Sukses

Jokowi dan Prabowo Berebut 2,7 Juta Suara di Bumi Arema

Basis pemilih partai peserta pemilu 2019 diperkirakan turut menentukan pasangan capres dan cawapres yang akan menang di Malang

Liputan6.com, Malang - Kawasan Malang Raya meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu bersiap menyambut pelaksanaan pencoblosan pemilu 2019 yang tinggal sehari saja. Wilayah ini tergolong potensial, jumlah pemilihnya termasuk salah satu yang terbesar di Jawa Timur.

Pada pemilu 2019 ini, jumlah pemilik hak pilih di tanah Arema ini lebih dari 2,7 juta pemilih. Rinciannya, di Kabupaten Malang ada 1.996.857 pemilih, Kota Batu ada 154.832 pemilih dan Kota Malang 623.185 pemilih.

Jadi rebutan pasangan capres dan cawapres Joko Widodo–Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pengamat politik Universitas Brawijaya Malang, Wawan Sobari memprediksi hasil pilpres 2019 di Malang tidak akan jauh berbeda dengan pilpres 2014.

"Elektabilitas Jokowi tetap sama seperti lima tahun silam, tetap bisa mengungguli Prabowo," kata Wawan, Senin, 15 April 2019.

Saat pilpres 2014 silam, di Kabupaten Malang Jokowi meraih 865.641 suara atau 61,2 persen, sedangkan Prabowo 549.623 suara atau 38,8 persen. Di Kota Malang Jokowi mendapat 270.971 suara atau 59,80 persen, Prabowo meraup 182.128 suara atau 40,20 persen.

Pun juga di Kota Batu, 73.055 suara memenangkan Jokowi dari Prabowo yang hanya mendapat 46.979 suara. Pada pilpres kali ini perolehan suara Jokowi-Ma’ruf Amin diperkirakan tetap unggul dari Prabowo Subianto-Sandiaga Uno di tiga daerah itu.

Menurut Wawan Sobari, itu karena Malang Raya jadi basis nasionalis dan islam tradisional. Kelompok itu ada di PDIP dan PKB, partai pendukung Jokowi. Elektabilitas caleg dari kedua partai itu tinggi. Berbanding terbalik dengan partai pengusung Prabowo.

"Di Malang dan Jawa Timur pola antara pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tidak jauh berbeda," ujar peraih doktor dari Flinders University ini.

Karena itu pula, prediksi pasangan capres – cawapres pemenang pemilu 2019 di Malang ini tidak akan jauh berbeda di tingkat Jawa Timur. Berbagai hasil lembaga survei juga sudah menunjukkan itu. Diyakini tidak akan terjadi pergeseran yang terlampau signifikan.

"Memang masih ada swing voters dan undecide voters. Kalau dikalkulasi, itu tidak akan banyak berpengaruh. Hasilnya akan tetap sama seperti lima tahun lalu," ujar Wawan.

2 dari 2 halaman

Beda Target

Antara pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto – Sandiaga Uno sendiri berbeda intensitas berkampanye di wilayah Malang Raya. Termasuk perihal target perolehan suara. Tampaknya masing – masing sudah bisa mengukur potensi perolehan suaranya.

Menurut Wawan, tim sukses masing – masing pasangan capres dan cawapres sudah menyadari kondisi di lapangan. Jika di Malang Raya merupakan kantung kelompok abangan PDIP dan hijau nahdliyin.

"Saya pernah berdiskusi dengan tim kampanye daerah mereka, dan menyadari jika di sini basis Islam tradisional dan nasionalis," ujar Wawan.

Jokowi sendiri hanya sekali di Malang, saat kampanye terbuka di GOR Ken Arok Malang pada Senin, 25 Maret silam. Ia dengan tegas meminta pendukungnya menggenjot perolehan suara pasangan nomor urut 01 dibanding pemilihan lima tahun silam.

"Pilpres 2014 di Malang Raya bisa sebesar 61 persen. Tahun 2019 ini, minimal 70 persen. Minimal lho ya, saya bilang minimal," kata Jokowi saat itu.

Sebaliknya, kubu nomor urut 02 tampak lebih agresif berkampanye di Malang. Meski Prabowo belum pernah berkampanye di Malang, namun Sandiaga Uno berkali – kali turun di sini. Namun, Sandi tidak secara tegas mengungkapkan target perolehan suaranya.

"Kita punya survei internal, tapi tidak disampaikan supaya masyarakat tidak tergiring opininya," kata Sandiaga Uno saat di Malang pada 31 Maret silam.

Saksikan video pilihan berikut ini: