Sukses

Peristiwa-Peristiwa Menarik Pemilu di Garut

Hampir seharian sekitar 1,9 juta pemilih kota Garut, Jawa Barat menyaksikan hiruk pikuk pesta demokrasi Pemilu 2019. Ada beberapa kejadian yang cukup menyedot perhatian publik.

Liputan6.com, Garut - Pelaksanaan Pemilu 2019 yang dilakukan di Garut, Jawa Barat menyimpan sejumlah catatan penting. Banyak peristiwa yang cukup menyedot perhatian publik. Berikut kami himpun sejumlah peristiwa penting seputar pesta rakyat lima tahunan di Garut, Rabu 17 April 2019.

1. Ratusan Surat Suara Tertukar

Informasi pertama yang berhasil dihimpun Liputan6.com dalam pelaksanaan pencoblosan hari ini yakni, tertukarnya ratusan surat suara DPRD Garut yang terjadi di tiga kecamatan yakni Cilawu, Cikajang dan Tarogong Kidul.

Kapolsek Tarogong Kidul, Kompol Hermansyah mengatakan, surat suara yang tertukar dengan Kecamatan Cikajang, berjumlah ratusan namun hal itu tidak menghentikan pencoblosan. “Walau ada yang tertukar, tapi tidak mengganggu jalannya pencoblosan,” ujarnya, Rabu (17/4/2019).

Komisioner Bawaslu Kabupaten Garut, Iim Imron mengatakan, selain Cikajang dan Tarogong Kidul, daerah yang mengalami hal serupa yakni Kecamatan Cilawu. “Mereka tertukar dengan dapil empat (Banjarwangi, Singajaya). Masih kami sisir di TPS mana saja yang tertukarnya,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua KPU Garut, Junaidin Basri tidak menampik adanya kendala teknis pendistribusian surat suara tersebut. “ Masih terus kami cek,” ujar dia singkat.

Hasil penelusuran sementara, surat suara di TPS 11 itu seharusnya surat suara DPRD Garut dapil 5, namun malah nyasar ke dapil 4 wilayah Cikajang. “Kesalahan terjadi karena human error,” kata dia.

Ketua TPS 11, Iin Solihin menyatakan, setelah dilakukan pengecekan ada 123 surat suara DPRD Garut dapil V yang tertukar dengan dapil IV. “Kami harusnya terima 237 surat suara, namun ada 123 surat suara yang terselip dari Dapil IV,” kata dia.

Tertukarnya surat suara itu baru diketahui sekitar pukul 10.30 WIB, akibatnya proses pencoblosan molor hingga 1,5 jam, hingga akhirnya kembali dilanjutkan sekitar pukul 12.10 WIB siang. “Kami lanjutkan setelah ada surat suara susulan,” ujarnya.

Menurutnya kasus itu cukup mengganggu jalannya pencoblosan, terlebih dengan format baru pemilu kali ini yang memiliki lima kartu. “Kami dilapangan harus bekerja secara profesional sementara KPUD sendiri bekerja tidak sesuai harapan,” keluh dia.

Beruntung, seluruh proses pencoblosan berlangsung lancar, meskipun ada penundaan waktu hingga beberapa saat. “Seharusnya KPU lebih hati – hati dan lebih teliti lagi, sebelum didistribusiakan,” kata dia.

 

 

 

2 dari 5 halaman

2. KPU Garut Musnahkan 27 Ribu Lebih Surat Suara

Peristiwa kedua pemilu di Garut hari ini yakni pemusnahkan sekitar 27.996 surat suara dan logistik pemilu lainya yang tidak terpakai dalam pencoblasan kali ini.  

Sekretaris KPU Garut Ayi Dudi Supriadi mengatakan, jumlah tersebut merupakan akumulasi surat suara, yang mengalami kelebihan serta kerusakan, setelah dilakukan penyortiran.

“Kita harus musnahkan segera mungkin untuk menghindari hal yang tidak diinginkan,” ujarnya saat ditemui Liputan6.com, Rabu (17/4/2019).

Sesuai dengan peraturan Komisi Pemilihan Umum, kelebihan dan kerusakan surat suara harus segera dimusnahkan, setelah dilakukan pencatatan dan pelaporan tentang temuan tersebut. “Kami pun saat melakukan pemusnahan disaksikan langsung pihak polres, kejari, KPU, Bawaslu,” kata dia.

Hasilnya sebanyak 27 ribu surat suara berhasil dimusnahkan. Rinciannya, kelebihan dan kerusakan surat suara untuk pemilihan presiden dan wakil presiden mencapai 19.331 lembar surat suara, kemudian surat suara untuk DPR RI mencapai 2.300 lembar surat suara. Sementara suara suara untuk DPD mencapai 3.550 lembar surat suara.

Sementara kelebihan dan kerusakan surat suara untuk DPRD Provinsi Jawa Barat mencapai 1.100 lembar surat suara, sedangkan untuk DPRD Kabupaten Garut mencapai  1.515 lembar surat suara yang ditemukan hampir di seluruh daerah pemiluhan (dapil).

