Liputan6.com, Palembang - Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang dulunya dikenal sebagai lumbung pangan kini jauh dari harapan. Bahkan untuk penyerapan beras petani lokal pun, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) Divre Sumsel dan Bangka Belitung hanya sedikit menyerapnya.
Menurut Kepala Perum Bulog Divre Sumsel Babel, M Salahuddin Yusuf, penyerapan beras petani lokal sudah dilakukan sejak awal panen pada Februari 2019 lalu.
Dari target total penyerapan beras tahun ini sebanyak 70 ribu ton beras, Perum Bulog Divre Sumsel Babel hanya menyerap 31 persen.
Advertisement
Baca Juga
“Dari Januari hingga Mei 2019, beras petani Sumsel diserap sekitar 21 ribu ton atau 31 persen dari total kebutuhan. Tapi kami optimis target bisa terpenuhi hingga akhir tahun 2019 mendatang,” katanya, Sabtu (18/5/2019).
Penyerapan beras petani lokal berasal dari 7 kabupaten/kota se-Sumsel, yaitu kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, OKU Selatan, OKU, Banyuasin, Lahat, Musi Rawas dan Kota Lubuklinggau.
Kawasan di Sumsel itu masih berpotensi besar memproduksi beras lokal, yang nantinya akan diserap lagi oleh Perum Bulog Divre Sumsel Babel.
Harga yang diberikan juga ke petani di atas rata-rata yaitu Rp 8.030. Padahal harga penyerapan beras petani lokal biasanya di angka Rp 7.300.
“Kita bisa menyerap beras petani di atas harga HPP. Harga Rp 8.030 ini tentunya akan berdampak pada kesejahteraan para petani Sumsel,” ujarnya.
Kendati membeli beras petani lokal dengan harga komersil, namun diakuinya Perum Bulog Divre Sumsel Babel tidak bisa membeli dengan jumlah banyak.
Stok beras di gudang Perum Bulog Divre Sumsel Babel saat ini ada sekitar 44 ribu ton. Jumlah ini diperkirakan cukup untuk memenuhi kebutuhan lebih dari sembilan bulan kedepan.
Stok Beras Bulog
"Beras kita aman untuk 9,7 bulan ke depan. Stok beras ada 37.000 ton untuk kualitas medium dan sisanya beras kualitas premium," ungkapnya.
Saat ini mereka masih menunggu kebijakan pusat untuk penyaluran beras. Karena tahun 2019 ini, program Bantuan Sosial (Bansos) Rastra akan diganti dengan Bansos Pangan Non Tunai.
"Jika berkurang, outlet kita tentunya berkurang. Sementara beras kita banyak stoknya. Selama ini, kita mengeluarkan beras sebanyak 3.800 ton perbulannya untuk program bansos rastra," ujarnya.
Untuk mengantisipasi ada oknum nakal yang menaikkan harga barang, Perum Bulog Divre Sumsel Babel bersama Dinas Perdagangan (Disdag) Sumsel, terus melakukan operasi pasar di berbagai pasar tradisional di Sumsel sejak awal Januari 2019.
"Operasi pasar akan terus dilaksanakan sampai usai lebaran ini. Kita harapkan harga terus terkendali di pasar dan tidak ada oknum yang berani bermain harga," ujarnya.
Advertisement