Sukses

2014 Menang Telak, Bagaimana Peluang Prabowo di Garut Tahun Ini?

Setelah menang telak pada Pilpres 2014, raihan suara Prabowo diprediksi stagnan tahun ini. Sebaliknya, dukungan untuk Jokowi terus meroket di basis kalangan pesantren.

Liputan6.com, Garut Setelah menang telak di Garut, Jawa Barat, pada pemilihan presiden (pilpres) 2014, bagaimana peluang capres Prabowo Subianto di 2019 ini. Mantan Danjen Kopassus itu akan kembali bertarung dengan Joko Widodo (Jokowi), pada pencoblosan yang akan dilaksanakan 17 April mendatang.

Seperti diketahui pada pemilihan presiden (Pilpres) 2014 lalu di Garut, capres Prabowo mendapatkan kemenangan telak hingga 71 persen dari pasangan petahana Jokowi yang hanya mendapatkan presentase dukungan sebesar 29 persen.

Pengamat politik Universitas Padjajaran Bandung Muradi mengatakan, kemenangan telak yang diraih Prabowo lima tahun lalu sulit terulang di 2019 kali ini.

“Jika melihat survei terbaru dalam sepekan terakhir, hasilnya justru kubu Jokowi terus membaik,” ujarnya saat dikonfirmasi, Rabu (10/4/2019).

Berkurangnya isu sentimen negatif atas nama agama yang diarahkan ke Jokowi, menjadi salah satu faktor penyumbang peningkatan suara Jokowi. “Saat 2014 masyarakat Garut dibombardir Obor Rakyat, dan itu ditelan habis masyarakat,” ujarnya.

Selain itu, berubahnya dukungan kalangan pesantren terhadap Jokowi, bakal menambah lumbung suara di kabupaten Garut yang terkenal sebagai salah satu basis kalangan santri di Jawa Barat. “Sekarang bisa dicek, rata-rata pesantren bakal mendukung Jokowi,” ujarnya.

Dia menyebut, hal yang bisa menaikkan jumlah dukungan suara untuk Jokowi seiring suksesnya sejumlah pembangunan dalam lima tahun terakhir yang dilakukan pemerintah, terutama kalangan masyarakat desa.

“Program langsung melalui dana desa mampu mengubah paradigma masyarakat,” ujarnya.

Sementara kemenangan Prabowo pada 2014 lalu, yang lebih banyak didukung harapan masyarakat untuk mendapatkan sosok calon pemimpin tegas, justru semakin berkurang.

“Saat itu pasca-SBY turun, warga Garut lebih yakin jika Prabowo menang akan mendapatkan perubahan, namun saat ini sepertinya sulit,” kata dia.

Ia menilai dengan semakin meningkatnya dukungan untuk Jokowi, serta mandeknya pemilih Prabowo, peta persaingan mendapatkan suara di Garut bakal semakin ketat.

“Hasil survei terakhir posisi Jokowi sudah di angka 40 persenan, sementara Prabowo di kisaran 45 persen,” ujarnya.

Namun dengan tujuh hari waktu tersisa sebelum pencoblosan, ia masih optimistis jumlah dukungan masyarakat untuk kedua capres akan terus berubah.

“Hasil akhirnya mungkin di angka 49 persen untuk Jokowi dan 51 persen milik Prabowo, masih unggul namun tipis sekali,” kata dia.

 

2 dari 2 halaman

Prediksi Akhir Suara

Sementara itu Yusuf Supriadi, Ketua Brigade 02 Pemenangan Prabowo-Sandiaga di Garut, mengaku optimistis, capaian Prabowo di 2014 bakal kembali terulang tahun ini.

"Kami memiliki pemilih yang loyal, sehingga dukungannya akan tetap terjaga," ujarnya.

Menurut dia, dukungan suara untuk Prabowo akan tetap terjaga, memburuknya daya beli masyarakat, mahalnya sejumlah kebutuhan pokok, dan lemahanya penegakan hukum, diduga menjadi faktor peningkatan suara signifikan untuk Prabowo.

"Masyarakat sudah tahu itu semua, dan mereka tentu bakal mendukung kami yang mengusung perubahan," ujarnya.

Ia berharap masuknya sosok Sandiaga Uno yang merupakan pengusaha sukses nasional, bakal mampu menarik pemilih dari kalangan milenial untuk memberikan dukungannya kepada capres nomor urut 2 tersebut.

"Bang Sandi itu sudah memberikan solusi bagi bangsa dengan usaha, berapa puluh ribu pegawai di bawahnya," kata dia.

Yusuf pun optimistis raihan 70 persen yang dicapai Prabowo pada 2014 lalu mampu dipertahankan. "Mungkin lebih, kalau sama (71 persen) iya pasti, saya targetkan di angka 80 persen," ujarnya.

Wakil Ketua Tim Kemenangan Daerah (TKD) Jokowi-Maruf Amin, Yudha Puja Turnawan menyatakan, keberhasil sejumlah program Jokowi seperti PKH, KIS, KIP dan sejumlah pembangunan infrastruktur akan mampu menambah dukungan masyarakat. "Silahkan cek ke pedesaan, mereka senang dengan adanya dana desa," ujarnya.

Pola pembangunan yang selama ini tersentralistik di Jakarta, justru diubah pada saat zaman Jokowi berkuasa. "Sekarang masyarakat desa bisa melakukan pembangunan tanpa harus meminta-minta lagi ke pihak lain," kata dia.

Selain itu, pembangunan sejumlah infrastruktur dan kemudahan usaha yang dibuka pemerintah, ikut mengerek taraf kesejahteraan masyarakat. "Dengan semakin baiknya infrastruktur, maka roda perekonomian masyarakat semakin baik," ujarnya.

Dengan sejumlah capaian itu, ia optimis capaian suara Jokowi-MAruf Amin di Garut, bakal semakin besar. "Memang 2014 kami kalah, tetapi kami sekarang sudah di angka 40 persenan lebih, naik signfikan," ujar dia.

Video Terkini