Liputan6.com, Pemalang - Duka menggelayut di langit Desa Beluk, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Baru saja desa ini kehilangan enam orang dalam tragedi banjir bandang Sungai Rejasa.
Peristiwa tragis itu terjadi pada Rabu sore. Sebanyak tujuh anak bermain di Sungai Rejasa. Anak-anak, memang selalu girang jika bertemu air.
Barangkali ini dipengaruhi oleh naluri bertahan hidup. Air adalah soal bagaimana makhluk bertahan hidup, dan air adalah sumber kehidupan.
Advertisement
Baca Juga
Namun, air juga bisa berubah menjadi bencana. Jauh dari jangkauan akal bocah-ocah usia belasan tahun ini, air bah mengintai saat hujan lebat mengguyur kawasan hulu Sungai Rejasa.
Banjir bandang itu menyergap anak-anak yang tengah asyik bermain. Tanpa disadari tubuh mereka telah hanyut dalam ganasnya arus Rejasa yang begitu kuat, sekitar pukul 15.00 WIB.
Tujuh anak itu adalah Fajar bin Arian (7), Indra bin Waeni (10), Iis bin Tarno (11), Tendi bin Teguh (11), Fatir Bin Arla (12), Rahma bin Wawa (11), dan Diki (11).
Tak hanya tujuh anak ini yang hanyut, satu orang dewasa yang juga orang tua salah satu anak yang hanyut ini, Tarno (55), juga turut menjadi korban banjir bandang. Ganasnya arus membuatnya hanyut dan tenggelam.
Total delapan orang hanyut dalam banjir bandang ini. Kecepatan arus membuat korban kesulitan menyelamatkan diri.
4 Ditemukan Meninggal, 2 Masih dalam Pencarian
Terlebih, aliran Sungai Rejasa memang deras lantaran berada di pegunungan. Sepanjang sungai dipenuhi batuan besar yang saling mengimpit.
Siapa sangka dua bocah bisa selamat dalam tragedi banjir bandang ini. Ia adalah Fajar bin Arian (7), Indra bin Waeni (10). Keduanya beruntung lantaran arus sungai membawanya ke pinggiran.
Dengan sisa-sisa tenaga, mereka menggapai apa saja yang berada di pinggiran sungai. Ajaib, dua anak ini selamat.
“Beruntung dua orang korban dengan inisial SA (10) dan F (7) selamat setelah berpegangan pada tanaman di tepi sungai,” kata Kapolsek Belik, Kompol Sulamto, Kamis, 25 April 2019.
Sayang, dari delapan korban, hanya dua bocah ini yang diketahui selamat. Selebihnya, ditemukan meninggal dunia pada Rabu petang usai kejadian dan Kamis pagi.
Korban atas nama Iis bin Tarno (11) ditemukan sekitar pukul 16.30 WIB. Adapun ayahnya, Tarno )55) ditemukan sekitar pukul 17.15 WIB.
Pencarian terpaksa dihentikan pada Rabu malam. Debit air yang tinggi dan keruhnya air menyebabkan pencarian sulit dilakukan. Tim SAR gabungan hanya bisa menyusuri pinggiran sungai, tanpa bisa menyusur aliran yang masih begitu berbahaya.
Kamis pagi, tim SAR gabungan melanjutkan pencarian. Tim kembali menemukan dua korban banjir bandang Sungai Rajasa. Sayangnya, kedua korban ditemukan dalam kondisi meninggal dunia.
Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemalang, Wismo mengatakan korban atas nama Diki (11 th) ditemukan sekitar pukul 06.30 WIB di wilayah Sawah Talang. korban kedua yang ditemukan adalah Fatir bin Arlan (12 th) sekitar pukul 08.00 WIB.
Advertisement
Hambatan Operasi Pencarian
Dua korban ini ditemukan di jarak antara 2-3 kilometer dari lokasi kejadian di aliran Sungai Rajasa Desa Beluk. Tim SAR gabungan masih mencari dua korban lainnya, yakni Tendi bin Teguh (11 th) dan Rahma bin Wawa (11 th).
“Yang sudah ditemukan empat, yang masih dalam pencarian 2. Jadi pagi ini ditemukan dua ini, baru jam 8 pagi ini. Jadi pagi ini ada dua, yang pertama jam enam lebih sekian, kemudian tadi yang kedua yang jam delapan,” ucapnya kepada Liputan6.com.
Wismo menjelaskan, pagi ini pencarian dilanjutkan dengan peralatan lebih lengkap dan penyusuran sungai dengan perahu karet. Pencarian bisa dilakukan dengan penyusuran sungai menyusul menurunnya debit Sungai Rajasa.
Tim SAR gabungan sepanjang Kamis siang hingga sore terus mencari keberadaan dua korban tersisa. Kendala di lapangan, air masih cukup deras dan keruh.
Sungai Rejasa juga penuh dengan kelolak dan kedung atau palung sungai. Ceruk-ceruk berbahaya juga banyak ditemui di sepanjang sungai. Bebatuan besar juga menghambat pencarian.
“Ada kemungkinan korban nylempit di batu-batu,” dia mengungkapkan.
Kamis petang, hujan lebat kembali turun di wilayah Kecamatan Belik. Pencarian terpaksa dihentikan.
Para koordinator tim SAR tentu mempertimbangkan keselamatan anggotanya. Apalagi, pencarian malam hari memang begitu sulit di aliran sungai Rejasa yang lebar dan deras.
Rencananya, operasi pencarian akan dilanjutkan Jumat pagi dengan peralatan lebih lengkap. Tim SAR berbekal perahu karet dan perangkat evakuasi kecelakaan air, seperti alat penyelaman.
“Karena hujan dan relawan perlu istirahat untuk jaga stamina dan keselamatan relawan,” kata Wismo.
Saksikan video pilihan berikut ini: