Liputan6.com, Malang - Pelaksanaan pencoblosan kerap dijadikan lelucon perkawinan bagi sebagian masyarakat. Nuansa pesta pernikahan itu pula yang tampak di TPS 18 Kelurahan Gadingkasri, Kota Malang, Jawa Timur saat pencoblosan pemilu 2019.
Tempat pemungutan ini didesain layaknya sebuah pesta pernikahan yang mewah. Memanfaatkan sebuah ruangan luas di sebuah sekolah. Bunga-bunga dekorasi pelaminan jadi latar kotak suara tempat pemilih pemilu 2019 menyalurkan hasrat politiknya.
Suasana yang dibikin senyaman mungkin dengan disertai sajian hidangan itu sukses bikin para pemili betah berlama-lama. Bercengkerama antar satu dengan lainnya, meski mereka sudah menggunakan hak pilihnya.
Advertisement
Baca Juga
"Senang dengan TPS ini. Suasananya nyaman, antre bisa sambil makan – makan dulu karena disiapkan konsumsi prasmanan," kata Rudi Prayugo salah seorang pemili di TPS 18 Gadingkasri, Kota Malang, Rabu (17/4/4019).
Ia yakin pemungutan suara di TPS ini berjalan lancar. Meskipun ada perbedaan politik, tidak ada gejolak berarti di antara warga. Apalagi kondisi seperti ini sudah biasa dihadapi warga saat pemilihan umum baik itu tingkat kota, provinsi maupun nasional.
Bambang Ratnadinata, juru bicara Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 18 mengatakan, konsep di TPS ini sengaja didesain layaknya sebuah pesta meriah yang dihadiri banyak massa.
"Ini kan pesta juga hajat pesta demokrasi. Jadi harus juga mirip pesta sebenarnya," kata Bambang.
Menurut dia, konsep pesta tidak hanya pada pemilu 2019 ini saja. Tapi selalu dimunculkan saat gelaran pemilihan umum lainnya. Ketika pilkada serentak 2018 lalu misalnya bertepatan dengan momen lebaran idul fitri. Saat itu TPS didekorasi menyerupai sebuah ajang halal bihalal.
"Harus dibikin gembira dan menyenangkan, sesuai momen terdekat juga. Apalagi selain dari anggaran pemerintah, warga mau swadaya membiayai persiapan ini," ujar Bambang.
Konsep pesta demokrasi yang menyenangkan ini diyakini bisa merangsang pemilih berbondong – bondong data ke TPS. Imbasnya, angka partisipasi juga turut tinggi. Di TPS 18 pada pemilu 2019 ini terdapat 289 pemilih.
Emmi Jati, salah seorang petugas KPPS mengatakan, partisipasi pemilih di wilayah ini cukup bagus setiap kali ada momen kontestasi pemilihan umum. Pilkada serentak 2018 lalu misalnya, partisipasinya bisa mencapai lebi dari 70 persen.
"Kalau pilpres ini kami yakin bisa lebih tinggi lagi. Suasana TPS yang nyaman dan penu kekeluargaan itu juga bisa berpengaruh," ujar Emmi.
Kalaupun ada perbedaan soal pilihan politik, tidak ada kerisauan bakal memicu perdebatan yang tidak penting. Warga di wilaya ini yang termasuk kelompok masyarakat kelas menengah ke atas sudah cukup dewasa menyikapi itu.
Â
 * Ikuti Hitung Cepat atau Quick Count Hasil Pilpres 2019 dan Pemilu 2019 di sini
TPS Nuansa Arab di Desa Kolor
Berbeda lagi dengan yang dilakukan oleh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS 27, RT 01 RW 06, Desa Kolor, Kecamatan Kota Sumenep, Madura, Jawa Timur, mereka membuat lokasi pencoblosan bak berada di Kampung Arab.
Bahkan panitia tersebut rela mengeluarkan biaya sendiri untuk mendekorasi lokasi pemungutan suara. Selain itu panitia juga menyiapkan makanan secara gratis ala khas Madura dan Arab.Â
"Tujuan kita tentu ingin meningkatkan antuasisme warga untuk menggunakan hak pilihnya ke TPS. Karena sangat disayangkan, jika hak suaranya tidak digunakan," kata Ibnu Hajar, salah satu Anggota KPPS, Desa Kolor, Kota Sumenep, Rabu 17 April 2019.
Ibnu menjelaskan, bahwa TPS bernuansa Arab dan Madura dipilih mengingat saat ini adalah momentum Isra Mikraj dan mendekati bulan suci Ramadhan. Sehingga momentum ini tidak boleh terlewatkan agar hak warga menentukan pilihannya tidak terbuang sia-sia.
"Kita target pemilih yang hadir ke TPS lebih dari 80 persen. Alhamdulillah, dengar cara ini warga mulai tampak antusias datang ke TPS," jelas lelaki yang juga menjadi ketua RT setempat.
Nuansa arab di TPS itu terlihat dari panitia yang menggunakan pakaian khas Arab serta tulisan papan petunjuk hingga minyak wangi yang disediakan bagi pemilih pada saat mencelup jarinya ke tinta.
Selain itu, kuliner khas Madura, seperti korkit dan ongol-ongol yang merupakan makanan berbahan dasar singkong menjadi hidangan gratis bagi warga usai mencoblos.
"Cukup menyenangkan berada di tempat ini. Jadi tidak ingin cepat pulang, karena ada hidangan gratis minuman dan makanan khas Madura," kata Nuryanti, warga yang setempat usai mencoblos di TPS tersebut.
Advertisement
TPS Multi Etnik di Padang
Tak mau kalah, tempat pemungutan suara (TPS) 2, Kelurahan Belakang Pondok, Kecamatan Padang Selatan, Kota Padang, Sumatera Barat juga menampilkan hal yang unik.
Anggota Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di TPS ini memakai pakaian multi etnik dari berbagai bangsa, mulai pakaian suku Minangkabau, pakaian adat Nagari Koto Gadang, pakaian etnik Tionghoa, dan pakaian India.
Selain itu, TPS ini dihiasi dengan lampion dan gapura ala kelompok etnik Tionghoa. Secara visual, suasana TPS ini didominasi oleh suasana Tionghoa.
Lurah Belakang Pondok, Aidil Zulhani, mengatakan bahwa panitia pemungutan suara mengangkat tema 'Pemilih Aman dan Damai dalam Mewujudkan Bhineka Tunggal Ika'. Tema tersebut dipilih karena masyarakat di kelurahan berasal dari berbagai suku.
"Di kelurahan ini terdapat tiga etnik yang jumlah warganya besar, yakni Tionghoa (60 persen dari 1.416 penduduk), Minangkabau (30 persen), dan India (10 persen). Selain itu ada kelompok etnik Nias, tetapi jumlah warganya hanya sedikit," ujarnya kepada Liputan6.com, Rabu (17/4).
Dengan tema dan dekorasi TPS seperti itu, ia berharap pemilih tertarik mendatangi TPS.
Aidil menyebutkan bahwa di kelurahan ini terdapat 1.016 pemilih dalam daftar pemilih tetap (DPT). Khusus di TPS 2 ini, jumlah pemilihnya yang terdapat di DPT sebanyak 290 pemilih.
Â
Anggota KPPS Pakai Kostum Barong di Banyuwangi
TPS 06 Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi dibuat unik. TPS ini mengusung tema kesenian Barong Kemiren, seluruh anggota KPPS mengenakan kostum kesenian Barong. Bangunan TPS juga dihias layaknya panggung kesenian khas Banyuwangi itu.
"Kami mengangkat tema Barong karena kami ingin meningkatkan partisipasi masyarakat untuk datang ke TPS dan menyalurkan hak pilihnya. Kami juga ingin mengurangi angka golput," tutur Mega Ayu Imama Wati, Ketua KPPS TPS 06, Desa Kemiren, Rabu (17/4/2019).
Petugas KPPS mengenakan kostum Raja dan Ratu. Ada juga yang mengenakan kostum Buto-Butoan yang merupakan tokoh antagonis dalam kesenian Barong. Tidak hanya petugas KPPS, petugas Linmas juga turut mengenakan kostum kesenian Barong. Mereka mengenakan pakaian pitik-pitikan, salah satu tokoh yang ada dalam kesenian barong.
"Kampung kami sudah terkenal dengan adat dan budayanya (Barong). Kami ingin lestarikan adat istiadat dan budaya yang ada di Desa kami. Sekaligus melestarikan dan menanamkan nilai-nilai budaya kepada masyarakat," katanya.
Mega juga mengajak masyarakat berbondong-bondong datang ke TPS untuk menyalurkan hak pilihnya dan mencoblos calon yang dipilih sesuai hati nurani. Karena menurutnya pastisipasi masyarakat ini sangat menentukan bagaimana Indonesia lima tahun ke depan.
Upaya ini cukup manjur, salah satu warga, Mastuki, menyatakan, awalnya dirinya enggan datang ke TPS bahkan cenderung golput. Namun setelah petugas KPPS mengumumkan bahwa TPS tempatnya mencoblos mengusung tema Barong diapun memutuskan untuk datang ke TPS. "Yang mana ini (Barong) merupakan identitas dari masyarakat Desa Kemiren," ucapnya.
