Sukses

Marak Alih Fungsi Hutan, Banyak Orangutan Tersesat di Kebun Warga

Tim gabungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalbar kembali menemukan orangutan yang tersesat di kebun warga.

Liputan6.com, Pontianak - Tim gabungan Balai Konservasi Sumber Daya Alam Barat (BKSDA) Kalimantan Barat Seksi Konservasi (SKW) I Ketapang Resort Sukadana, Balai Taman Nasional Gunung Palung (Tanagupa) dan IAR Indonesia kembali menyelamatkan satu individu orangutan di Jalan Siduk-Nanga Tayap, kilometer 3, Desa Riam Berasap, Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat.

Orangutan yang kemudian diberi nama Riam ini berjenis kelamin jantan dan diperkirakan berusia sekitar empat tahun. Penyelamatan orangutan ini bermula dari adanya laporan warga pada bulan April lalu yang menginformasikan keberadaan orangutan itu di ladang mereka.

Setelah menerima laporan warga, tim Orangutan Protection Unit (OPU) IAR Indonesia berkoordinasi dengan BKSDA Kalbar Resort Sukadana untuk kemudian melakukan verifikasi.

Tim OPU IAR Indonesia yang melakukan verifikasi menemukan orangutan ini sedang memakan tebu di ladang milik warga. Menurut pengamatan tim di lapangan, Riam terjebak di area sempit yang sudah terfragmentasi, terpotong oleh jalan raya dan perumahan warga.

Menindaklanjuti temuan tim verifikasi lapangan, IAR Indonesia bersama BKSDA dan BTNGP membentuk tim rescue untuk mengevakuasi orangutan dan mengembalikan ke habitatnya.

Tim rescue ini bergerak dari kantor IAR Indonesia sejak pukul 6 pagi. Karena orangutan ini adalah orangutan liar, tim rescue menembaknya menggunakan peluru bius untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Proses pembiusan ini tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan harus dilakukan oleh ahlinya. Tim medis yang berpengalaman menakar dosis obat bius sesuai perkiraan berat orangutan dan penembak jitu IAR Indonesia beraksi menembak bius orang utan ini.

Orangutan yang sudah tidak sadarkan diri itu kemudian ditangkap dan menjalani pemeriksaan secara cepat oleh tim medis IAR Indonesia. Menurut Temia, dokter hewan IAR Indonesia yang terjun langsung memeriksa orangutan mengatakan, kondisi orangutan ini secara umum terlihat bagus.

"Kondisi orangutan ini terlihat baik, namun perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan kondisinya, apalagi orangutan ini masih sangat muda," ujarnya di Kota Pontianak, Kamis (9/5/2019).

 

2 dari 2 halaman

Observasi

Saat ini bayi orang utan ini berada di Pusat Penyelamatan dan Konservasi Orang utan IAR Indonesia di Sungai Awan, Ketapang untuk menjalani observasi dan pemeriksaan lebih lanjut.

Permasalahan terkait hutan dan lahan menjadi penyebab utama masuknya orangutan ke dalam kebun milik warga. Kebakaran pada 2015 menghanguskan sebagian besar hutan di wilayah ini membuat orangutan keluar dari habitat aslinya untuk mencari makan. Alih fungsi hutan menjadi ladang dan kebun turut menyumbang meningkatnya jumlah orangutan yang mencari makan dan penghidupan di kebun-kebun milik warga.

Direktur IAR Indonesia, Karmele L Sanchez, menjelaskan, ratusan individu orang utan telah diselamatkan oleh BKSDA Kalbar Tanagupa dan IAR Indonesia selama 10 tahun terakhir ini.

"Kami sangat mengapresiasi laporan masyarakat setempat yang mengalami konflik dengan orangutan karena dengan melapor kepada kami, orangutan bisa diselamatkan dan tidak ‘mengganggu’ lagi," kata Karmele L Sanchez.

Meskipun demikian, kata dia, ke depannya bersama para pemangku kepentingan, warga masyarakat serta pemerintah dan swasta perlu membuat strategi berkelanjutan supaya masyarakat dan orangutan bisa hidup damai di habitat yang sama.

Kepala Balai KSDA Kalbar Sadtata Noor Adirahmanta, menyebut untuk kesekian kalinya BKSDA Kalbar, BTNGP dan IAR Indonesia berhasil melakukan penyelamatan orangutan.

Namun keberhasilan tersebut, kata Sadtata, belum menggambarkan penyelesaian masalah yang tuntas. Masih ada pekerjaan rumah besar yang harus dituntaskan bersama. Penyelesaian yang menyeluruh dan berkelanjutan. Konflik satwa liar dan manusia meningkat dari waktu ke waktu. Kita pelu terus diskusi, dialog, serta membuka pikiran serta hati bersama seluruh stakeholder. 

Kepala Balai TNGP, Ari M Wibawanto, menyebut konflik orang utan yang terjadi di sekitar kawasan TANAGUPA sebagian besar disebabkan oleh fragmentasi habitat akibat kebakaran hutan.

"Sejak tahun 2018 hingga sekarang, kami sudah menerima 3 individu orang utan liar yang ditranslokasikan di kawasan kami," kata Ari M Wibawanto.

Dia berujar, tentu saja dalam proses yang sudah dan sedang berjalan ini pihaknya menyesuaikan dengan SOP yang sudah disusun.

Tantangan ke depan, kata Ari, adalah bagaimana kita bisa menyediakan kantong-kantong habitat baru bagi orangutan. Diharapkan para pihak baik Pemerintah, NGO, dan juga pihak perusahaan dapat mengupayakan kantong habitat yang saling terkoneksi satu sama lain agar kelangsungan hidup orangutan dapat terjaga.

 

Simak juga video pilihan berikut ini: