Sukses

Auman Harimau Sumatera di Malam-Malam Teluk Meranti

Harimau sumatera di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, kembali menampakkan belangnya. Sapi milik warga di Desa Labuan Bilik mengalami luka karena diterkam.

Liputan6.com, Pekanbaru- Harimau sumatera di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, kembali menampakkan belangnya. Sapi milik warga di Desa Labuan Bilik mengalami luka karena diterkam tapi masih selamat karena ditolong pemiliknya.

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau sudah ke lokasi mengecek keberadaan harimau ini. Hanya saja petugas tidak menemukan jejak karena tanah di lokasi keras dan tapak harimau itu sudah tersapu air hujan.

Kepala Humas BBKSDA Riau Dian Indriati menjelaskan, petugas ke lokasi pada Rabu, 10 April 2019. Polisi bersama warga dan sekretaris desa ikut mendampingi melihat kandang sapi yang nyaris jadi mangsa si Datuk Belang.

"Sapinya juga sudah dilihat dan ada luka di kaki bagian belakangnya," kata Dian di Pekanbaru, Kamis (11/4/2019).

Berdasarkan informasi dari sekretaris desa, penyerangan terjadi pada Minggu dini hari, 7 April 2019. Paginya, beberapa warga ke kandang ternak dan mengecek di sekitar lokasi tapi harimau sudah tidak di sana lagi.

"Jejak juga tidak ditemukan karena tersapu hujan, namun tiga pekan lalu ada warga mengaku melihat harimau," sebut Dian.

Selain melihat, sejumlah warga di desa tersebut juga sering mendengar auman harimau tiap malamnya. Warga tidak berani keluar karena suara si raja hutan begitu dekat.

Oleh karena itu, Dian menghimbau warga mengurangi aktivitas di malam hari ataupun ke kebun. Warga diminta tak sendirian selama beraktivitas untuk menghindari serangan dari harimau.

"Informasi terus digali di lokasi, selanjutnya akan dipasang kamera pengintai. Nanti juga ada sosialisasi tentang satwa dilindungi," ucap Dian.

2 dari 2 halaman

Kabar Inung Rio

Tiga pekan sebelumnya, BBKDSA Riau mengevakuasi satu ekor harimau sumatera di kecamatan yang sama karena terjerat kawat baja di kawasan restorasi ekosistem. Harimau ini sudah berada di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya, Sumatra Barat, dan diberi nama Inung Rio.

Menurut Kepala BBKSDA Riau Suharyono, luka di kaki depan kirinya akibat jerat kawat baja itu mulai membaik tapi belum sepenuhnya pulih sehingga masih memerlukan perhatian khusus. Tim medis menyebut penyembuhan total bisa berlangsung lama, apalagi Inung Rio menderita sejumlah penyakit selain indikasi tumor di rahang.

"Untuk lukanya juga diinjeksi dan disemprot memakai obat hingga membaik sepenuhnya, pemeriksaan rutin dan dilakukan berkala," kata Suharyono.

Selama berada di kandang karantina, nafsu makan dan minum Inung Rio sangat bagus. Keliarannya tidak pernah hilang karena harimau itu bukan peliharaan dan tidak pernah berinteraksi dengan manusia sebelumnya.

Terkait adanya penyakit lain, Suharyono menyebut tim medis sudah melakukan uji laboratorium. Hasilnya ditemukan gangguan fungsi ginjal serta hati, tapi perlu pemeriksaan mendalam lagi.

Adapun gejala gangguan fungsi dua organ itu ditandai meningkatnya kadar alanin aminotransferase atau ALT serta dikenal juga dengan istilah Serum Glutamic Pyruvate Transaminase (SPGT).

Sebagai informasi, ALT merupakan enzim di sel hati. Ketika selnya rusak, maka enzim ini akan keluar dan mengalir ke darah.

Selanjutnya dari pemeriksaan darah rutin, Inung Rio juga mengalami anemia non regeneratif (makrosistik-normokromik). Hal ini ditandai dengan dengan menurunnya nilai RBC atau sel darah merah.

"Kemudian ditemukan parasit berupa cacing pada pemeriksaan feses namun dalam tingkat infeksi rendah," kata Suharyono.