Liputan6.com, Jakarta - Hari burung bermigrasi se-dunia (World Migratory Bird Day/WMBD) diperingati secara global pada tanggal 11 Mei setiap tahunnya. Tema tahun ini adalah Protect birds: be the solution to plastic pollution. Sampah plastik telah menjadi ancaman global bagi kehidupan liar, termasuk juga burung-burung bermigrasi.
Biological Bird Club “Ardea” bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta, Taman Wisata Alam Angke Kapuk (TWAAK), dan Burung Nusantara memperingati hari burung bermigrasi sedunia dengan melakukan pengamatan burung dan aksi bersih sampah pada Minggu (12/5/2019).
Advertisement
Baca Juga
Koordinator kegiatan WMBD 2019 Adam Komar menjelaskan bahwa TWAAK berbatasan langsung dengan Teluk Jakarta sehingga kawasan ini menjadi 'saringan' bagi sampah yang dibuang melalui 13 sungai yang bermuara di Teluk Jakarta.
Sekitar 21 ton sampah mengalir dari sungai-sungai di Jakarta, Tangerang, dan Bekasi ke Teluk Jakarta. Pada saat pasang, sampah terbawa ke darat termasuk ke dalam TWAAK, dan saat surut sampah tersebut tertinggal diantara akar nafas mangrove.
“Tujuan dari kegiatan ini untuk menyadarkan masyarakat bahwa mereka hidup berdampingan dengan satwa liar termasuk burung dan mengurangi membuang sampah sembarang menjadi salah satu cara untuk menyelamatkan satwa liar,” jelas Adam.
TWAAK menjadi salah satu kawasan untuk burung dalam mencari makan, istirahat, dan beberapa jenis burung juga melakukan aktivitas berkembang biak, seperti kuntul kecil Egretta garzetta, pecuk ular asia Anhinga melanogaster, itik benjut Anas gibberifrons, dan kareo padi Amaurornis phoenicurus.
Berdasarkan hasil pengamatan burung selama kegiatan berlangsung ditemukan 25 jenis burung yang terdiri atas 10 jenis burung air dan 15 jenis burung hutan. Ada satu jenis migrasi yang terpantau yaitu trinil pantai Actitis hypoleucos.
Menurut Kepala Resort Taman Wisata Alam Angke Kapuk dan Suaka Margasatwa Muara Angke Sukarman, bahwa dari segi keanakearagaman satwa liar khususnya burung air saat ini berkembang semakin pesat.
“Semakin banyak jenis burung di lokasi ini, karena semakin banyak jenis tumbuhan mangrove, ketersediaan pakan berupa ikan untuk jenis burung air semakin banyak karena terjaga habitatnya. Kami melarang pemancing masuk kawasan ini agar ketersediaan pakan terjamin dan mengurangi ancaman terkena kali dan gangguan manusia,” terang Sukarman.
Kegiatan bersih-bersih sampah juga dilakukan oleh sekitar 40-an peserta yang terdiri atas mahasiswa Universitas Nasional, Universitas Negeri Jakarta, dan komunitas KeMANGTEER. Terkumpul sekitar 30 kg sampah plastik yang selanjutnya akan dikelola oleh pihak TWAAK.
Mengolah Sampah
Menurut staf PT. Murindra Karya Lestari (perusahaan pemegang izin pengusahaan wisata alam di TWAAK) Husni Yapono, kegiatan yang digagas oleh anak-anak muda sangat bagus agar menjadi contoh pengunjung lain dalam menjaga alam dan staf di TWAAK akan membantu dalam mengelola sampah yang telah dikumpulkan.
“Sampah tidak lagi kami buang ke luar karena kami (TWAAK) telah memiliki sistem pengelolaan sampah. Untuk sampah yang berasal dari tumbuhan, kami memiliki mesin pencacah untuk dijadikan pupuk. Sedangkan sampah plastik, kami bakar bersama dengan sekam padi dengan persentase jumlah plastik 20 persen dan sekam padi 80 persen menggunakan alat pembakaran khusus,” jelas Husni.
Sukarman menambahkan, sampah sebagai salah satu ancaman pada burung tidak terjadi hanya di kawasan TWAAK, banyak kawasan konservasi di Jakarta yang juga perlu diperhatikan dan kegiatan membersihkan sampah dapat menjadi salah satu ide sebagai aksi untuk pegiat konservasi atau komunitas pencinta burung.
“Kami (BKSDA) bisa menjembatani kegiatan serupa agar ke depannya lebih banyak lagi yang lebih peduli. Bila hanya mengandalkan kami petugas tidak akan selesai. Bersama-sama kita bisa menjaga lingkungan untuk satwa liar,” terang Sukarman.
Advertisement