Akhirnya Mastuki mengajak anak-anaknya untuk datang ke TPS. Mereka terhibur dengan petugas yang berkostum Barong. "Saya membawa anak-anak ke TPS dan anak-anak saya senang. Disini juga si berikan minuman kopi gratis," ujarnya.
Advertisement
Super Hero Mencoblos di TPS Riau
Kehadiran tempat pemungutan suara (TPS) dengan kostum ala superhero Marvel serta kesatria pewayangan Indonesia, Gatotkaca, mewarnai pemilihan umum di Riau.
TPS 01, Jalan Sepakat, Kecamatan Tenayanraya, Kota Pekanbaru, Riau, Ada dua pria berkostum unik. Satunya berdandan ala Spiderman dan satu lagi mengggunakan pakainan Gatotkaca dan menyalurkan hak pilihnya di TPS.
"Saya tadi udah di TPS lain, di sana pakai kostum biasa saja tadi, baru ke sini pakai Gatotkaca menemani Spiderman," kata Rizky yang memakai kostum tokoh pewayangan itu, Rabu (17/4/2019).
Saat menuju ke TPS, pria berpakaian Spiderman itu berboncengan menggunakan sepeda motor dengan Gatotkaca. Begitu parkir dengan sigap Spiderman menuju pintu masuk TPS membawa surat undangan pencoblosan.
Sembari mendaftarkan diri ke kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS), Spiderman dan Gatotkaca menyempatkan diri berswafoto dengan warga di sana. Usai mendaftar, superhero ini duduk di kursi antrian.
"Spiderman saja ikut mencoblos, masak warga biasa golput," ucap Gatotkaca kepada warga.
Karena kostum Spiderman menyulitkan penglihatan pemakainya, Gatotkaca setia menemaninya ke bilik suara hingga memasukkan surat suara ke kotak yang tersedia.
"Kalau pilihan Spiderman tidak tahu, yang jelas walaupun berbeda pilihan, kerukunan diutamakan," tegas Rizky.
Sementara Spiderman, menyebut tujuannya memakai kostum ini ingin menunjukkan pemilihan umum itu asik, menyenangkan dan berlangsung ceria. "Pemilu asik, pemilu damai dan ceria, semoga tahun ini tidak terjadi hal yang tidak menyenangkan, semoga lancar," imbuh pria bernama Ahmad Yani itu.
Dia menjelaskan, niat memakai kostum Super Hero ini sudah direncanakan beberapa hari lalu bersama Rizky. Awalnya memang terlintas rasa malu karena menjadi perhatian orang, apalagi kostumnya ketat.
"Tapi diberanikan saja, biar menjadi contoh bagi yang lain, ikut mencoblos dan jangan golput," tegas Ahmad.
Semasa hidupnya, Ahmad sudah beberapa menyalurkan hak suara, baik pada Pilpres 2014, pemilihan Wali Kota dan Gubernur Riau. Hanya saja baru kali dirinya memberanikan diri memakai kostum superhero.
"Tidak ada persiapan secara khusus, niat menghibur masyarakat saja. Pakaiannya disediakan oleh Riau Costume," ucap Ahmad.
Nuansa Adat Banjar di TPS Palangka Raya
Memasuki Tempat Pemungutan Suara (TPS) 57 yang berlokasi di dermaga pelabuhan Rambang ditepian Sungai Kahayan, Palangka Raya itu serasa mengunjungi tempat pelaminan adat Banjar.
Dari depan TPS, petugas sudah menyambut warga layaknya tamu undangan nikah dengan gapura mungil yang dihiasi bunga-bungaan berbagai warna.
Nuansa adat kerajaan Banjar semakin kental saat masuk ke bilik suara. Di sana nampak berbagai kain sutra bercorak kuning, biru hingga merah yang dipadu dengan ornamen bebungaan terbuat dari manik-manik menutupi dinding bangunan.
Tak ketinggalan para petugas TPS yang melayani masyarakat juga mengenakan baju seragamsutra dengan corak cerah menyala lengkap dengan penutup kepala khas Banjar.
Fahrul, Ketua RT 02, Kelurahan Pahandut, Kecamatan Pahandut, yang juga Ketua KPPS 57 mengatakan, sebenarnya ide pembuatan tempat pemungutan suara bernuansakan adat Banjar ini awalnya dari Kapolres Palangka Raya dan masyarakat setempat yang memang hampir 80 persen merupakan masyarakat pendatang asal Kalsel yang sudah berpuluh tahun mencari nafkah di Palangka Raya.
