Sukses

Jejak Masa Kecil Sandiaga Uno di Kota Pekanbaru

Sebelumnya tak banyak yang mengetahui pria bernama lengkap Sandiaga Salahuddin Uno ini lahir di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, pada tahun 1969.

Liputan6.com, Pekanbaru - Tahun 2015 namanya naik daun ketika mendampingi Anis Baswedan bertarung dalam pemilihan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Pria berdarah Bugis ini kian melesat ketika dipilih Prabowo Subianto menjadi wakilnya untuk bertarung dalam Pemilihan Presiden 2019.

Sebelumnya, tak banyak yang mengetahui pria bernama lengkap Sandiaga Salahuddin Uno ini lahir di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, pada tahun 1969. Kehidupannya di Riau memang sebentar, sebab tahun 1975 dia pindah ke Jakarta.

Jejak masa kecilnya memang terbilang minim, termasuk apakah dia pernah sekolah di Pekanbaru. Pasalnya, kini yang tinggal hanyalah sebuah rumah di Komplek Jati Perumahan PT Chevron Pasifik Indonesia yang dulunya bernama Caltex, tempat Sandi hidup bersama keluarganya.

Ada informasi menyebut Sandiaga pernah mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar Cendana di komplek tersebut. Namun, tidak diketahui sampai kelas berapa anak dari Razif Halik (Henk) Uno dan Rachmini Rachman (Mien) Uno belajar di SD itu.

"Kalau sekolah di SD Cendana memang iya, tapi itu tahun berapa kami harus melihat data lagi," kata Ketua Yayasan Cendana PT Chevron Deni Satria dikonfirmasi Liputan6.com, Selasa siang, 9 April 2019.

Deni menerangkan, Sandi bersekolah di SD Cendana dalam waktu singkat. Siapa saja gurunya kala itu, termasuk wali kelasnya, Deni tidak mengetahui pasti.

"Karena beberapa guru yang mengajar kala itu, sekarang sudah meninggal dunia. Masih ada beberapa, tapi sudah tidak aktif lagi karena pensiun. Jadi harus dilihat dulu data lama," sebut Deni.

Oleh karena itu, Deni tidak bisa menggambarkan bagaimana keseharian Sandiaga Uno di sekolah, termasuk prestasinya selama belajar. Menurut Deni, hal itu bisa diketahui kalau dirinya membuka data 30 tahun yang lalu.

"Sudah lama kali, takutnya nanti salah. Kalau dicari data lama, bisa berhari-hari," tegas Deni.

2 dari 3 halaman

Peran Pedagang Sewaktu Bermain

Terpisah, teman semasa kecil Sandi, Noviwaldy Jusman menyebut suami dari Noor Asia ini hanya beberapa tahun di Pekanbaru. Itupun tidak menetap karena terkadang harus tinggal di Kompleks Caltex di Duri dan Dumai.

"Setahu saya, cuman di Komplek Caltex Minas saja yang tak pernah, rumah kami berdekatan, satu komplek yaitu Jati. Kalau di Duri, dia di Komplek Sibayak, saya Merapi," kata anggota DPRD Riau ini.

Meski pindah ke Jakarta, pria yang akrab dipanggil Dedet ini menyebut Sandi sering pulang ke Riau kalau liburan sekolah, baik itu SMP ataupun SMA. Ketika pulang inilah, Dedet selalu diajak Sandi main bersama.

"Anaknya ceria, supel bergaul, kelihatan pintarnya dari kecil," kata politikus Partai Demokrat ini.

Sama-sama anak Caltex, begitu orang dulu menyebutnya, Dedet dan Sandi bersama teman lainnya sering bermain "alek-alek" atau peran. Sandi selalu mengambil peran sebagai seorang pedagang, terkadang sebagai pembeli juga.

"Jadi sebagai uangnya adalah daun, jadi sejak kecil sudah berimajinasi sebagai pedagang gitu, besarnya jadi pengusaha," kata Dedet.

Selama bermain, Sandi juga termasuk anak usil. Hanya saja tidak pernah menyakiti teman sepermainan karena langsung meminta maaf dan tidak mau menjadi orang dominan di antara temannya.

"Dia duluan yang sering ngajak main, jadi kalau sudah main itu mengedepankan teamwork, tidak suka perintah-perintah gitu," cerita pria yang kembali maju sebagai calon legislatif untuk DPRD Riau ini.

Sebagai anak laki-laki, Sandi juga gemar bermain perang-perangan. Dia mengambil peran layaknya seorang pahlawan dan kemudian mengusir tentara Belanda ataupun Jepang sebagai penjajah.

"Jadi sejak kecil sudah nasionalis, hingga kini kalau bertemu selalu menyatakan NKRI harga mati. Enggak benar kalau ada tuduhan Sandi itu nasionalismenya kurang," tegas Dedet.

 

3 dari 3 halaman

Elektabilitas di Rumbai

Meskipun sudah sukses, Sandi masih berhubungan baik dengan teman-temannya di Riau. Tak hanya masa kampanye, sebelum itu, Sandi sering ke Riau untuk bertemu kenalannya dan mengajak makan bersama.

"Dia itu kan orang kaya, tapi tidak sombong. Kalau ke Pekanbaru sering maksa ketemu, katanya walau sebentar saja, tapi harus bertemu," sebut Dedet.

Kelahiran Sandi di Rumbai tentu memberi pengaruh signifikan merebut suara di Pekanbaru dan Riau secara umum. Apalagi, Riau sudah dikenal sebagai salah satu basisnya Prabowo di Sumatra sejak Pilpres 2014.

Tidak di Pekanbaru saja, di daerah Dumai dan Duri yang ada komplek Chevron, disebut Dedet memberi dukungan penuh ke Sandi sebagai anak kompleks. Dedet juga ikut menyosialisasikan ke anak-anak kompleks lainnya dan masyarakat sekitar.

"Saya juga fokuskan ke Pilpres selain pencalonan di legislatif, saya sudah janji ke Sandi untuk membantu di Pilpres ini," terang Dedet.

Sebagai teman kecil dan masih terjaga hingga dewasa, Dedet menyebut Sandi sebagai ekonom ulung. Apalagi Sandi bercerita pernah membeli perusahaan hampir bangkrut lalu dibenah hingga maju pesat lagi.

Dedet menilai Sandi punya strategi ekonomi yang jarang dimiliki pengusaha lain. Kemampuan ini diharap mampu mendongkrak perekonomian Indonesia dan terbebas dari utang luar negeri.

"Harapannya terpilih sehingga membawa Indonesia lebih baik, membawa perubahan," katanya.

 

Simak video pilihan berikut ini: