Sukses

Pagi-Pagi Melihat Keakraban Harimau Inung Rio dengan Bonita di Dharmasraya

Masa karantina harimau sumatera, Inung Rio, yang terjerat kawat baja di kawasan restorasi ekosistem Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, sudah berakhir.

Liputan6.com, Pekanbaru- Masa karantina harimau sumatera, Inung Rio, yang terjerat kawat baja di kawasan restorasi ekosistem Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Riau, sudah berakhir. Luka di kaki depan kirinya mulai membaik sehingga tak perlu diamputasi.

Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono mengatakan, luka harimau sumatera jantan berbobot sekitar 90 kilogram itu mulai tertutup. Kedalaman luka yang awalnya mencapai empat centimeter mulai mendangkal.

"Kesembuhan luka jerat menunjukkan progres yang baik," kata pria yang akrab disapa Haryono ini, Jum'at (12/4/2019).

Haryono menerangkan, masa karantina harimau berusia empat tahun itu berlangsung 14 hari. Karantina dimulai ketika si Datuk Belang tiba di Pusat Rehabilitasi Harimau Sumatera Dharmasraya pada 29 Maret 2019.

"11 April 2019 masa karantina berakhir, lalu dilanjutkan dengan treatment pada 12 April, baik secara topikal ataupun sistemik," jelas Haryono.

Selama karantina berlangsung, luka yang dialami Inung Rio tak begitu menghambat aktivitasnya. Dia aktif berkeliling di dalam kandang dengan sifat keliarannya seperti masih berada di alam liar.

Hal ini wajar karena selama ini Inung Rio belum pernah berinteraksi dengan manusia. Sifat kewaspadaan masih tinggi dan langsung mengeluarkan suara peringatan ketika didekati manusia.

"Untuk nafsu sangat baik, selama ini diberi daging babi dan selalu habis," ucap Haryono.

2 dari 2 halaman

Akrab dengan Bonita

Selama berada di kandang, Inung Rio juga terpantau tim medis aktif berinteraksi dengan harimau sumatera lainnya, Bonita. Kandang keduanya memang berdekatan dan saat ini ada tiga harimau dari Riau di pusat rehabilitasi tersebut.

"Selain Bonita, ada juga Atan Bintang. Bonita harimau betina dan Atan harimau jantan, sama dengan Inung Rio," kata Haryono.

Ketiga harimau itu punya cerita masing-masing hingga dievakuasi ke Dharmasraya. Bonita merupakan harimau yang sempat menebar teror di Desa Pelangiran, Kabupaten Indragiri Hilir, dan sama sekali tak takut bertemu manusia.

Bonita mulai menampakkan belangnya akhir tahun 2017. Dia masuk ke pemukiman di desa itu, lalu mengejar ternak tapi akhirnya menjauh masuk ke perkebunan sawit dan menghilang beberapa saat.

Awal tahun 2018, Bonita kembali muncul membuat geger masyarakat di sana ketika mengejar beberapa pekerja kebun sawit. Satu di antaranya diterkam hingga akhirnya meninggal dunia.

Beberapa bulan kemudian ditahun 2018, Bonita kembali mengejar beberapa pekerja bangunan. Satu di antara meninggal dunia setelah diterkam pundaknya oleh Bonita. Pencarian diintensifkan hingga akhirnya Bonita tertangkap pada Mei 2018.

Untuk Atan Bintang, dia ditangkap tim gabungan polisi Dan BBKSDA Riau setelah terjebak di kolong rumah toko pasar di Kabupaten Indragiri Hilir pada 15 November 2018. Atan masuk pasar ketika mengejar kambing dari daerah rawa sekitar pasar.

Bonita dan Atan masih menunggu waktu tepat untuk dilepasliarkan. BBKSDA masih mencari lokasi cocok dan tentunya berawa karena keduanya berasal dari habitat dengan karakteristik seperti itu.

"Ada rencana keduanya segera dilepasliarkan ke alamnya. Lokasinya pasti di Riau karena habitat keduanya di daerah datar dan berawa, bukan berbukit," jelas Haryono.