Ayi berharap, dengan adanya pemusnahan itu, seluruh tahapan pemilu di Garut berlangsung lancar, dan menghasilkan perhitungan sesuai dengan pemilih yang sah. “Minimal dengan adanya pemusnahan itu menghilangkan kecurigaan dan kecurangan dari pihak yang tidak bertanggung jawab,” kata dia.

Terakhir, untuk menyukseskan jalannya pencoblosan, lembaganya meminta seluruh pemilih agar memberikan hak pilihnya hari ini ke TPS yang telah ditentukan. “Sayang jika suara anda sia-sia tanpa selama pemilu ini,” ujarnya mengingatkan.

 

 

3 dari 5 halaman

3. Masyarakat Garut Tolak Dapur Umum di Sekitar TPS

Kejadian ketiga yakni penokan masyarakat Pasir Muncang, Garut, Jawa Barat, terhadap pendirian dapur umum yang akan dilakukan simpatisan salah satu pemenangan calon presiden.

Dalam sebuah spanduk berwarna merah putih, yang dipasang di pertigaan hutan kota Pasir Muncang, terlihat dengan jelas penolakan warga, mengenai pendirian dapur umum di masjid dan TPS.

‘Kami Warga Pasir Muncang menolak adanya dapur umum di sekitar lingkungan masjid an TPS, untuk menjaga situasi Pemilu 2019, yang aman, damai dan kondusif,’.

Riki (35), salah satu warga yang tengah melintas di sekitar spanduk penolakan tersebut, mendukung adanya larangan itu. “Lagian ngapain tidak ada kerjaan, biarkan saja masyarakat memilih, jangan mempengaruhi orang lain,” ujar Rabu (17/4/2019).

Menurutnya pesta demokrasi, seharusnya dilakukan dengan penuh keceriaan tanpa tekanan, Beredarnya rencana pendirian dapur umum, yang diduga dilakukan salah satu simpatisan pemenangan Capres tertentu, dikhawatirkan mengganggu situasi. “Makanya lebih baik sarapan dulu sebelum mencoblos,” ujarnya.

Berdasarkan informasi yang ia peroleh di media massa dan medisoa sosial, kegiatan tersebut sengaja dilakukan pihak tertentu untuk mendapatkan simpati masyarakat, agar mendapatkan dukungan untuk memenangkan capres tertentu. “Beritanya sudah lama, saya harap di Garut tidak ada,” ujarnya berharap.

Namun meskipun demikian, penolakan yang dilakukan warga sebaiknya dilakukan dengan cara santun, tanpa mengedepankan emosional. “Cukup beritahu secara lisan saja, memang tidak salah, namun momennya kurang tepat (Pemilu),” kata dia.

Kepala Satuan Intel Polres Garut AKP Dani Satria mendukung upaya pelarangan tersebut. Menurutnya pelaksanaan pemilu seharusnya dilakukan dengan gembira, bebas tekanan dan intimidasi. “Itu mungkin respon warga saja,” kata dia.

Di tengah proses pencoblosan yang tengah berlangsung, lembaganya berharap agar masyarakat bisa memberikan hak suaranya dengan tetap, tanpa cela.  “Jika memang ada yang mencurigakan harus laporkan segera ke petugas, kami siap membantu,” ujarnya.

 

 

4 dari 5 halaman

4. Konsep Unik Nikahan Dalam TPS Pemilu di Garut

Peristiwa kelima yang cukup menyedot perhatian publik adalah pendirian TPS unik nan cantik layaknya area kondangan. Panitia penyelenggara pemilu di Tempat Pemungutan Suara (TPS) 21 Kampung Panyingkiran, Desa Situsaeur, Kecamatan Karangpawitan, Garut, Jawa Barat, membuat suasana berbeda.

Ketua KPPS 21, Asep Hilman mengatakan, pemilihan konsep ala pernikahan dengan tempilan ngejreng, merupakan ihtiar bersama seluruh panitia, agar pelaksanaan pencoblosan yang dilakukan hari ini, berlangsung menarik bagi pemilih. “Biar warga tertarik datang ke TPS,” ujarnya, Rabu (17/4/2019).

Bagi mereka, hajatan demokrasi rakyat lima tahun ini, merupakan pesta seluruh masyarakat Indonesia, sehingga perlu penyajian yang unik, agar warga rela datang ke TPS. “Sejak awal kami sudah berencana membuat konsep yang berbeda,” ujarnya.

Tidak hanya area yang disulap layaknya pernikahan, penggunaan pakaian adat seperti kebaya dan lainnya, yang digunakan seluruh panitia, mampu menaikan angka kedatangan warga untuk memberikan hak suaranya ke TPS.

Tidak lupa satu pesan ajakan mencoblos ‘Happy Nyoblos’ yang disematkan panitia di belakang kursi duduk pemilih, semakin menambahk kemeriahan kegiatan pesta demokrasi rakyat tersebut.

Untuk memeriahkan acara, saat pertama kali melakukan pencoblosan, seluruh pantia  dibantu warga yang telah memenuhi area, melakukan prosesi melepas balon ke udara, sebagai sambutan bagi warga yang akan memberikan hak suaranya di TPS.

Dengan tampilan unik nan sopan itu, tak jarang warga yangd datang pun terkesima, mereka segan menggunakan pakaian alakadarnya, hingga tak sedikit di antara pemilih, terpaksa menggunakan setelan batik dan stelan elegan lainnya.

Selain penerimaan yang ramah oleh dua penjaga pintu masuk sebelum di TPS, warga yang telah menunggu di dalam ruangan pun, dibuat tidak boring alias tidak jenuh dengan adanya sajian makanan alakadarnya untuk mengusir jenuh warga.

“Menunggu di dalam kan cukup lama, jadi biar tidak bosa yang kita sediakan makanan sambil ngemil,” ujarnya.

Oom Homisah, salah satu pemilih yang berasal dari warga sekitar, mengaku bangga dengan jerih payah yang telah dilakukan panitia dalam mewujudkan TPS yang meriah. “Panitianya kreatif, apalagi lagi ini didekor layaknya di undangan pernikahan,” ujar

Menurutnya, konsepan TPS unik tersebut cukup menghibur warga, sehingga membuat antusia mereka untuk datang ke TPS memberikan hak suaranya. “Intinya panitianya cukup kreatif,” kata dia kembali menegaskan.

Ia pun berharap, dengan semakin meningkatnya angka partisipasi, mampu menghasilkan pemimpin bangsa yang  akan memberikan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih maju, untuk kepentingan masyarakat.

 

5 dari 5 halaman

5. Cerita Bupati Garut Tetap Romantis di TPS Meskipun Berbeda Kongsi

Peristiwa kelima yang cukup menyedot perhatian masyarakat kota Intan adalah, romatisme beda pilihan yang ditunjukan Bupati Garut Rudy Gunawan dan istrinya, Dian Kurniasari,

Meskipun berbeda pilihan kendaraan politik, namun kemesraan yang ditunjukan Bupati Rudy dan Diah di depan publik patut ditiru. Mereka tidak mengedepankan ego partai pandukung, untuk tetap menjaga kondusifitas masyarakat Garut.

“Ya perbedaan itu, saya rasa damai saja,” ujar Diah menjawab pertanyaan wartawan yang mencegatnya selepas nyoblos, Rabu (17/4/2019) pagi tadi.

Menurutnya, perbedaan pendapat dengan bupati Rudy dalam memberikan suara, tidak perlu dipersoalkan berlebih. “Saya masuk perpoltikan ini kan karena pak Rudy, karena pak rudy bupati dari partai gerindra, lalu pilkada lalu minta saya untuk mewakili suara perempuan dari Nasdem,” kata dia.

Adanya peluang pencapresan yang diberikan Nasdem, merupakan berkah tersendiri bagi Diah, terlebih setelah dirinya mendapatkan restu langsung dari Bupati Rudy. “Saya juga kalau tidak ada izin suami tidak mau,” kata dia menegaskan motif utama pencalonan.

Ia berharap restu suami dan dukungan dari masyarakat Garut untuk suara DPR-RI, mampu mengantarkannya ke kursi Senayan. “Jika Alloh berkehendak saya di Senayan semoga bisa membawa kebijakan yang baik buat Garut,” ujarnya bangga.

Segendang sepenarian, Bupati Rudy pun tidak mempersoalkan adanya perbedaan kendaraan politik dalam pemilu kali ini. Sebab pada Pilkada lalu, Nasdem merupakan salah satu partai yang memberikan dukungan secara langsung pada dirinya.

”Damai saja, tapi kalau untuk caleg, saya pilih Ibu Diah,” ujarnya sambil tersenyum menolek ke arah sang istri.

Rudy yang sejak lama dikenal sebagai kader Gerindra, mengaku tidak dibebani target muluk dalam memenangkan capres Prabowo di Garut. “Saya pun tetap netral selama jadi bupati,” ujarnya.

Ia berharap, meskipun momen pemilu masih berlangsung termasuk menunggu hasil real count yang akan diumumkan KPU secara langsung, situasi masyarakat harus tetap kondusif, dan tidak mengarah pada hal hal yang tidak diinginkan.

“Semalam sampai jam 02.00, bahkan hingga tadi pagi mulai jam 5.00 pagi saya pantau, tidak ada hal yang mencurigakan. Baju pun warna warni, tidak ada seragam putih-putih misalnya,” kata dia.

Selain meminta agar masyarakat tetap tenang, tak ketinggalan Rudy meminta agar seluruh penyelenggara pemilu bekerja secara professional. “Karena siapa pun yang menang, Jokowi-Ma’ruf maupun Prabowo-Sandi, itu adalah keinginan rakyat,” ujarnya.