Sukses

Ada Bambu yang Tumbuh Sejak Era Belanda di Boon Pring Malang

Desa wisata Boon Pring di Malang yang dikelola BUMDes sudah mampu berkontribusi ke pendapatan daerah dari ratusan juta sampai miliaran rupiah.

Liputan6.com, Malang - Bermain air dan belajar mengenali lebih dari 100 jenis bambu. Itu bisa didapatkan jika melancong ke Sumber Andemen atau Eco Wisata Boon Pring di Desa Sanankerto, Turen. Salah satu desa wisata di Malang yang semakin populer.

Boon Pring, salah satu wisata di Malang ini menawarkan keindahan danau sumber air dikelilingi hutan bambu, dengan udara segar dan suasana yang sejuk. Terdapat berbagai permainan air seperti perahu, balon air sampai tiga kolam renang berbagai ukuran.

Lokasi Boon Pring semula berupa hutan yang tidak terawat dengan baik. Warga setempat secara swadaya kemudian membuka tempat ini sebagai kawasan wisata. Pengelolaannya kemudian ada di bawah Badan Usaha Milik Desa (BUMDes).

“Di sini terkenal ada bermacam-macam bambu. Beberapa jenis di antaranya bahkan sudah tumbuh sejak masa Belanda,” kata Plt Bupati Malang, M Sanusi, Sabtu, 4 Mei 2019.

Boon Pring menjadi tujuan yang layak dijujug untuk wisata keluarga maupun para penyuka swa-foto. Tidak perlu khawatir jika tidak membawa bekal makanan, sebab di sini ada deretan warung. Bagi para peneliti vegetasi jenis bambu, ini ibarat laboratorium penelitian.

Tiket masuk ke tempat ini cukup murah. Di hari biasa, jumlah pengunjung rata-rata hanya ratusan orang. Tapi bisa mencapai ribuan orang di akhir pekan atau saat hari libur nasional. Alhasil, salah satu desa wisata di Malang ini berkontribusi untuk ekonomi daerah setempat.

Karena geliatnya itu pula Boon Pring dipilih sebagai tempat jambore dan launching klinik BUMDes tingkat Jawa Timur pada Sabtu kemarin. Pengelola BUMDes dari berbagai kota dan kabupaten di Jawa Timur datang saling bertukar pikiran.

2 dari 2 halaman

Geliat Desa Wisata

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyebut ada dua desa wisata di Malang yang tumbuh dan berkembang dengan pesat. Yaitu Eco Wisata Boon Pring di Sanankerto, Turen serta desa wisata Pujon Kidul di Kecamatan Pujon.

Di Boon Pring, harus terus dikembangkan promosi wisiatanya. Tidak hanya menyasar pasar wisatawan saja, tapi juga harus mampu menarik para ilmuwan untuk datang meneliti ratusan spesies bambu di desa ini.

“Bambu itu juga potensi lokal, jadi kekayaan masyarakat di sini. Ini harus diviralkan, agar banyak yang datang ke sini,” kata Khofifah.

Eco Wisata Boon Pring bisa jadi referensi bagi desa lainnya untuk ikut maju dan tumbuh ekonominya. Desa wisata ini sudah mampu menghasilkan kontribusi berupa pendapatan asli daerah sebesar Rp 460 juta.

Kabar baik dari desa lainnya yaitu di Pujon Kidul, Kecamatan Pujon, Malang. Desa ini mampu menunjukkan dalam waktu dua tahun sejak kali pertama diresmikan terus menggeliat. Menghasilkan kontribusi pendapatan asli daerah sebesar Rp 2, 5 miliar.

“Pujon Kidul itu jadi preferensi tidak hanya mandiri, tapi mengkreasi tenaga kerja dan memberikan kontibusi ke daerah,” ujar Khofifah.

Secara keseluruhan, di dari total 7.728 desa di Jawa Timur hanya ada 413 desa yang memiliki BUMDes masuk kategori maju. Sisanya, masih butuh banyak penguatan dan pendampingan dari banyak pihak

Ia mengingatkan pentingnya memperkuat format menggabungkan kekuatan industri dan pemerintah daerah untuk mendukung pertumbuhan desa. Agar memiliki BUMDes yang produktif. Memperkuat sentra pertumbuan ekonomi baru itu bisa dilakukan di desa.

Dana desa semakin besar. Karena itu pula menuntut kreatifitas dan inovasi masyarakat pedesaan. Sekarang ini banyak kampus dan industri yang memiliki berbagai program untuk pendampingan. Ini harus dimanfaatkan, bersinergi membangun ekonomi desa.

“Membangun ekonomi desa dan pertumbuhan produktif yang berangkat dengan memaksimalkan potensi desa,” kata Khofifah.