Liputan6.com, Yogyakarta Puluhan rektor dan akademisi perguruan tinggi swasta dan negeri se-DIY berkumpul di Balairung UGM, Senin (15/4/2019) sore untuk melakukan aksi konkrit menjelang pelaksanaan pemilu serentak. Mereka bersama-sama mendeklarasikan pelaksanaan pemilu yang jujur, adil, aman, damai, dan berintegritas.
Deklarasi yang dipimpin oleh Rektor UGM Panut Mulyono itu berisi pernyataan sikap sebagai berikut.
1. Pemilu adalah sebuah proses penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang harus diletakkan dalam konteks pelaksanaan demokrasi guna mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur. Pemilu yang berjalan jujur dan adil akan menghasilkan pemerintahan yang memiliki legitimasi kuat di mata rakyat.
Advertisement
Baca Juga
2. Upaya untuk mencapai kemenangan dalam pemilu, serta untuk mewujudkan hak setiap orang untuk mendukung kandidat dalam pemilu, tidak boleh dilakukan dengan cara-cara yang mengorbankan keutuhan bangsa dan negara Indonesia yang majemuk.
Lewat deklarasi, para akademisi se-DIY itu juga mengajak seluruh komponen bangsa untuk berpolitik dan berdemokrasi secara bermartabat, menjaga proses pemilu agar berjalan secara jujur, adil, dan damai, secara aktif melakukan pencegahan politik uang, turut membatasi beredarnya informasi bohong yang bisa mendistorsi pandangan publik.
Selain itu memastikan bahwa semua pemilih bisa memberikan hak suaranya secara aman tanpa intimidasi dalam bentuk apapun baik langsung maupun tidak langsung, secara aktif menggunakan hak pilih sebagai ekspresi kedaulatan rakyat.
Tak kalah penting mengawal tegaknya netralitas penyelenggara pemilu (KPU dan BAWASLU), Aparatur Sipil Negara (ASN), Kepolisian RI (Polri), dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta mengawasi proses pemungutan suara, menghormati hasilnya, dan menggunakan cara-cara yang sepenuhnya konstitusional jika ada keberatan atas hasil pemilu.
"Dengan bantuan media massa, masyarakat akan membaca pentingnya mengawal pemilu sebab tanpa bantuan dan partisipasi rakyat Indonesia, mustahil kecurangan bisa dicegah," ujar Erwan Agus Purwanto, Dekan Fisipol UGM.
Ia menuturkan, kuatnya politik identitas di media sosial membuat lembaga perguruan tinggi khawatir terhadap munculnya berbagai wacana yang mendelegitimasi lembaga penyelenggara pemilu.
"Dunia pendidikan tinggi paling tepat untuk melakukan seruan moral ini," ucapnya.
Dalam kurun waktu enam bulan terakhir, UGM telah melakukan berbagai upaya untuk memberikan pendidikan politik bagi mahasiswa, dan mendorong diskusi yang sehat untuk mengulas visi misi para pasangan calon presiden dan wakil presiden peserta pemilu.
“Kami mengajak masyarakat untuk duduk dan melihat bahwa diskusi program tidak harus dengan ujaran kebencian seperti di media sosial,” kata Erwan.
UIN Sunan Kalijaga Angkat Suara Soal Polemik Pemilu di Luar Negeri
Dua jam sebelum deklarasi berlangsung, Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga juga angkat bicara tentang polemik penyelenggaraan pemilu di luar negeri. Lewat Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara UIN Sunan Kalijaga juga menyatakan sejumlah hal sebagai bentuk seruan moral, antara lain, permasalahan teknis pemilu di luar negeri, seperti yang terjadi di Australia, Malaysia, seharusnya tidak mengurangi substansi dan legitimasi pemilu yang merupakan amanat konstitusi.
"Kami mengajak masyarakat untuk memberikan kepercayaan kepada KPU, Bawaslu, dan lembaga terkait untuk menyelesaikan polemik penyelenggaraan pemilu di luar negeri dan menjamin terpenuhinya hak konstitusional setiap warga negara untuk memilih," ujar Abdur Rozaki, wakil ketua Pusat Studi Pancasila dan Bela Negara UIN Sunan Kalijaga.
Ia juga mengajak masyarakat memerangi informasi yang tidak benar yang dapat mengurangi kepercayaan terhadap penyelenggaraan pemilu dan mengancam keutuhan NKRI. Masyarakat juga diminta mengawasi jalannya pelaksanaan pemilu, menjaga suasana damai sebelum dan sesudah pemilu, serta menggunakan hak suaranya dengan cerdas dan konstitusional.
Ia juga mengingatkan kontestan pemilu untuk menghindari politik uang, isu yang memecah belah keutuhan bangsa, bersikap sportif, dan siap menerima pemilu hasil pilihan rakyat.
"Semoga pemilu ini menjadi pintu gerbang bagi rakyat Indonesia mendapatkan pemimpin yang amanah, setia kepada Pancasila dan UUD 1945, serta berdedikasi dalam mengemban tugas untuk membawa Indonesia menjadi negara yang mewujudkan kedamaian bagi peradaban dunia," ucap Rozaki.
Advertisement