Sukses

Kisah Lucu dan Lugu Santri Saat Ramadan

Ramadan selalu mendatangkan berkah. Selain secara spiritual mematangkan jiwa manusia, juga mampu menghibur dengan kisah lucu ramadan.

Liputan6.com, Semarang - Ramadan selalu dinanti umat Islam sedunia. Dalam perjalanannya, bulan Ramadan sering mendatangkan kisah-kisah lucu Ramadan dan konyol. Untuk kisah-kisah itu, Pondok Pesantren, khususnya pesantren NU adalah gudangnya.

Seperti diceritakan Yahya Cholil Staquf, salah satu pengasuh pondok pesantren Raudlatul Tholibin Rembang. Ia bahkan menyimpan sejumlah kisah lucu yang tak mungkin terjadi di luar pesantren.

Kisah lucu Ramadan pertama diceritakan santri bernama Darkum yang ingin menyiksa setan. Di pondok, Darkum memasak sambal terong (terong dibakar dan dilengkapi dengan sambal terasi). Sebagai minuman ia menyiapkan air rendaman intip (kerak nasi).

"Ayo...Ayo," ajak Darkum, ditirukan Gus Yahya.

Setelah teman-temannya berkumpul dan hendak menyantap, Darkum mengajukan syarat. Yakni sebelum makan tidak boleh membaca bismillah.

"Serius ini. Pokoknya jangan baca bismillah," kata Darkum.

"Maksudnya apa?" teman-temannya bertanya.

"Makanan dan minuman itu, kalau dibacai bismillah, setan nggak bisa ikut makan-minum, makanya jangan dibacakan agar setan ikut makan," Darkum berusaha meyakinkan namun tak menjelaskan maksudnya.

"Kok gitu?"

"Sudahlah. Nurut saja. Pokoknya jangan baca bismillah. Awas kalau baca bismillah nggak boleh makan," kata Darkum.

Benarlah. Mereka semua makan. Pesta sambal terong pun dimulai. Semua sangat lahap makan. Usai makan, semua monyong-monyong karena kepedasan. Sambel terong yang disiapkan itu sangat pedas.

"Jangan khawatir kepedasan. Aku sudah siapkan penawarnya," kata Darkum sambil memberikan air dalam kendi.

Teman-temannya serta-merta berebut hendak minum. Tapi Darkum menahan mereka. Ia mengajukan satu syarat untuk minum.

"Kali ini sebelum minum harus baca bismillah. Harus. Kalau nggak baca nggak boleh minum," kata Darkum.

Teman-temannya melongo tak paham. Darkum lalu menceritakan bahwa dengan dibacakan bismillah, setan tak bisa ikut minum.

"Biar setan tahu rasa kalau dia kepedasan. Nggak bisa minum penawarnya. Gitu aja kok bingung," kata Darkum.

Masih ada banyak kisah lucu ramadan dari Gus Yahya Staquf yang kini dipercaya sebagai salah satu anggota Dewan Pertimbangan Presiden.

Simak video menarik berikut:

 

2 dari 2 halaman

Sorogan Atau Baca Kitab di Hadapan Kyai

Gus Yahya juga bercerita tentang perlakuan khusus seorang kyai kepada santrinya. Tiap-tiap santri mendapat metode pembelajaran yang berbeda.

Ada yang disuruh menulis saja. Ada yang bahkan sampai disuruh menjiplak secara persis. Namun ada juga yang diperlakukan sangat demokratis. Gus Yahya Staquf pernah menjadi santri di berbagai pondok pesantren. Salah satunya di pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta.

"Kamu sorogan ya, Nak," kata KH Ali Maksum, pengasuh pondok pesantren Al Munawwir Krapyak Yogyakarta kepada anak yang baru lulus SD.

"Sorogan itu apa, mbah Kyai?" tanya si anak.

"Setiap habis subuh kamu baca kitab di depanku," kata KH Ali Maksum.

"Kitab itu apa, Mbah?" si anak tak paham.

"Kitab itu ya buku," kata Mbah Ali.

"Yang dibaca buku apa?" tanya anak itu lagi.

"Terserah kamu," Mbah Ali sangat demokratis.

Keesokan paginya, Gus Yahya bersama santri-santri lain sedang membaca kitab di hadapan KH Ali Maksum. Tiba-tiba terdengar suara anak kecil keras sekali di sebelahnya.

"Pulau Buton menghasilkan aspal!" suara anak kecil itu mengagetkan.

Ternyata anak itu tengah membaca kitab atau buku Pelajaran Geografi untuk SMP.