Sukses

Wisata Budaya Minum Teh dan Memanah ala Keraton Yogyakarta

Ambarrukmo memiliki sejarah sebagai rumah kedua Sultan HB VII setelah turun tahta.

Liputan6.com, Yogyakarta Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta menawarkan sensasi berbeda kepada para tamunya lewat wisata budaya yang digelar rutin setiap Jumat sore. Ada dua kegiatan yang bisa diikuti tamu hotel maupun wisatawan yang khusus datang untuk merasakan kegiatan budaya Keraton Yogyakarta.

Tradisi Keraton Yogyakarta yang pertama diadakan di hotel ini adalah Patehan atau upacara minum teh. Acara bertajuk Patehan Royal High Tea Ceremony ini diadakan setiap Jumat mulai pukul 15.30 sampai 16.30 WIB.

"Royal Ambarrukmo berkaitan sejarah dengan keraton, kami mendapat akses untuk melakukan aktivitas ini," ujar Khairul Anwar, Marketing And Communications Manager Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta, Kamis (11/4/2019).

Ambarrukmo memiliki sejarah sebagai rumah kedua Sultan HB VII setelah turun tahta. Sampai wafat, ia menempati kawasan Kedaton Ambarrukmo yang sekarang menjadi museum di utara pendopo.

Ia menuturkan sampai saat ini, tradisi minum teh di Keraton Yogyakarta masih dilakukan setiap hari pada pukul 11.00 WIB dan 16.00 WIB.

Budaya minum teh di Hotel Royal Ambarrukmo mengadaptasi tata laku tradisi asli di keraton. Sekalipun  menggunakan teh artisan, cara masak dan penyajiannya sesuai dengan tata cara tradisi asli.

Suhu air untuk menyeduh teh, misalnya, berkisar 80 derajat Celcius. Cara menyajikan dan menuang yang dilayani oleh para abdi dalem juga bisa dirasakan.

Upacara ini dimulai dengan arak-arakan perempuan membawa teh dan kudapan. Biasanya ada tiga jenis kudapan, yang terdiri makanan manis dan asin. Tradisi asli Keraton Yogyakarta, perempuan yang mengarak teh untuk Patehan adalah perempuan menopause.

"Tetapi untuk di hotel tidak mungkin karena perempuan di sini adalah karyawan hotel dan usia produktif," tutur Anwar.

 

2 dari 2 halaman

Belajar Memanah Sambil Duduk

Selain Patehan, kegiatan budaya yang digelar setiap Jumat sore adalah Jemparingan Mataraman. Waktunya hampir bersamaan dengan Patehan. Jadi, pengunjung bisa mengikuti tradisi minum teh sembari menonton sekelompok orang memanah.

Kegiatan yang diberi nama Jemparingan Javanese Royal Archery ini lebih olah rasa ketimbang olahraga. Fisik memang dibutuhkan untuk memanah, akan tetapi kepekaan juga tidak kalah penting.

Olah rasa yang berakar dari Kerajaan Mataram abad ke-18 ini menjadi pengalaman autentik di Hotel Royal Ambarrukmo Yogyakarta.

"Ini sebagai komitmen kami sebagai hotel bintang lima independen berbasis budaya," tutur Anwar.

Jemparingan dilakukan dalam posisi duduk bersila. Pemanah mengenakan pakaian Jawa pakem lengkap, busur panah dan anak panah dari bahan alam (kayu dan bambu), serta sasaran yang berupa bandul menjadi seni mengendalikan diri dan fisik.

Aktivitas ini dilakukan oleh komunitas Jemparingan Jemuwah Sonten Mardisoro yang menyelesaikan 20 rambahan (ronde). Apabila tamu hotel berminat bisa mencoba setelah pukul 17.00 WIB. Mereka akan diajari cara memanah Jemparingan.

"Untuk tamu yang tertarik mengikuti rangkaian Patehan dan belajar Jemparingan bisa membayar Rp 75.000," kata Anwar.

Namun, apabila aktivitas Patehan dan Jemparingan dilakukan di luar hari Jumat, maka harus reservasi lebih dulu. Satu grup minimal lima orang bisa bergabung merasakan tradisi Keraton Yogyakarta  ini.

Mereka cukup membayar Rp 200.000 per orang sudah bisa mengikuti Patehan dan Jemparingan, termasuk mendapat pinjaman baju Jawa yang dikenakan saat prosesi.