Liputan6.com, Batam - Ragam kuliner Melayu ternyata ada yang memiliki kemiripan dengan kuliner Indonesia Timur. Berbahan sagu dan hanya muncul ketika bulan Ramadan. Namanya Lendot.
Sebagai kuliner Melayu, nama Lendot kalah populer dibanding Laksa, Lempempeng, atau Kernes. Ini disebabkan karena Lendot susah ditemukan dan menjadi makanan rumahan yang disajikan secara khusus.
Tampilan Lendot sangat mirip dengan Papeda. Bahannya juga sama, yakni sagu.
Advertisement
Menurut Riani Pasha asal Tanjung Pinang, Lendot memang menjadi kuliner melayu dan mendapat perlakuan sebagai santapan khusus, terutama saat Ramadan dan hari besar lainnya.
Baca Juga
"Lendot itu cocok untuk makanan pembuka, cocok untuk buka puasa karena lembut," kata Riani.
Ia menuturkan makanan Lendot di rumah makan khusus masakan Melayu. Nyaris tak pernah ditemukan di warung-warung umum.
Meskipun berbahan dasar sagu, namun juga dilengkapi sayuran dan bermacam varian ikan sebagai pelengkap. Isian ikan biasanya memanfaatkan siput sedot, ikan, dan juga kepiting.
"Kalau sayurannya menggunakan kangkung, bayam atau bahkan pakis muda," kata Ani.
Disajikan dengan kuah yang kental serupa lendir. Dari rupa kuah yang berbentuk lendir inilah masyarakat melayu kemudian menyebutnya lendot.
"Lebih sedap disantap dalam keadaan hangat atau panas," kata Riani.
Kuah serupa lendir ini konon seperti dilakukan nenek moyang ketika belum mengenal beras sebagai sumber karbohidrat.
Jika dibedah secara rasa, campuran ikan yang dihaluskan khas kuliner melayu ini mampu menyatu dengan kelembutan sagu dan pedasnya cabai. Bumbu rempah bisa menjaga badan tetap hangat dan dianggap mampu meningkatkan daya tahan bagi masyarakat melayu pesisir yang siang malam diterpa angin laut.
Simak video pilihan berikut: