Liputan6.com, Kupang - Pemilu 2019 sudah usai, namun tampakanya tidak semua bisa menerima hasil perolehan suara. Salah satunya calon anggota legislatif (caleg) DPRD Nagekeo di Desa Nangadhero, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Gagal meraih suara terbanyak, salah satu Caleg bersama keluarga menutup akses jalan lingkungan di wilayah Desa Marapokot dan Desa Nangadhero dengan bebatuan dan pasir sejak Selasa sore (23/4/2019).
Ada 10 titik tumpukan pasir dan bebatuan yang menutupi akses jalan, yakni sebanyak 4 titik di wilayah RT 01 dan 02, Desa Marapokot, dan 6 titik di RT 08, 09, dan 10 di Desa Nangadhero.
Advertisement
Baca Juga
Padahal jalan tersebut menjadi akses utama untuk kegiatan ekonomi, sosial, tempat ibadah, dan pendidikan warga Desa Marapokot dan Desa Nangadhero.
Meski bukan satu-satunya, jalur akses tersebut merupakan yang paling dekat dan paling mudah, sedangkan jalur lainnya sangat jauh dan harus memutar.
Idul Yusuf, warga Desa Marapokot, membenarkan bahwa penutupan akses jalan tersebut dampak dari kekecewaan salah satu caleg DPRD Nagekeo dari Dapil 1 yang gagal meraih suara terbanyak.
"Saat mereka kasih turun material, saya ada di tempat. Mereka-mereka yang turun material saya kenal baik. Mereka itu adalah adalah keluarga dari salah satu calon DPRD Nagekeo," ujar Idul kepada Liputan6.com, Sabtu (27/4/2019).
Menurutnya penutupan akses jalan itu membuat warga sulit melakulan aktivitas dan sangat meresahkan. Idul berharap pihak Pemerintah Daerah (Pemda) Nagekeo dan aparat keamanan untuk secepatnya menyelesaikan persoalan tersebut.
Penutupan Jalan
Hal yang sama disampaikan Ketua RT 08 Desa Nangadhero, Petronela Aso. Dia mengatakan penutupan jalan tersebut terjadi sekitar pukul 17.00 WITA pada Selasa (23/4).
"Kami hanya nonton saja karena masa lebih dari 10 orang. Mereka keluarga dari salah satu calon anggota DPRD Nagekeo dari Dapil 1," ujar Petronela.
Sementara itu, Kepala Desa Nangadhero, Muhamad Roslang, mengaku belum tahu dari mana atau siapa pihak yang menutup jalan itu.
"Saat kejadian itu saya lagi di luar. Saya tahu ada laporan dari warga. Dan siapa dan dari mana yang tutup jalan itu, saya belum tahu orangnya," ujar Muhamad Roslang.
Kapolsek Aesesa, AKP Ahmad, yang ditemui di tempat kejadian itu mengatakan pihaknya akan memanggil pelaku yang menutup jalan di dua desa tersebut.
"Besok saya akan panggil orang-orang yang tutup jalan untuk melakukan klarifikasi. Kalau material untuk sumbang kerja jalan tidak apa-apa. Tapi kalau karena kecewa kalah politik saya akan tindak tegas pelaku yang tutup jalan itu," tegas Ahmad.
Pasar Diblokir
Sementara itu, aksi Caleg gagal juga terjadi di Desa Sagu, Kecamatan Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT. Seorang ayah yang juga kepala desa Sagu menutup pasar lantaran anaknya yang merupakan kader Partai Gerindra nomor urut 5 Dapil 4 kalah dalam Pemilihan Legislatif.
"Yang tutup ayahnya Caleg. Di desa ia sebagai tuan tanah," ujar sumber terpercaya Liputa6.com.
Ia mengatakan, sejak ditutup, warga setempat membuka pasar di wilayah Wai Hala.
"Pasar ditutup sejak Kamis 18 April 2019 lalu. Dan sampai sekarang belum ada yang berani beraktivitas di pasar itu," katanya.
Sementara Kapolres Flores Timur, AKBP Deny Abraham mengaku papan penutupan pasar itu dipasang kepala desa Sagu. Namun masalah itu sudah dimediasi oleh Kapolsek dan tokoh masyarakat setempat.
"Untuk pasar milik pemerintah tidak ditutup, yang beliau tutup adalah kios-kios yang ada di tanahnya Kades. Sudah dimediasi sekarang sudah dibuka lagi," tandasnya.
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement