lokasi, juga terdapat makam Dato Tiro yang juga tak kalah ramainya dikunjungi oleh wisatawan lokal di antaranya para caleg yang berasal dari beragam daerah di Sulsel.

"Jadi ketika tiba di Kecamatan Bonto Tiro, kebanyakan pengunjung itu lebih awal berziarah ke makam Dato Tiro. Setelah itu mereka ke kolam Hila-Hila untuk berendam katanya sekaligus pembersihan diri," ujar Rahmat.

Pengunjung kawasan wisata Permandian Hila-Hila yang ingin melaksanakan salat ketika waktu salat tiba, juga tak sulit menemukan masjid. Keberadaan masjid tepat di samping kolam. Dahulunya merupakan masjid kuno peninggalan Dato Tiro.

"Namanya dahulu adalah masjid Hila-hila dan berubah nama pada tahun 1971 dengan nama Masjid Nurul Hilal Dato Tiro," tutur Rahmat.

Masjid tertua di Kabupaten Bulukumba tersebut, dibangun pada tahun 1605 masehi. Selain usia yang tua, masjid itu memiliki keunikan tersendiri. Kubahnya yang berbentuk menyerupai rumah adat Jawa yang terdiri dari tiga tingkat, sedangkan arsitektur dinding jendela diambil dari rumah khas Sulsel.

 

Simak video pilihan berikut ini: