Liputan6.com, Blora - Ada sebuah kisah menarik dari salah satu sastrawan ternama asal Blora, Pramoedya Ananta Toer, yang tidak banyak orang ketahui. Kisah itu tentang Pramoedya Ananta Toer yang menabok adiknya karena dituduh menabrak anak orang di Jakarta.
Soesilo Toer, adik kandung Pram, sapaan akrab Pramoedya Ananta Toer, mengisahkan kejadian itu terjadi pada tahun 1950. Saat itu Pram baru saja kembali dari Belanda usai mengikuti program pertukaran budaya.
"Waktu itu sekitar tahun 1950, saya di Blora tidak ada yang ngurus, saya bertiga dengan kakak saya diajak Pram ke Jakarta," kata Soes panggilan akrab Soesilo Toer (82), adik ketujuh Pramoedya Ananta Toer ditemui Liputan6.com di Pepustakaan PATABA yang juga menjadi kediamannya beberapa waktu lalu.
Advertisement
Baca Juga
Pram memang dikenal sebagai orang yang sangat senang membaca, termasuk membaca koran. Setiap pagi Pram selalu menyuruh adiknya itu untuk membeli koran dengan menggunakan sepeda.
"Suatu hari saya dituduh nabrak anak kecil masuk ke got (parit), padahal anak itu jatuh sendiri. Kabar tersiar di kampung Pram dan waktu saya pulang beli koran, semua gang ditulisi, naik sepeda harap turun,"Â kenangnya.
Ihwal kejadian itu sampai ke telinga Pram. Dan Pram geram lalu membangunkan Soes yang sedang tidur siang.
"Seketika Pram langsung nabokin (memukul) saya berkali-kali, dan meminta saya minta maaf ke orangtua anak kecil itu. Namanya Holili, dia orang Betawi. Saat itu saya terpaksa meminta maaf padahal saya tidak salah," kata Soes.
Sepulangnya dari meminta maaf kepada orangtua bocah itu, Soes kembali diinterogasi Pram. Soes menceritakan, dirinya tidak salah karena ia sama sekali tidak pernah menabrak bocah itu.
Melihat adiknya, Soes berulang kali tak mengaku bersalah, Pram pun luluh.‎ Meski begitu‎, Pram tidak meminta maaf karena telah menabok adiknya itu berkali-kali.
"Pram itu sepanjang hidupnya enggan minta maaf," ungkap Soes.
Pramoedya Ananta Toer Menangis
Pram pun yakin bahwa adiknya itu tidak bersalah. Meski begitu, Pram gengsi meminta maaf lantaran telah menabok adiknya berulang kali.
"Mengetahui saya tak bersalah, Pram meminta saya untuk berpakaian rapi dan mengajak saya keluar gang bersama istrinya yang pada waktu itu hamil tiga bulan,"Â katanya.
Soes saat itu bingung, ia belum tahu bahwa Pram telah luluh dan sadar bahwa adiknya itu tidak bersalah.
"Tangan saya digandeng istri Pram saat jalan keluar gang. Pikir saya waktu itu mau dibuang ke Tangerang," lanjutnya.
Kala itu, Tangerang memang dikenal sebagai tempat pembuangan untuk anak-anak yang nakal. "Di Tangerang ada penjara anak-anak,"Â ungkapnya.
Kekhawatiran Soes pun akhirnya terjawab, ternyata Pram mengajaknya menonton film Kangooro di gedung bioskop Astoria. Suatu kejutan yang sangat diidamkan Soes yang telah lama ingin menonton bioskop tapi belum bisa tercapai.
"Waktu itu istrinya naik dulu, baru Pram, terus saya di pangku (di bopong) sama Pram. Saat Pram mangku saya sambil nangis, menyesal apa yang dia perbuat kepada saya,"Â ceritanya.
Ternyata kejutan dari Pram tidak hanya sampai disitu. Setelah selesai nonton bioskop ia mengajak adiknya itu untuk makan-makan di restoran mana pun yang Ia inginkan.
"Pram menyuruh saya memilih restoran dan makanan apapun yang saya sukai. Tetapi karena  yang saya tau makanan enak itu cuma rendang maka sayapun cuma milih makan di Rumah Makan Padang," kenang Soes sambil tertawa kecil.
Saksikan juga video menarik berikut:
Â
Advertisement