"Kami sebagai warga asal Kalsel juga tetap menjaga budaya leluhur walaupun saat ini kita sudah menjadi warga Kalteng,"ujarnya.
Memang menurut Fahrul awalnya TPS dibangun dipinggir jalan dekat dermaga dengan menggunakan tenda, namun atas saran walikota dan Kapolres Palangka Raya pindah ketempat yang lebih baik.
"Selain itu kami juga disarankan menggunakan baju adat kedaerahan. kebetulan Keita disini mayoritas dari Kalsel maka kita gunakan baju adat sendiri,"pungkas nya.
Advertisement
Konsep Batak di TPS Sidorame
Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) Tempat Pemungutan Suara (TPS) 019 Sidorame, Kelurahan Sidorame Timur, Kecamatan Medan Perjuangan, Kota Medan menghadirkan konsep unik.
Konsep unik yang dihadirkan di TPS ini adalah desain dengan ornamen adat Batak. Tidak hanya ornamen TPS, seluruh anggota KPPS menggunakan perlengkapan pakaian adat Batak. Diketahui, di TPS ini ada 266 Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang terdiri dari 144 pemilih laki-laki dan 122 pemilih perempuan.
Roland, warga setempat mengatakan, TPS 019 Sidorame unik karena mengangkat adat Batak sebagai identitas masyarakat yang plural. Meski demikian, bukan berarti tidak menghargai orang yang bukan Batak.
"Konsep seperti ini bisa menarik antusiasme masyarakat untuk datang ke sini (TPS)," kata Roland, Rabu (17/4/2019).
Dia juga menyebutkan bahwa dirinya sejak pagi hari sudah mencoblos di daerah Kecamatan Medan Labuhan. Ia keemudian ke Sidorame Timur karena rumah orangtuanya berada tidak jauh dari TPS 019 Sidorame.
"Maunya di TPS yang lain juga buat seperti ini, biar nampak nuansa pesta demokrasi," ujarnya.
Untuk diketahui, di TPS ini sempat terjadi perdebatan antara anggota KPPS dengan warga. Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengaku sangat kecewa karena namanya tidak kunjung dipanggil meskipun sudah antri sejak pukul 08.00 WIB.
"Suda dari pagi saya di sini. Tidak punya C6. Apakah itu salah saya, ada e-KTP," kata Irwan kepada petugas KPPS.
Â
Â
Â
Nuansa Jepad di TPS Cibadak
Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat agar datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), beberapa titik pencoblosan di Kota Bandung membuat dekorasi dengan berbagai macam hiasan dan tema tersendiri. Salah satunya di TPS 04 RW 02, Kelurahan Cibadak, Kecamatan Astana Anyar, Bandung yang menghadirkan dengan nuansa serasa berada di Jepang.
Hal itu terlihat dari cara Kelompok Panitia Pemungutan Suara (KPPS) mengenakan pakaian tradisional Jepang, Kimono dan Hakama. Selain itu, ada juga petugas yang menggunakan Hachimaki atau scarf yang diikatkan di kepala.
Nuansa ala Jepang itu mengundang perhatian warga yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPS 04 Cibadak. Bahkan momen tersebut membuat warga antusias untu berswafoto dengan petugas pemilihan.
Ketua KPPS 04 Cibadak, Arif Yunara mengatakana bahwa pihaknya menyiapkan pakaian serba Jepang tersebut sebagai upaya untuk menarik perhatian warga memakai hak pilih di Pemilu 2019 ini.
Di TPS 04 ini, kata dia, sebanyak 215 warga terdaftar di DPT. Pihaknya menargetkan partisipasi sebanyak 85 persen.
"Sejak tahun lalu (Pilkada serentak), kita selalu di atas 85 persen partisipasi pemilih. Mudah-mudahan tahun sekarang bisa sama atau lebih dari tahun lalu," kata Arif.
Dipilihnya tema kampung Jepang menurut Arif lantaran negeri matahari terbit tersebut memiliki kemajuan dalam berbagai bidang di antaranya ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Jepang itu salah satu negara yang perlu kita contoh dalam berbagai kemajuan dan masyarakatnya yang disiplin. Makanya kita bikin konsep Kampung Jepang," ujarnya.
Ia mengaku, kostum Jepang yang digunakan oleh ketujuh petugas KPPS dan dua orang keamanan sengaja disewa untuk hari pencoblosan.
"Kita kan ada anggaran, seperti untuk sewa tenda Rp1,6 juta dan kostum kita sewa Rp500 ribu semuanya," ucapnya.
Saksikan video menarik berikut:
Advertisement